Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Ayu Imaningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas udara di kota Jakarta dewasa ini cenderung mengalami penurunan oleh adanya dampak negatif dan perkembangan kegiatan industri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keadaan kualitas udara di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur dan daerah sekitarnya. Kualitas udara ditentukan berdasarkan nilai Index of Atmospheric Purity (IAP) dengan menggunakan lumut kerak sebagai bioindikator. Hasil penelitian inenunjukkan bahwa lumut kerak di kawasan industri dan daerah sekitarnya terdiri dari tiga jenis, yaitu dua jenis dari Inarga Physca, dan satu jenis dari marga Leprara. Dari data jumiah jenis, luas penutupan, dan frekuensi kehadiran tiap jenis lumut kerak tersebut, diketahui bahwa niiai lAP di Kawasan Industri Pulogadung adalah 7,35 sedangkan di daerah sekitarnya adalah 12,35. Berdasarkan kritenia penggolongan nilai IAP menurut LeBlanc & De Sloover, maka kualitas udara di kedua lokasi tersebut tenniasuk terceinar benat.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Octovia Huwae
Abstrak :
Penelitian mengenai kualitas udara di beberapa jalur hijau di wilayah Jakarta Selatan dengan luinut kerak sebagai bioindikator, telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan transportasi telah mempengaruhi kualitas udara di beberapa daerah di Jakarta Selatan. Dengan inenggunakan Index of Atmospheric Purity (LAP) menurut Le Blanc & Sloover dengan luinut kerak sebagal bioindikator, inaka dapat diketahui kualitas udara di daerah Senopati, Ji. Pakubuwono-Hang Tuah dan Ji. Jend. Sudirinan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa daerah Senopati dengan frekuensi kendaraan yang rendah, terinasuk daerah yang terpolusi ringan. Pada lokasi mi ditemukan lima jenis lumut kerak yaitu Graphis sp., Lepraria sp. dan tiga jenis dari genus Physcia. Ji. Pakubuwono-Hang Tuah dengan frekuensi kendaraan sedang, merupakan daerah yang terpolusi sedang. Pada lokasi mi ditemukan empat jenis luinut kerak yaltu Lepraria sp. dan tiga jenis dari marga Physcia. Di daerah Ji. Jend. Sudirman dengan frekuensi kendaraan yang tinggi, merupakan daerah yang terpolusi berat. Di daerah mi ditemukan hanya dua jenis lurnut kerak dari jenis Physcia spp
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Bonnita Putri
Abstrak :
Selulosa mikrokristal merupakan eksipien yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan farmasetika terutama sediaan tablet. Selulosa mikrokristal telah berhasil dibuat dari tumbuhan gulma eceng gondok Eichhornia crassipes melalui proses hidrolisis enzimatis. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kuantitas selulosa mikrokristal yang dihasilkan dengan memanfaatkan inhibitor ? -glukosidase yang diekstraksi dari lumut kerak, memperoleh kondisi optimum hidrolisis enzimatis meliputi optimasi pH dan waktu, serta mendapatkan identitas dan sifat fisikokimianya yang dibandingkan dengan selulosa mikrokristal standar, Avicel PH-101. Penelitian diawali dengan peremajaan kapang Trichoderma reesei, kemudian enzim selulase yang diekstraksi dari Trichoderma reesei bersama dengan inhibitor ? -glukosidase yang diekstraksi dari lumut kerak digunakan untuk hidrolisis enzimatis selulosa pada ? -selulosa hasil delignifikasi dari serbuk eceng gondok untuk memperoleh selulosa mikrokristal. Selulosa mikrokristal hasil hidrolisis enzimatis diidentifikasi, dikarakterisasi, dan dibandingkan dengan Avicel PH-101. Identitas dari selulosa mikrokristal diperoleh melalui spektrum inframerah yang mirip dengan standar. Selulosa mikrokristal yang diperoleh berupa serbuk sedikit kasar, tidak berbau dan berasa serta berwarna sedikit kekuningan dibandingkan standar. Karakteristik selulosa mikrokristal yang diperoleh meliputi terbentuk warna biru dengan larutan iodin, distribusi ukuran partikel sebesar 2,01 ? m, pH 7,03, kadar abu 0,23 , kadar air 3,42, susut pengeringan 3,16, kerapatan partikel passable, serta laju alir dan sudut istirahat yang memenuhi persyaratan. Berdasarkan perbandingan pola difraktogram dengan difraksi sinar-X dan secara morfologi dengan SEM Scanning Electron Microscope sudah terlihat kemiripan antara selulosa mikrokristal hasil hidrolisis dengan standar.
Microcrystalline cellulose is an excipient commonly used in the manufacture of pharmaceutical preparations, especially tablet preparations. Microcrystalline cellulose has been successfully made from water hyacinth Eichhornia crassipes through enzymatic hydrolysis process. This study aims to increase the quantity of microcrystalline cellulose produced by utilizing glucosidase inhibitors extracted from lichen, obtaining the optimum conditions of enzymatic hydrolysis including pH and time optimization, and obtaining its identity and physical properties compared to commercial microcrystalline cellulose, Avicel PH 101. The study began with the rejuvenation of Trichoderma reesei, then the cellulase enzyme extracted from Trichoderma reesei together with the glucosidase inhibitor extracted from the lichen were used for enzymatic hydrolysis of cellulose from delignification of the water hyacinth powder to obtain microcrystalline cellulose. Microcrystalline cellulose from enzymatic hydrolysis results were identified, characterized, and compared with Avicel PH 101. The identity of microcrystalline cellulose was obtained through an infrared spectrum similar to the standard. Microcrystalline cellulose obtained in the form of a slightly coarse powder, odorless and tasteless and slightly yellowish than standard. Characteristics of microcrystalline cellulose obtained include blue violet color with iodine solution, particle size distribution of 2.01 m, pH 7.03, ash 0.23, moisture content 3.42, drying shrinkage 3.16 , passable particle density, as well as flow rate and angle of repose that met the requirements. Based on the comparison of difractogram pattern with X ray diffraction and morphology with SEM Scanning Electron Microscope a similarity was able to be seen between microcrystalline cellulose of hydrolysis result with standard.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library