Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kadek Dwikayana
"ABSTRAK
Bentuk Kearifan lokal memenjor merupakan kegiatan memasang bambu sekitar 6-10 meter yang ujungnya melengkung, serta dihiasi pernak pernik dekorasi yang terbuat dari janur atau daun enau yang masih muda dan dalam perekembangannya dapat juga menggunakan daun lontar. Selain mengandung nilai religius, kearifan lokal memenjor juga memilki estetika, nilai kebersamaan, dan nilai ekonomi serta yang terpenting adalahmengandung nilai identitas masyarakat Hindu di Bali."
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
902 JNANA 22:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Rosaliza
"ABSTRACT
The Goals of this research are to identity and analwe the local knowledge of Akit tribe society in managing the environment related with the value orientation. Utilization of Mangrove forest by Akit tribe is inseparable from
the role of knowledge system. The conception of values which are the basis
of human acts are stored within the framework of knowledge. According to
Kluckhohn, there are orientation values of culture possessed by society 1)
the meaning of human life, 2) the meaning of human relationships with
others, 3) the problem of human perception about time, 4) Nature of work,
5) the problem of human relationships with nature. This study describes local knowledge of Akit tribe community in exploiting nature where there is
an exchange between the nature of work and the condition of nature damage. Akit tribe utilizes mangrove forest as their livelihood as supplier of mangrove wood at Panglong Arang. This research uses qualitative descriptive, with 6 informants and 4 key informants. Data obtained through interviews conducted in the Berancah village Bengkalis. The results of this study show that local knowledge of Akit Tribe people based on the concept of value orientation has its own definition according to local aspect. It has a
relationship in the pattern of acting in the face of nature, therefore it is
necessary to pay attention on local knowledge, especially in the value of
the essence of the very closely related work with the existence of mangrove
forests, and utilize mangrove timber wisely so that the preservation of forests in the coastal areas are well preserved."
Pekanbaru: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, 2018
800 JIB 15:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pakanbaru: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, 2018
800 JIB
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Zulkifli
"Studies on local knowledge are recently important in development program. Such studies remind us to learn from the community before we teach them. This article discusses how local knowledge understood and used to encourage people participation in forest conversation in South Tapanuli, North Sumatera. The author argues that local knowledge in forest management can be revitalized to build participation if only all stakeholders able to make social commitment as part of social capital."
2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Kusuma Wardani
"Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.

Cisolok sub-district has a variety of topography, starting with coastal in southern area to highlands in northern area. The variety of topographical conditions is accompanied by a variety of land uses, ranging from rice fields to grove and dense forests. This causes Cisolok sub-district to have a special uniqueness of agriculture and agricultural landscape. This research aims to analyze the agricultural landscape and the influence of local knowledge of farmers on agricultural landscapes formed in the Cisolok Sub-district. The physical variables used in this study are height, slope, and land use. The social variable used in this study is the local knowledge of farmers. The weighted overlay method is used to get the shape of the terrain. The shape of the terrain is used to identify the land use to determine the agricultural landscape. Interview data processing is used to determine the effect of local knowledge of farmers on the agricultural landscape in the Cisolok sub-district. The results show that the agricultural landscape in the Cisolok sub-district is in a steep mountainous region. Kasepuhan people who live in the northern part of the research area have local knowledge that is used in carrying out agricultural activities. The local knowledge influences the agricultural landscape in the Cisolok sub-district."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Ambar Wati
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi proses preservasi pengetahuan arsip materi budaya Gruda yang telah dilakukan oleh masyarakat Gegesik Cirebon berdasarkan tiga tahap preservasi, yaitu seleksi, penyimpanan, dan aktualisasi. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan data berdasarkan observasi dan wawancara dilakukan pada bulan September sampai dengan Desember 2021. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa preservasi pengetahuan arsip materi budaya Gruda didorong oleh Ketua Adat yang diperkuat oleh Pemerintah Desa Gegesik Lor. Pengetahuan lokal diwujudkan dalam bentuk pengetahuan tacit kolektif. Hal itu teridentifikasi melalui nilai, keyakinan, pemikiran, perilaku, tindakan, dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat Gegesik. Tahap pertama preservasi pengetahuan yaitu seleksi, diawali dengan identifikasi pengetahuan tentang Gruda oleh Pemerintah Desa Gegesik, yang menghasilkan pemikiran bahwa Gruda merupakan pengetahuan lokal yang menjadi identitas masyarakat Desa Gegesik Lor. Selain itu, kehadiran dari perwakilan Keraton Wilayah Cirebon dianggap menjadi sarana pengakuan dan legitimasi terhadap pengetahuan lokal Gruda. Kedua yaitu penyimpanan, dilakukan melalui personalisasi. Tendon pengetahuan mengenai Gruda secara komprehensif mengacu pada individu (people-based-knowledge respository). Yang terakhir, yaitu tahap aktualisasi. Sifat dinamis dan adaptif dalam pelaksanaan aktualisasi pengetahuan arsip materi budaya Gruda dituangkan melalui serangkaian ritual dan arak-arakan setiap tahun pada bulan Maulid bahkan di tengah pandemi Covid-19.

