Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dessy Irdayani
"Tesis ini disusun untuk mengetahui pengaruh Low-Level Laser Therapy (LLLT) yang dikombinasikan dengan penggunaan bidai pergelangan tangan metacarpophalangeal (MCP) nol derajat dan tendon and nerve gliding exercise (TNGE) terhadap profil klinis penderita Carpal Tunnel Syndrome tingkat ringan dan sedang (derajat I-III dengan pemeriksaan elektrodiagnostik). Penelitian menggunakan desain uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal pada 18 subjek. Total subjek penelitian yang menyelesaikan penelitian sebanyak 15 orang dengan 21 tangan. Semua subjek dari kedua kelompok diberikan program latihan TNGE dan bidai pergelangan tangan yang digunakan pada malam hari. Kelompok perlakuan mendapat terapi LLLT dilakukan 3 kali seminggu, total 12 kali sesi terapi menggunakan LLLT GaAs panjang gelombang 905 nm, mean output 25 mW, 8J/cm2 per titik pada 3 titik di pergelangan tangan. Hasil keluaran penelitian ini berupa Visual Analog Scale (VAS), Symptom Severity Scale (SSS) dan Functional Severity Scale (FSS) pada minggu 4, minggu 6 dan minggu 8. Pemeriksaan elektrodiagnostik setelah terapi dilakukan pada minggu 6 hingga minggu 8. Kedua kelompok menunjukkan penurunan yang bermakna pada nilai VAS, SSS dan FSS dibandingkan nilai awal. Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok. Hasil nilai distal latensi sensorik, distal latensi motorik dan kecepatan hantar saraf tidak terdapat perbedaan bermakna baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan terapi LLLT kombinasi dengan TNGE dan bidai tidak memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan TNGE dan bidai dalam jangka pendek. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan waktu evaluasi yang lebih panjang (> 8 minggu) agar dapat terlihat pengaruh LLLT terhadap profil klinis penderita CTS tingkat ringan dan sedang.

This thesis is structured to determine the effect of Low-Level Laser Therapy (LLLT) combined with tendon and nerve gliding exercise (TNGE) and use of wrist splints on the clinical profile of patients with mild and moderate Carpal Tunnel Syndrome (grade I-III). This study used a single-blind randomized controlled trial in 18 subjects. Subjects who completed the study were 15 people with 21 hands. All subjects from both groups were given the TNGE training program and night wrist splints. The treatment group received LLLT therapy done 3 times a week, a total of 12 therapy sessions using LLLT GaAs wavelength 905 nm, mean output of 25 mW, 8J / cm2 per point at 3 points on the wrist. Outcome of this study were Visual Analog Scale (VAS), Symptom Severity Scale (SSS) and Functional Severity Scale (FSS) questionnaire at week 4, week 6 and week 8. Electrodiagnostics examination after treatment was carried out from week 6 to week 8. Both groups showed significant decreases in VAS, SSS and FSS values compared to baseline values. There were no significant differences between groups. The results of the value of distal sensory latency, distal motor latency and nerve conduction velocity were not significant differences either in groups or between groups. The results showed that the use of LLLT combine with TNGE and splint had no better effect than TNGE and splint in the short term. Further research is needed with a larger number of samples and a longer evaluation time (> 8 weeks) to see the effect of LLLT on the clinical profile ofpatients with mild and moderate CTS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purwitasari Darmaputri
"Latar Belakang: Luka kaki diabetes merupakan masalah paling umum pada penyandang DM. Tanpa perawatan yang tepat, luka dapat mengakibatkan infeksi, amputasi atau kematian. Tingkat mortalitas 3 tahun setelah amputasi akibat luka diabetes tidak banyak berubah dalam 30 tahun terakhir, walaupun dengan kemajuan medis dan pembedahan. LLLT merupakan salah satu terapi adjuvan yang dapat mempercepat penyembuhan luka kronis seperti luka diabetes, namun belum ada pedoman yang pasti mengenai dosis LLLT. Hingga saat ini, belum ada penelitian di Indonesia yang membandingkan densitas energi terhadap penyembuhan luka diabetes.
Tujuan: Mengetahui perbedaan efektivitas penyembuhan luka kaki diabetes dengan kedua densitas energi.
Metode: Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan 28 subjek dengan luka kaki diabetes yang dirandomisasi. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Kelompok A mendapat perawatan luka rutin dan LLLT 5 J/cm2. Kelompok B mendapat perawatan luka rutin dan LLLT 10 J/cm2. Intervensi dilakukan selama 4 minggu, dengan frekuensi 2x/minggu. Penilaian yang diambil adalah selisih ukuran luka dan kecepatan penyembuhan luka setiap minggu.
