Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prima Belia Fathana
Abstrak :
Latar Belakang : Merokok masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Merokok menjadi faktor risiko bagi penyakit kanker paru dan PPOK. Hubungan antara kanker paru dan PPOK masih terus dikaji. Komorbiditas PPOK pada kanker paru dapat mempengaruhi proses diagnostik, tatalaksana serta managemen akhir kehidupan pasien kanker paru. Metode : Penelitian ini adalah studi potong lintang analitik yang dilakukan di poliklinik onkologi paru RSUP Persahabatan selama periode Agustus 2018 sampai dengan April 2019 terhadap pasien kanker paru kasus baru yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil : terdapat 52 subjek yang diteliti dan didapatkan 76,9% adalah laki-laki dan perokok (71,2%), jenis kanker paru yang paling banyak ditemukan ialah kanker paru karsinoma bukan sel kecil (98,1%), sebagian besar stage 4 (88%) dan tampilan klinis 1 (50%). Prevalens PPOK berdasarkan pemeriksaan spirometri menurut kriteria PNEUMOMOBILE ialah 46,2% dan prevalens emfisema berdasarkan pemeriksaan CT-scan toraks ialah 30,8%.. Subjek kanker paru yang menderita PPOK 91,7% termasuk kedalam obstruksi derajat sedang (GOLD 2) serta memiliki kelainan faal paru campuran obstruksi dan restriksi ( 70,8%). Subjek yang menderita emfisema terbanyak menderita emfisema jenis sentrilobular (43,7%). Terdapat hubungan antara letak lesi sentral terhadap beratnya obstruksi yang diukur melalalui nilai VEP1 pada subjek PPOK dan emfisema. Kesimpulan : PPOK pada kanker paru terutama ditemukan pada laki-laki, perokok serta jenis kanker yang paling banyak diderita ialah adenokarsinoma. Emfisema yang paling banyak diderita ialah jenis sentrilobular yang secara umum banyak didapatkan pada perokok. ......Background: Smoking is one of risk factors in both of lung cancer and chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Comorbidity of COPD among lung cancer patients generally influenced outcome of their quality of life, diagnostic procedures, treatments, and end of life managements. Methods:This analytical cross-sectional study involved newly diagnosed lung cancer cases admitted to the oncology clinics of Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia between August 2018 and April 2019. Patients who met the study criteria were consecutively included. Spirometric evaluation of airway obstruction and COPD was based on PNEUMOBILE and GOLD criteria. Radiological evaluation of emphysema was based on thorax CT-scan. Results:Subjects were 52 lung cancer patients and most of them were males (76.9%) and smokers (71.2%). Most of them were diagnosed as non-small cell lung cancer (NSCLC) (98.1%), were in end-stage of the disease (88.0%) and were in performance status of 1 (50.0%). The prevalence of COPD and emphysema was 46.2% and 30.8%, respectively. Most of the COPD subjects (91.7%) experienced moderate airway obstruction (GOLD 2), along with mixed obstruction-restriction spirometric results (70.8%). Centrilobular emphysema was common (43.7%) radiological finding in this study. Degree of obstruction by spirometry (VEP1)and detection of central tumor lesion by thorax CT-scan in COPD and emphysema subjects was found to be correlated. Conclusion:COPD in lung cancer was found in males, smokers, and NSCLC patients. Centrilobular emphysema was commonly found in this study, particularly in smoker sub-group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Kosasih
Abstrak :
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan, sarana serta pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerjasama yang erat dan terpadu antara ahli pare dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radioterapi, ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli lainnya. Insidensi kanker paru terus meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini menjadi kanker paling sering di dunia pada laki-laki dan kelima terbanyak pada perempuan serta menjadi penyebab utama kematian laki-laki. Amerika Utara dan sebagian besar negara Eropa. Angka morbiditi dan mortaliti makin meningkat di negara berkembang seiring dengan penambahan populasi, aktiviti merokok serta pengaruh lingkungan, Pengobatan atau penatalaksanaan kanker paru sangat tergantung kepada kecepatan dan ketelitian mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada penderajatan (staging) dini akan sangat membantu penderita memperoleh kualiti hidup lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan mengingat respons kanker paru yang buruk terhadap berbagai jenis pengobatan. Kontroversi multimodaliti terapi untuk penatalaksanaan optimal dibandingkan dengan efek samping yang ada pada kanker paru masih menjadi perdebatan dan penelitian ini masih terus berlangsung.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Jonathan