The aim’s of this research is to identified the process of preserving knowledge of the Gruda cultural material archives that had been carried out by the Gegesik Cirebon community based on three stages of preservation, namely selection, storage, and actualization. The research was conducted through a qualitative approach with a case study method. The method of data collection is based on observation and interviews were carried out in September until December 2021. The results of this study indicate that the preservation of knowledge of Gruda's cultural material archives is encouraged by the Customary Chief who is strengthened by the Gegesik Lor Village Government. Local knowledge is realized in the form of collective tacit knowledge. It is identified through the values, beliefs, thoughts, behaviors, actions, and skills possessed by the Gegesik community. The first stage of knowledge preservation, namely selection, begins with the identification of knowledge about Gruda by the Gegesik Village Government, which results in the idea that Gruda is local knowledge that becomes the identity of the people of Gegesik Lor Village. In addition, the presence of representatives of the Cirebon Regional Palace is considered a means of acknowledging and legitimizing Gruda's local knowledge. The second is storage, done through personalization. The knowledge tendon about Gruda comprehensively refers to the individual (people-based-knowledge respository). The last one is the actualization stage. The dynamic and adaptive nature in the actualization of knowledge of Gruda's cultural material archives is poured through a series of rituals and processions every year in the month of Maulid even in the midst of the Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rismawidiawati
"So far, the trade and spice route historiography has focused on social, political, and economic aspects. This discussion is also fragmentarily or is part of another focus. No studies have discussed the relationship between local knowledge practices, spice routes, power networks, and Islamization. However, the spice trade and Islamization are two intersecting events important for their connection with the local culture. This article assumes that there was a local knowledge used as a strategy by the Banten rulers as a response to trade, Islamization, and power networks in the sixteenth and seventeenth centuries. It finds that Sultan Maulana Yusuf’s policy, known as “gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis”, was a local knowledge that continued to be used by Banten rulers throughout the sixteenth-seventeenth centuries. This local knowledge was transformed from its literal meaning of “building cities and fortresses from bricks and corals” into a metaphor representing development that considered the duality of Banten’s potential. This local knowledge became the foundation stone for the strategies of Banten’s rulers until Sultan Ageng Tirtayasa to respond the challenges posed by the trade, power network, and Islamization. This application of the local knowledge carried the Banten Sultanate to its peak of advancement during the reign of Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). In his sponsorship of this local knowledge, the ruler of the Banten appears as a technocrat, trader, scholar, leader, and ruler who paved the way for the expansion of the Banten Sultanate. This local knowledge was passed down from generation to generation and remains the local knowledge of the Banten people today. This study reconstructs the historiography of the existing spice route by according local knowledge (gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis), the leading role in shaping the expansion of the Banten Sultanate in the century of the spice trade and the extension of the spice route."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
909 UI-WACANA 24:3 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pindi Setiawan
"Proses pemberdayaan masyarakat yang baik adalah yang memperhatikan pengetahuan masyarakat terkait. Oleh karena itu, pemahaman tentang pengetahuan lokal menjadi penting. Pemberdayaan berarti melakukan sesuatu untuk menjadi lebih berdaya, sehingga tentu di dalamnya mempunyai tahapan belajar atau alih pengetahuan. Pemahaman tentang proses belajar pentimg karena akan mempengaruhi strategi pemberdayaan masyarakat nelayan. Untuk itu saja memfokuskan pada pola proses belajar di dalam kelompok nelayan payang. Kelompok nelayan yang tinggal di Pelabuhan Ratu itu adalah nelayan yang operasi menangkap ikannya menggunakan jenis jaring kantong yang bernama payang. Para nelayan payang berkelompok selain karena kesamaan alat dan tehniknya, juga karena keberadaan kelompok usaha payang dari juragan-juragan yang mempunyai kapal dan jaring payang. Mereka tidak berkelompok karena alasan kesukuan atau kesamaan tempat tinggal.
Para nelayan payang Pelabuhan Ratu percaya bahwa kegiatan menangkap ikan adalah `warisan' leluhur mereka. Sehingga kajian mengenai aksi-aksi memayang dari nelayan Pelabuhan Ratu sedikit banyak akan mengungkapkan salah satu kesinambungan tentang pengetahuan lokal nelayan setempat. Namun pengetahuan nelayan payang tidak berhenti seperti yang diwariskan leluhumya saja, ia terus disempurnakan oleh nelayannelayan payang. Pengetahuan yang ada di individu nelayan juga tidak berhenti menjadi sekumpulkan inovasi-inovasi mereka saja, pengetahuan para nelayan itu, `disebarkan' kepada kelompoknya.
