Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shanti Aprilia Doede
Abstrak :
Penelitian ini menguji kemampuan Reksa Dana Saham di Indonesia dalam menghasilkan kinerja yang outperformed dan fenomena adanya persistensi kinerja reksa dana. Dalam penelitian yang dilakukan Jensen pada tahun 1968 disebutkan bahwa kinerja historis reksa dana bukanlah suatu indikasi dari kinerjanya di masa depan. Namun demikian, Hendricks, Patel dan Zeckhauser (1993) menemukan beberapa bukti adanya persistensi tersebut. Hal ini sejalan dengan keinginan kebanyakan investor yang lebih menyukai atau mempercayai bahwa kinerja historis reksa dana dapat dijadikan acuan bagi kinerja reksa dana di masa yang akan datang. Banyaknya penelitian yang menunjukkan terjadinya inkonsistensi terhadap kinerja reksa dana menjadikan pemilihan reksa dana yang sukses menjadi tugas yang menantang baik bagi calon investor individual maupun penasihat investasi. Analisis kinerja reksa dana saham dilakukan dengan menggunakan data raw return, model single factor CAPM dan model multi factor Fama & French dan Carhart. Dengan menggunakan 16 sampel reksa dana saham di Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 reksa dana saham di Indonesia menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada kinerja pasar. Kinerja reksa dana saham tersebut dipengaruhi secara negatif oleh faktor ukuran kapitalisasi pasar (size) saham-saham yang terdapat dalam portofolio reksa dana, dan dipengaruhi secara positif oleh faktor rasio nilai buku terhadap nilai pasar (book-to¬ market value of equity) serta dipengaruhi secara positif oleh faktor momentum meskipun secara statistik tidak signifikan. Fenomena keberadaan persistensi .kinerja (repeat performance) reksa dana saham dilakukan untuk melihat apakah reksa dana dengan kinerja winner dalam suatu periode akan kembali menujukkan kinerja winner dalam periode berikutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persistensi paling kuat terjadi pada reksa dana yang dievaluasi dengan menggunakan model kinerja multi faktor dengan persentase repeat winner sebesar 51.11% dibandingkan dengan menggunakan model single factor CAPM yang memberikan persentase repeat winner sebesar 46.51% dan data total raw return yang hanya memberikan persentase repeat winner sebesar 29.22%. ......This study examine the Indonesian equity funds performance compared to market portfolios benchmark and the phenomenon of its performance persistence. The study by Jensen (1968) contended that past mutual fund performance was not indicative of future performance. Hendricks, Patel and Zeckhauser (1993) found at least some evidence of persistence, as did Goetzmann and Brown [1995]. Most investors would like to believe that historical mutual fund performance is indicative of future results. Inconsistency in fund performance makes selecting successful mutual funds a challenging task for both the individual investor and the investment advisor. Equity funds performance measurement is conducted by analyzing raw return and factor models - The Capital Asset Pricing Model (single factor), 3-factors portfolios Fama & French, and 4-factors portfolios Carhart. Using 16 samples of Indonesian equity funds, the result showed that 13 funds outperformed the market portfolios (1HSG). The performance of the funds are negatively influenced by market capitalization (size effect) and positively influenced by book-to-market value of equity ratio and momentum factor, but none are statistically significant. The second stage of the study is to determine whether a fund is likely to perform well in the future, given the performance of the fund by assessing the cross-sectional tests of performance persistence. Basically, do winning equity funds repeat? The result of the study showed that during sampling periods (July 1999 - June 2003), the highest persistence is exhibited by funds whose performance measurement is conducted by alpha ranks from multi-factor models (the 3-factors Fama & French and 4-factors Carhart) with percentage of repeat winner is 51.11% compared to single-factor model which exhibit 46.51% and total raw return ranks that only revealed 29.22% repeat winner.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Susanti
Abstrak :
Penelitian ini menguji keberadaan market overreaction di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Secara khusus penulis mengangkat fenomena price reversal (pembalikan harga) yang terjadi pada saham-saham yang sebelumnya mengalami peristiwa perubahan harga terbesar yaitu kenaikan terbesar dan penurunan terbesar harga saham dalam satu hari perdagangan. Saham-saham yang sebelumnya mengalami return yang sangat positif dimasukkan ke dalam sampei winner. Sedangkan saham-saham yang sebelumya mengalami return yang sangat negatif dimasukkan ke dalam sampel loser. Penulis mengambil sampel saham-saham yang telah terdaftar di BEJ dari awal dan selama tahun 2001. Pengujian mengenai terjadinya pembalikan harga dengan cara melakukan uji t terhadap rata-rata abnormal return saham-saham