Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Aprilia Setiyaningrum
"Bahan baku poliolefin dalam industri harus mengandung <5% alkuna atau diena. Konsentrasi pengotor ini harus dikurangi hingga <10 ppm untuk mencegah keracunan katalis pada proses polimerisasi dalam produksi plastik. Pengotor ini umumnya dihilangkan melalui hidrogenasi selektif alkuna menjadi alkena yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan hidrogenasi selektif alkuna menggunakan katalis bimetalik NiCo yang didukung oleh karbon mesopori (KM). Penelitian ini dimulai dengan mensintesis katalis bimetalik NiCo menggunakan Ni(NO3)2.6H2O dan Co(NO3)2.6H2O sebagai prekursor yang kemudian diimpregnasikan pada karbon mesopori (NiCo/KM). Katalis NiCO/KM kemudian di karakterisasi menggunakan FTIR, XRD, TEM-EDX dan SAA. Katalis bimetalik NiCo/KM selanjutnya digunakan untuk aplikasi studi kinetik dan reaksi hidrogenasi dengan variasi substrat. Untuk aplikasi reaksi hidrogenasi alkuna, produk yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan GC-MS. Katalis NiCo/KM memiliki luas permukaan sebesar 104,928 m2/g dengan diameter pori sebesar 13,36 nm dan diameter partikel sebesar 13,74 nm. Hasil analisis menunjukkan reaksi hidrogenasi difenilasetilena memiliki orde reaksi satu semu dengan konstanta laju reaksi sebesar 0,0014 s-1 pada suhu 30°C dan 0,0042 s-1 pada suhu 50°C, sehingga didapatkan energi aktivasi sebesar 44,696 kJ/mol. Variasi substrat dilakukan menggunakan tiga jenis alkuna yaitu alkuna internal (difenilasetilena), alkuna terminal aromatik (fenilasetilena), dan alkuna terminal alifatik (1-oktuna). Didapatkan bahwa NiCo/KM dapat mengkatalisis reaksi hidrogenasi difenilasetilena dan fenilasetilena secara selektif, namun tidak dapat mengkatalisis secara selektif reaksi hidrogenasi 1-oktuna.
......Polyolefin raw materials in industry must contain <5% alkyne or diene. The concentration of this impurity must be reduced to <10 ppm to prevent poisoning of the catalyst in the polymerization process. These impurities are generally removed by selective hydrogenation of the alkyne to the desired alkene. In this study, selective hydrogenation of alkynes was carried out using a bimetallic catalyst NiCo supported on mesoporous carbon (KM). This research was started by synthesizing the catalyst using Ni(NO3)2.6H2O and Co(NO3)2.6H2O as precursors which were then impregnated on mesoporous carbon (NiCo/KM). The NiCO/KM catalyst was then characterized using FTIR, XRD, TEM-EDX and SAA. The NiCo/KM bimetallic catalyst was then used for the application of kinetic studies and hydrogenation reactions with a variety of substrates. For the application of alkyne hydrogenation, the resulting products were characterized using GC-MS. NiCo/KM catalyst has a surface area of 104.928 m2/g with a pore diameter of 13.36 nm and a particle diameter of 13.74 nm. The results of the analysis showed that the hydrogenation reaction of diphenylacetylene had a pseudo-first order reaction with a reaction rate constant 0.0014 s-1 at 30°C and 0.0042 s-1 at 50°C, with activation energy was 44,696 kJ/mol. Substrate scope was carried out using three types of alkynes, internal alkynes (diphenylacetylene), aromatic terminal alkynes (phenylacetylene), and aliphatic terminal alkynes (1-octune). It was found that NiCo/KM can catalyze the hydrogenation reaction of diphenylacetylene and phenylacetylene selectively, but cannot selectively catalyze the hydrogenation of 1-octyne."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maretha Putri Ayu
"Seiring dengan berkembangan teknologi di bidang automotif, penggunaan katalis logam merupakan salah satu hal yang penting karena dapat mempercepat reaksi dan dapat membantu memacu reaksi siklohidrogenasi serta reaksi lainnya seperti pembentukan aromatik. Akibat dari penggunaan katalis tersebut maka limbah katalis hasil proses Catalytic Continuous Reforming sangat banyak ditemukan.
Salah satu logam yang banyak digunakan sebagai katalis dalam proses CCR adalah logam kobalt dengan penambahan logam palladium sebagai promotor. Logam kobalt sebagai bahan dasar utama yang terkandung dalam katalis CCR bila dibiarkan dibuang menjadi limbah akan sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Untuk meminimalisir bahaya tersebut maka diperlukan perolehan kembali logam kobalt dari limbah katalis CCR dengan metode leaching.
Dalam penelitian ini digunakan asam sitrat 0,8 M dengan 2% H2O2 pada kondisi operasi 75oC selama 1,5 jam dapat menghasilkan logam Co 77,78%. Setelah proses leaching dilakukan, untuk mendapatkan logam kobalt dengan kemurnian yang lebih baik maka dilakukan proses ekstraksi cair-cair dengan pH 3,5 dan konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,1 M diperoleh logam Co sebesar 77,80% dari total kobalt hasil leaching.