Ada empat peran utama dalam operasi nelayan payang, yaitu peran juragan, peran juru much, peran orang bengkel dan peran anak payang. Anak payang juga terbagi atas sejumlah pecan Lae. Semua peran itu saling berkaitan dan tentu berkaitan dengan kebudayaan yang lebih besar dari nelayan di Pelabuhan Rata dalam membentuk pengetahuan nelayan payang. Peran-peran itu mempengaruhi proses alih pengetahuan. Derajat perbedaan dan persamaan pengetahuan ditentukan pada tingkatan seseorang dalam menjalani perannya. Untuk dapat menelaah proses ini, maka dipakai pendekatan sejumlah teori kognitif dan pembentukan kelompok kecil.
Pada proses alih pengetahuan tidak sepenuhnya bisa terjadi dimana saja dan pada siapa saja. Pengalihan itu butuh 'trig? dan `suasana' untuk mengaktifkannya. Proses alih pengetahuan atau proses belajar ini juga dimungkinkan karena kelompok ini mempunyai kebiasaan membawa orang baru dalam operasi payang. Kenyataan ini membuat para nelayan Pelabuhan Ratu menganggap bahwa kegiatan operasi payang ini adalah sakalal.iannya para nelayan muda. Alih pengetahuan mempunyai dua tahapan penting, yaitu tahapan pengetahuan kelompok dan tahapan pengetahuan minat individu.
Tahapan ini sangat dipengaruhi sifat mekanisme pembagian tugas yang tegas dan luwes dalam operasi menangkap ikan di taut. Proses belajar di dalam tahapan pengetahuan kelompok di atas terdiri dari proses tiru semirip mungkin, tiru-tanya dan tiru contoh. Sedang tahapan minat individu mempunyai proses tiru semirip mungkin per-individu dan proses tirulihat tindakan individu. Proses belajar individu juga dilengkapi dengan percakapan verbal terbatas dan diskusi khas. Suasana proses belajar di atas juga `dilengkapi' dengan cerita tentang kesuksesan likong. Para !ikon yang sukses ini disebut kolot laut, dan mereka menjadi tokoh-tokoh individu yang mempengaruhi pengetahuan kelompok nelayan payang di Pelabuhan Ratu.
Ada sejumlah tempat yang digunakan untuk proses belajar, yaitu di atas perahu ketika melaut, di atas perahu di dermaga, di gudang, di pantai ketika mencelup jating. Selain hari-hari operasi di laut, selama musim payang melaut ada hari yang mempunyai makna penting, yaitu hari jum'at. Hari yang dianggap hari libur, namun juga menjadi waktu untuk para nelayan payang saling berbagi pengalaman."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pahmi Rohliansyah
"ABSTRACT
Local Wisdom, Local Knowledge dan Local Genius masyarakat sudah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman prasejarah hingga saat ini. Kearifan lokal berdasarkan pengetahuan dan kecerdasan lokal, bersumber dari nilai nilai agama, adat istiadat, petuah moyang kita atau budaya setempat yang beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Adanya globalisasi merupakan konsekuensi majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada sendi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara, bila tidak disertai dengan nilai etika dan spritualitas yang baik,akan merusak moral dan budaya masyarakat yang ada di Indonesia dalam skala mikro yang pada akhirnya akan hancur dan runtuhnya kehidupan berbangsa dan , bernegara dalam skala makro. Keanekaragaman etnis, agama, adat istiadat, kebiasaan, bahasa daerah dan lainnya di Indonesia yang tumbuh dan. berkembang sebagai nilai nilai yang mengakar atau membumi dalam kelompok kelompok masyarakat sebenarnya merupakan modal dasar sekaligus kekuatan untuk menjadi bangsa yang besar."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM : 40 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jaeni
"Penelitian tentang nilai-nilai seni pertunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon, Jawa Barat, sebagai penge¬tahuan lokal pembentuk karakter bangsa, bertujuan untuk mengkonservasi, merevitalisasi, dan mengkon- struksi nilai-nilai pengetahuan lokal dan karakter bangsa dalam seni pertunjukan teater rakyat Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kualitatif, melalui metode arsip-kreatif terhadap pertunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon. Metode arsip kreatif mengutamakan dokumen pertunjukan sandiwara, yang disetiap adegan dipilih gambar dan dialognya. Melalui metodetersebut, peneli¬tian ini berhasil mendapatkan nilai-nilai pengetahuan lokal dan karakter bangsa sebagai identitas budaya melalui pertunjukan sandiwara. Nilai-nilai tersebut terdapat pada lakon/cerita dalam pertunjukan teater rakyat Jawa Barat, seperti nilai moral, etika, jujur, tanggung jawab, dan cinta damai."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>