winner dan loser. Penulis menemukan bahwa saham-saham loser mengalami reversal segera setelah terjadinya peristiwa penurunan harga saham yaitu pada hari kesatu, kedua, kelima, dan keenambelas setelah penurunan harga terbesar dan signifikan secara statistik. Pengujian pada sampel winner tidak menunjukkan pembalikan secara langsung pada hari pertama maupun kedua setelah peristiwa kenaikan harga saham. Saham-saham winner menunjukkan reversal pada hari kesepuluh dan keempatbelas setelah kenaikan harga terbesar. Keberadaan price reversal pada pasar modal ini mengimplikasikan bahwa pasar tidak efisien dalam bentuk lemah. Namun demildan, pengujian mendasar dari efisiensi pasar modal bentuk lemah ini adalah bisa atau tidaknya investor memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan fenomena pembalikan harga saham ini Hasil pengujian yang dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata CAR dengan rata-rata bid-ask spread pada sampel loser menunjukkan bahwa rata-rata CAR lebih kecil daripada rata-rata bid-ask spread Demildan pula pengujian dengan menerapkan simple trading rule menunjukkan bahwa rata-rata return tidak signifikan lebih besar dari nol. Hal ini mengindikasikan bahwa investor tidak dapat memperoleh keuntungan setelah mempertimbangkan biaya transaksi yang tercermin dalam bid-ask spread tersebut. Penelitian lebih mendalam dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya pembalikan harga ini. Pengujian pertarna dilakukan dengan cara melakukan regresi dengan variabel terikat CAR dan variabel babas bid-ask spread pada sampel loser saja. Hasilnya menunjukkan bahwa bid-ask spread secara statistik tidak signifikan terhadap terjadinya pembalikan. Pengembangan model dilakukan dengan menambahkan variabel abnormal return saat terjadinya peristiwa penurunan harga, dan dummy variable untuk melihat pengaruh Monday effect dan Friday effect. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel bid-ask spread secara statistik berpengaruh terhadap terjadinya pembalikan. Pembalikan harga yang terjadi tidak dipengaruhi Friday effect. Sedangkan Monday effect tidak berpengaruh terhadap pembalikan pada pengujian return interval 1 namun berpengaruh pada pengujian return interval 2. Variabel abnormal return saat event date menunjukkan hubungan yang negatif tetapi tidak signifikan dengan CAR pada pengujian return interval 1 namun pada return interval 2, variabel ini menunjukkan hubungan yang positif terhadap CAR.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Phangwijaya
Abstrak :
Karya akhir ini bertujuan mempelajari gejala overreaction di Bursa Efek Indonesia terhadap 100 saham yang terpilih selama periode 1998-2007. Selanjutnya, penelitian ini juga ingin mengetahui apakah strategi kontrarian dapat dimanfaatkan oleh investor atau tidak. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode komparatif dengan membandingkan rata-rata jumlah perolehan abnormal return yang tergabung dalam portofolio winner dengan portofolio loser. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan bentuk judgement sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada saham portofolio winner tidak terjadi penurunan abnormal return menjadi negatif sehingga tetap di daerah positif, sedangkan pada saham portofolio loser mengalami lonjakan abnormal return yang positif lebih tinggi daripada saham portofolio winner, sehingga dapat disimpulkan bahwa gejala overreaction terhadap 100 saham yang terpilih tidak terjadi di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu 1998-2007. Dengan demikian maka strategi kontrarian sangat berisiko untuk diterapkan oleh para investor yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia. ......The purpose of this final paper is to leam about the indication of overreaction in Indonesian Stock Exchange for 100 selected stocks from 1998 to 2007. In addition, this research tries to explore the piausibility of contrarian strategy if overreaction does exist. This research implements comparative method that comparing the total average of abnormal retiim in winner portfolio and the total average of abnormal retum in loser portfolio. The sampling technique uses a purposive sampling method with judgment. The overall result of this research shows that winner portfolio does not fail into negative abnormal retum although in some periods the winner portfolio does plunge into negative territory, In the other hand the loser portfolio tends to achieve positive abnormal retum higher than the winner portfolio. This paper concludes that overreaction does not completely exist in the Indonesian Stock Exchange, thus contrarian strategy is very risky to implement.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26546
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Hotma