......The usage of metal catalyst is important alongside with recent technology development on automotive sector. Metal catalyst is used to fasten any reaction, such as triggering cyclohydrigenation reaction and aromatics forming. These process, which known as catalytic continous reforming (CCR), produce a lot of catalysts waste.
One of metal catalyst that used in large amount on CCR process is cobalt added by palladium as a promotor. Cobalt, which is used as the main component in CCR catalyst, will be dangerous for health and environment if directly thrown away as a waste. For reducing those danger, cobalt is reused by recovering it from CCR catalyst using leaching method.
In this research, 0.8 M citric acid with 2% H2O2 is used at temperature 75°C within 1.5 hours. This methods could recover 77.78% cobalt from CCR. Purification process is done by liquid-liquid extraction with Cyanex 272 0,1 M at pH 3,5 to gain cobalt with higher purity up to 77.80% of total cobalt from leaching."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ramadhan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengambil kembali logam kobalt dari limbah Lithium Ion Battery (LIB) atau baterai Li-Ion karena pada tahun 2000 kadar mencapai 200-500 ton/tahun dimana kobalt terdapat 30% yang dapat membahayakan lingkungan. Teknologi membran cair emulsi adalah salah satu teknologi rekoveri logam yang sangai baik karena sangat selektif, dapat diaplikasikan dalam skala besar, dan hemat waktu. Tahap awal diperlukan proses leaching menggunakan asam sitrat dengan konsentrasi 1 M menghasilkan kobalt 89,74% dan lithium 46,80% pada suhu 55oC selama 50 menit. Tahap ekstraksi dengan membran cair emulsi dengan ekstraktan (Cyanex 272) konsentrasi 0,05 M dan kadar surfaktan (Span-80) 6% karena angka tersebut menghasilkan emulsi paling stabil. Ekstraksi dilakukan pada suhu ruang dan pengadukan 250 rpm dan menghasilkan ekstraksi 48,73% Co dan 13,06% Li pada pH 5,5. Penelitian ini cukup selektif untuk memisahkan logam Co dan Li. ......This research has a purpose to recapture cobalt metal from spent Lithium Ion Battery (LIB) or Li-Ion battery because in 2000 the amount of the waste was 200-500 ton/year which contained 30% cobalt that can harm the environment. Emulsion liquid membrane technology is one of the most best technology in metal recovering because highly selective recovery techniques, can be applied on a large scale, and time saving. The initial stage is leaching process is required to use citric acid at a concentration of 1 M to produce cobalt 89,74% and lithium 46,80% at 55oC for 50 minutes. Then, phase extraction with liquid membrane emulsion with the extractant (Cyanex 272) 0,05 M concentrations and levels of surfactants (Span-80) 6% as the figure most stable emulsions in this research. The extraction is done at room temperature and stirring 250 rpm and generates extraction of 48,73% Co and 13,06% Li at pH 5.5. This study was selective enough to separate the metals Co and Li."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Tri Wulandari
"Baterai lithium ion merupakan jenis baterai yang paling sering digunakan sebagai sumber energi pada telepon genggam. Jumlah limbah baterai lithium ion diperkirakan mencapai 200 - 500 ton per tahun. Dalam satu baterai lithium ion, terdapat 5 - 20 kandungan logam Co. Salah satu cara untuk memperoleh kembali sebuah logam berharga dari limbah adalah proses leaching yang kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi. Limbah baterai Lithium-Ion akan dikarakterisasi menggunakan EDX dan AAS, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat kandungan logam Co dalam bentuk LiCoO2 pada katoda. Proses leaching dilakukan dengan menggunakan asam klorida 4 M pada suhu 80°C dan waktu reaksi 1 jam. Logam Co akan diekstraksi dari larutan hasil leaching dengan kondisi optimal pada pH antara 5,0 - 6,0 menggunakan ekstraktan Cyanex 272 0,7 M dalam fasa membran, konsentrasi stripping acid H2SO4 sebesar 0,1 M, dan kecepatan pengadukan 1500 rpm.
......Lithium ion batteries are the most common type to be used as energy source in mobile phone. The amount of lithium ion battery wastes is approximated by 200 ndash 500 ton year. In one lithium ion battery, there are 5 ndash 20 of cobalt metal, depend on the manufacturer. One of the way to recover a valuable metal from waste is leaching process then continued with extraction. Spent lithium ion batteries will be characterized with EDX and AAS, the result will show the amount of cobalt metal with form of LiCoO2 in the cathode. Leaching process is done with hydrochloric acid 4 M, temperature 80°C, and stirring time 1 hour. Cobalt metal will be extracted from leaching liquor with optimum condition pH between 5.0 ndash 6.0 using Cyanex 272 0.7 M in membrane phase as extractant, stripping acid concentration H2SO4 is 0.1 M, and stirring speed of 1500 rpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library