Hasil: Selisih ukuran luka setelah intervensi 4 minggu antara kelompok A dan kelompok B adalah 4.15 mm2 dan 7.5 mm2 (p=0.178). Total kecepatan pemulihan luka pada kelompok A dan kelompok B adalah 4.15 (-10-34.5) mm2/4 minggu and 7.5 (-2.8-34) mm2/4 minggu (p=0.168).
Kesimpulan: Pemberian LLLT dengan 5 J/cm2 maupun 10 J/cm2 tidak memberikan efek yang berbeda bermakna secara statistik terhadap penyembuhan luka kaki diabetes.

Background: Diabetic foot ulcer is one of the most common complications in DM patients. Without proper management, the ulcer may lead to infection, amputation or even death. Three-year mortality rate after the amputation due to diabetic ulcer has not changed much for the last thirty years, despite the advancement in medical and surgical aspects. LLLT is one of the adjuvant therapies that are used to enhance healing of chronic wound, such as diabetic ulcer, however there is no established guideline for LLLT dosage. Thus far, there has been no research conducted in Indonesia comparing the energy density of LLLT on diabetic foot ulcer healing.
Aim: To compare the effectiveness between two energy densities in diabetic foot ulcer healing.
Method: This research is an experimental study on 28 randomized subjects with diabetic foot ulcer. Sampling was done consecutively. Group A received standard treatment of ulcer and LLLT 5 J/cm2. Group B received standard treatment of ulcer and LLLT 10 J/cm2. Intervention was carried out twice a week for 4 weeks. The outcomes are wound size and healing rate every week.
Result: The difference of wound size between group A and group B after 4 weeks were 4.15 mm2 and 7.5 mm2 (p=0.178). The healing rate of group A and group B were 4.15 (-10-34.5) mm2/4 weeks and 7.5 (-2.8-34) mm2/4 weeks (p=0.168).
Conclusion: There was no statistically significant difference between group receiving LLLT 5 J/cm2 or 10 J/cm2 in diabetic foot ulcer healing."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Wati Astri Arifin
"Latar Belakang: Osteoartritis (OA) lutut seringkali menyebabkan disabilitas akibat nyeri dan penurunan kemampuan fungsional berjalan. Low Level Laser Therapy (LLLT) dan High Intensity Laser Therapy (HILT) telah terbukti mampu menurunkan nyeri dan kemampuan fungsional pada OA lutut, namun hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang membandingkan kedua modalitas tersebut.
Tujuan: Mengetahui perbedaan efek LLLT dan HILT terhadap derajat nyeri dan kemampuan fungsional pasien OA lutut.
Metode: Studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol tersamar ganda yang melibatkan 61 subjek yang diacak ke dalam kelompok LLLT (n=31) dan HILT (n=30). Subjek adalah pasien OA lutut di Poliklinik Muskuloskeletal Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan VAS ≥ 4 dan mampu berjalan 15 meter. Terapi laser diberikan 3 kali seminggu selama 2 minggu. Derajat nyeri dinilai dengan VAS dan kemampuan fungsional dinilai dengan uji jalan 15 meter.
Hasil: Setelah 6 kali terapi, didapatkan penurunan VAS kelompok LLLT dan HILT sebesar 3 (2 – 4) dan 3 (2 – 5) serta peningkatan kecepatan berjalan sebesar 0,23
(0,02 – 1,24) meter/detik dan 0,22 (0,08 – 0,7) meter/detik) yang bermakna secara statistik (p<0,001) maupun secara klinis. Pada perbandingan antar kelompok didapatkan kelompok HILT mengalami penurunan VAS yang lebih cepat dan lebih besar dibanding kelompok LLLT (p<0.001), namun tidak didapatkan perbedaan perubahan kecepatan berjalan yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,655).
Simpulan: Pemberian HILT pada pasien OA lutut mampu menurunkan derajat nyeri dengan lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan pemberian LLLT.

Background: Osteoarthritis (OA) of the knee causes disability due to pain and decreased functional ability to walk. The degree of pain will affect the functional ability to walk. Low Level Laser Therapy (LLLT) has been shown to reduce pain in knee OA, while High Intensity Laser Therapy (HILT) is able to reach deeper joint areas.
Aim: To compare the differences of LLLT and HILT on pain and functional capacity knee OA.
Methods: This is a double-blind randomized controlled trial with 61 subjects randomized into LLLT (n=31) and HILT (n=30) groups . Subject was knee OA patient with VAS ≥ 4 in Muskuloskeletal Polyclinic of Medical Rehabilitation RSUPN Cipto Mangunkusumo. Laser therapy was given 3 times per week for 2 weeks. Pain measured with VAS and functional capacity evaluated with 50-feet walk test.