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi overreaction dan strategi kontrarian menguntungkan di pasar BEJ. Data yang dipergunakan adalah return bulanan yang dimulai dari bulan Januari 1994 sampai dengan Desember 2003. Sedangkan prosedur yang dipergunakan merupakan kombinasi prosedur dari Rodriguez dan Fructuoso (2000) dan Kim (2003), dimana keduanya menggunakan prosedur yang telah dikembangkan oleh De Bondt dan Thaler (1985, 1987). Formasi terdiri atas dua bagian yaitu periode pembentukan dan periode pengujian, masing-masing selama 36 bulan. Periode pembentukan diberi notasi T-1 sampai T-36, sedangkan periode pengujian diberi notasi TI sampai dengan T36. Antara T-1 dan TI diberi jarak 2 bulan, dengan maksud untuk menghindari efek microstructure dan bid-ask spread. Periode pengujian mengunakan hold selama 6, 12, 18, 24, 30 dan 36 bulan . Dari setiap formasi dibentuk portofolio Loser (L) dan portofolio Winner (W), dan dari keduanya dibentuk strategi kontrarian (portofolio L-W). Pengujian overreaction dilakukan pada hold period pengujian T6, T12, TIB, T24, T30 dan T36. Selain itu, dipergunakan model CAPM yang dimodifikasi untuk melihat overreaction dan perubahan risiko portofolio antara periode pembentukan dan pengujian. Basil penelitian menunjukkan bahwa terjadi overreaction para portofolio Loser dan portofolio L-W untuk peride hold selama 6, 12, 18, 24, 30 dan 36 bulan, sedangkan portofolio Winner tidak mampu menunjukkan hal tersebut. Selain itu, model CAPM yang dimodifikasi mampu untuk menunjukkan adanya overreaction pada portofolio L, portofolio W dan portofolio L-W pada sebagian besar formasi, namun tidak mampu menunjukkan adanya perubahan risiko sistematis pada portofolio L, portofolio W dan portofolio L-W antara periode pembentukan dan pengujian. Strategi kontrarian ternyata mampu menciptakan profit karena secara statistik signifikan pada seluruh periode hold, yaitu periode 6, 12, 18, 24, 30 dan 36 bulan.
In this paper, we analyze the contrarian strategy in the empirical context of the Jakarta Stock Market, using the monthly return data from January 1994 up to December 2003. We use the combined procedures by Rodriguez and Fructuoso (2000) and Kim (2003), where they have followed the method proposed by De Bond and Thaler (1985, 1987). The formation consists of two parts namely Formation Period and Test Period, each for 36 months. The formation period has the notation T- I - T-36, while the Test Period has the notation TI - T36. There is two month interval between T-1 and TI to avoid the microstructure and bid-ask spread effects. The Test Period use the hold period of 6, 12 (T12), 18, 24, 30 and 36 months. From these formations we form the loser portfolio (L) and the winner portfolio (W). From the two portfolios, then we form the contrarian strategy (L-W portfolio). Test for overreaction is done at the Test period of 6, 12, 18, 24, 30 and 36 months. We also use the CAPM model that has been modified to observe overreaction and the change of portfolio risk between the Formation Period and the Test Period. We arrive at the conclusion that there is overreaction at the loser portfolio for hold period of 6, 12, 18, 24, 30 and 36 months, while at the winner portfolio there is no overreactions significantly. The modified CAPM model is able to show overreaction at portfolio L, portfolio W and portfolio L-W for almost the formations, but it can not show the change of systematic risks at portfolio L, portfolio W and portfolio L-W between the Formation Period and the Test Period. In the hold period of 6, 12, 18, 24, 30 and 36 months, the contrarian strategy can give profit to investors.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuan Bambang Handayana
Abstrak :
Banyak akademisi dan investor professional ragu bahwa strategi kontrarian yang berdasarkan pada value based investing dan strategi price momentum yang memanfaatkan perilaku investor yang overreaction dapat mengalahkan kinerja market index. Penelitian dalam thesis ini adalah untuk mempelajari apakah di Bursa Efek Indonesia, Bursa Efek Thailand dan Bursa Efek Philipina, strategi kontrarian dan strategi momentum merupakan strategi yang efektif untuk memperoleh tingkat return diatas market index. Dengan menggunakan data harga bulanan dari periode Januari 2002 hingga bulan Desember 2012, diperoleh kesimpulan bahwa strategi momentumterbukti efektif untuk dipergunakan di Bursa Efek Indonesia, Thailand dan Philipina sedangkan strategi kontrarian efektif untuk dipergunakan di Bursa Efek Indonesia dan Philipina. Hasil penelitian ini juga telah membuktikan adanya perilaku investor yang overreaction dan underreaction di ketiga Bursa Efek tersebut ......For many years scholars and professional investor has doubt that managing equity portfolio using contrarian strategies and price momentum strategies could outperformed market. These contrarian strategies call for buying loser stocks with the highest loss and winner stocks with highest gain are motivated by the availability of overreaction and underreaction Investors behavior. The purpose of this thesis is to find the evidences that both strategies are effective to be applied in Indonesia Stock Exchange, Thailand Stock Exchange and Philipine Stock Exchange. Using the trading data from January 2002 to December 2012 it was observed that contrarian and momentum strategies are effective to outperform market and it was observed also that such overreaction and underreaction behavior exist in those three stock exchanges.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Thresna Biyanti
Abstrak :
Penelitian ini mengangkat masalah aplikasi dari strategi short-run momentum (momentum) dan long-run reversal (Contrarian). Uji test yang dilakukan merupakan pengembangan dari model behavioral dari Daniel, Hirshleifer, dan Subrahmanyam (1998, DHS) dan Hong dan Stein (1999, HS). Dimana kedua penelitian tersebut masing-masing mengetengahkan penjelasan potensial mengenai kedua strategi perdagangan di atas terhadap stock return. Kedua model dari DHS dan HS menganalisis kemungkinan profit yang dihasilkan dari strategi lagged return berkaitan dengan kondisi pasar yang sedang berjalan (the state of the market). Pada penelitian keduanya diatas ditemukan bahwa momentum profit secara ekslusif mengikuti kondisi market gain dan contrarian profit lebih kuat mengikuti kondisi market losses. Penelitian yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta dengan periode waktu Januari 1998 hingga Desember 2001 membawa basil yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Dengan membuat simulasi portfolio berdasarkan strategi lagged return, dengan membedakan periode K (6, 12, dan 24) bulan, penulis mendefinisikan portfolio loser dan winner untuk masing-masing periode. Matra didapatkan untuk strategi portfolio 6 bulan terdapat 27 portfolio; masing-masing 9 portfolio loser, 9 portfolio winner, dan 9 portfolio winner-loser. Untuk Strategi portfolio 12 bulan terdapat 12 portfolio; 4 portfolio winner, 4 portfolio loser dan 4 portfolio winner-loser. 1Jntuk strategi portfolio 24 bulan terdapat 3 portfolio; 1 portfolio loser, 1 winner, dan 1 portfolio winner-loser. Pengukuran kinerja dari ketiga jenis portfolio tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga model, yaitu ; CCRs (Continous Cumulative Return of Stocks), CAP Alpha dan lama-trench Alpha. Hasil akhir menunjukkan bahwa strategi momentum dengan representasi portfolio 6 bulan dan 12 bulan dalam full sample period secara ekslusif mengikuti market gain (UP market), begitu juga dengan strategi contrarian yang diwakili oleh portfolio 24 bulan. Akan tetapi pada kondisi market loss (DOWN market) strategi momentum tidak terlihat signifikan mengikuti kondisi tersebut. Penemuan ini mengemukakan bahwa teori behavioral yang ada tidak dapat menjelaskan secara penuh mengenai kompleksitas fenomena strategi momentum dan contrarian.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Dewanto
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis persistensi kinerja reksadana saham yang terjadi dalam jangka pendek di Indonesia, untuk mengetahui apakah reksadana di Indonesia memiliki persistensi kinerja, apabila dievaluasi dalam rentang waktu per kuartal tahun. Pengukuran persistensi kinerja jangka pendek dinilai dari kemampuan reksadana menghasilkan daily abnormal return yang dianalisis dengan faktor Carhart Four Factor harian menggunakan data return harian dari reksadana-reksadana di Indonesia. Kemudian seluruh reksadana diurutkan kedalam desil berdasarkan daily abnormal returnnya. Tiap desil dianalisis kinerja 3 kuartal kedepannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode penelitian reksadana di Indonesia menunjukkan persistensi kinerja positif yang signifikan. Reksadana winner juga menunjukkan kinerja risk adjusted performance yang lebih baik dibandingkan reksadana loser, bila dilihat dari Sharpe’s ratio dan Treynor’s Measure. Reksadana winner menunjukkan kemampuan stock selection yang superior, Sebaliknya reksadana loser menunjukkan kemampuan stock selection yang inferior, walaupun reksadana winner dan loser menunjukkan kemampuan market timing yang signifikan secara statistik namun tidak terdapat pola yang membedakan antara reksadana winner dan loser dalam segi market timing ......The goal of this study was to analyze the short term persistence performance in Indonesian equity mutual funds, to see whether Indonesian mutual funds shows short term persistence if they were evaluated in shorter evaluation period, quarterly in this case. The short-term persistence was measured by the ability of the funds to generate daily abnormal return, analyzed using Carhart’s daily four factor model, using the funds daily return. Then all funds sorted into deciles, each decile analyzed for the next three quarter. The result of this thesis shows that in this period of this research, Indonesian funds shows significant positive persistencies. Winner funds also shows superior risk adjusted performance, assessed with Sharpe’s ratio and Treynor’s Measure. Winner funds exhibit good stock selection performance, Loser funds, exhibit bad stock selection skills. Although both winners and loser funds exhibit significant market timing skill, but there is no pattern that distinguish between them
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library