Result: After 6 therapy sessions, both LLLT and HILT group showed reduced VAS score [LLLT = 3 (2 – 4), HILT = 3 (2 – 5)] and increased walking speed (LLLT =
0.23 (0.02 – 1.24) m/s, HILT = 0.22 (0.08 – 0.7) m/s) which was statistically (p<0.001) and clinically significant. HILT group had faster and greater VAS reduction compared to LLLT group (p<0.001), but there was no significant difference in walking speed between the two groups (p=0.655).
Conclusion: HILT and LLLT combined with exercise were effective in reducing pain and increasing functional capacity in knee OA patient after 6 sessions of treatment. Pain improvement was faster and greater in HILT group than LLLT group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Dala Intan Sapta Nanda
"ABSTRAK
Latar Belakang : Low-level Laser Therapy (LLLT) merupakan suatu modalitas fisik yang digunakan dalam menunjang rehabilitasi. Pada pasca operasi impaksi molar tiga, dapat terjadi penurunan kualitas hidup karena beberapa respon fisiologis yaitu perdarahan ringan, bengkak, kekakuan dan nyeri. Yang menyebabkan disabilitas dalam aktivitas sehari-hari seperti makan dan minum. Dan mempengaruhi kualitas hidup pasien selama hari-hari pertama pasca operasi.
Metode :Desain penelitian studi Randomized Control Trial (RCT), single blind, terdiri dari 21 subjek grup intervensi LLLT dan 21 subjek grup kontrol (sham-LLLT) dengan rentang usia 18-30 tahun. Subjek grup intervensi diberikan dosis 54 J, densitas energi 18J/cm2 di hari 0, 3 & 7 pasca operasi impaksi molar tiga bawah. Kualitas hidup dinilai dengan memakai Short Form 36 (SF-36) sebelum dan sesudah terapi Laser.
Hasil : Terdapat perbedaan signifikan menurunkan nyeri (VAS) pasca operasi di hari ke 3 & 7 (p<0,05) antara kedua grup. Terdapat pengurangan trismus secara statistik bermakna pasca operasi di hari ke 3 dan 7 (p<0,05) antara kedua grup. Terdapat perbedaan statistik yang bermakna (p<0,05) terhadap kualitas hidup SF-36 domain Peran Fisik (PF), Rasa Nyeri (RN), Kesehatan Umum (KU) antara kedua grup. Perbaikan kualitas hidup SF-36 juga terlihat bermakna secara statistik (p<0,05) pada komponen fisik (KF) setelah pemberian LLLT.
Kesimpulan : LLLT dapat menurunkan nyeri pasien pasca operasi impaksi molar 3 bawah dari hari 0 hingga 3 dan nyeri menghilang di hari ke 7 pasca-operasi. LLLT mengurangi trismus pasien terutama di hari ke 3 pasca operasi, trismus menghilangkan di hari ke 7 pasca operasi. Gambaran kualitas hidup melalui SF-36 pasien pasca operasi impaksi pada penelitian ini menunjukkan hasil lebih rendah pada komponen fisik dibandingkan komponen mental. Dan terdapat peningkatan kualitas hidup pada pasien pasca operasi impaksi molar tiga bawah post-LLLT.

ABSTRACT
Background: Low-level Laser Therapy (LLLT) is a physical modality used in rehabilitation support. In lower third molar impacted patients, a decline in QOL due to some physiological response such as mild bleeding, swelling, stiffness and pain. This leads to disability in daily activities such as eating and drinking. And also can affect QOL of patients during the first days after surgery.
Methods: Study design Randomized Control Trial (RCT), single blind, consisting of 21 subjects in intervention group & 21 subjects LLLT sham-LLLT with an age range of 18-30 years. Subjects in the intervention group was given a dose 54 J, energy density 18J/cm2 at day 0, 3 & 7 pasca lower third molar removal. Both groups were assessed QOL using the Short Form 36 (SF-36) before and after LLLT.
Results: There was a statistically significant reduction in pain (VAS) post-operative on day 3 and 7 (p <0.05) between both groups. There is a statistically significant reduction of post-operative trismus at day 3 and 7 (p <0.05) between both groups. There is QOL improvement on the SF-36 domains Role Physical (RP), Bodily Pain (BP), General Health (GH), which was statistically significant (p <0.05) in both groups. Improvement of QOL SF-36 was also statistically significant (p <0.05) on the Physical Component (PCS) between both groups.
Conclusion: LLLT can reduce post-operative pain of lower third molar impacted patients from day 0 to 3 and disappeared at day 7 post-surgery. LLLT therapy reduces trismus under particularly at day 3 post-surgery and eliminate trismus on post-surgery day 7. Profile of the QOL through the SF-36 after lower third molar removal showed lower results on the Physical Component than the Mental Component. And increase QOL of lower third molar removal patients after post-LLLT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library