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker paru dapat memiliki gejala dan tanda yang salah satunya disebabkan sindrom paraneoplastik. Salah satu sindrom paraneoplastik melibatkan sistem hematologi yang terdiri dari anemia, leukositosis, netrofilia, hipereosinofilia, trombositosis dan hiperkoagulabilitas. Belum ada data/penelitian di Indonesia mengenai sindrom paraneoplastik hematologi pada kanker paru. Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang analitik yang dilakukan di poliklinik onkologi toraks RSRRN Persahabatan dalam periode September 2018 hingga Februari 2019 terhadap semua pasien kanker paru kasus baru yang sudah tegak diagnosis serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil secara total sampling. Hasil: Subjek memiliki rerata usia 56,7+11,4 tahun. Sebagian besar laki-laki, berstatus gizi normal (42,6%), memiliki riwayat merokok (75%) dan IB sedang (52%). Jenis histologi tersering KSS (39,7%) dengan stage lanjut (83,8%) dan PS <2 (94,1%). Proporsi anemia paraneoplastik adalah 40,4% yang berhubungan dengan status gizi kurang dan tersering berjenis normositik normokromik. Proporsi leukositosis paraneoplastik adalah 39% yang berhubungan dengan jenis kelamin laki-laki dan riwayat merokok. Proporsi netrofilia paraneoplastik 51,5% yang berhubungan dengan jenis kelamin laki-laki, riwayat merokok dan jenis histologi KSS. Proporsi hipereosinofilia dan trombositosis paraneoplastik masing-masing adalah 2,9% dan 18,4%. Proporsi hiperkoagulabilitas paraneoplastik adalah 91,2% yang didominasi peningkatan kadar D-dimer. Kesimpulan: Sindrom paraneoplastik hematologi yang paling sering ditemukan pada pasien kanker paru adalah hiperkoagulabilitas, netrofilia dan anemia. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai hubungan sindrom paraneoplastik hematologi dengan prognosis pasien. ......Background: Lung cancer could have signs and symptoms which was caused by paraneoplastic syndromes. One of those paraneoplastic syndromes involves hematologic system consisting of anemia, leukocytosis, neutrophilia, hypereosinophilia, thrombocytosis and hypercoagulability. There has been no data/research in Indonesia regarding hematologic paraneoplastic syndrome in lung cancer. Methods: This study was a cross-sectional analytic study conducted at the thoracic oncology clinic in Persahabatan Hospital during September 2018 to February 2019 for all patients with new case of lung cancer whose diagnosis established and fulfilled the inclusion and exclusion criteria taken in total sampling. Results: Subjects had a mean age of 56.7+11.4 years. Most of them were male, had normal nutritional status (42.6%), had a smoking history (75%) and moderate IB (52%). The most common type of histology was SCC/squamous cell carcinoma (39.7%) with advanced stage (83.8%) and PS <2 (94.1%). The proportion of paraneoplastic anemia was 40.4% which was associated with poor nutritional status and commonly normocytic normochromic. The proportion of paraneoplastic leukocytosis was 39%, associated with male sex and smoking history. The proportion of paraneoplastic neutrophilia was 51.5%, related to male sex, smoking history and SCC histology type. The proportions of paraneoplastic hypereosinophilia and thrombocytosis were 2.9% and 18.4%, respectively. The proportion of paraneoplastic hypercoagulability was 91.2% and dominated by the increase of D-dimer level. Conclusion: The most common hematologic paraneoplastic syndrome found in lung cancer patients were hypercoagulability, netrophilia and anemia. Further research is needed to assess the correlation of hematologic paraneoplastic syndrome and the prognosis of the patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Yenni Sari
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang : Prevalens malnutrisi pada kanker paru di rumahsakit cukup tinggi namun masalah tersebut sering tidak terdeteksi sejak awal. Pemeriksaan nutrisi secara rutin juga masih jarang dilakukan karena keterbatasan waktu, kondisi pasien juga hal-hal lain. Penyebab malnutrisi pada pasien kanker bersifat multifaktorial dapat merupakan proses dari penyakit kanker itu sendiri, sebagai efek dari terapi kanker atau bahkan keduanya. Pada penelitian ini akan diteliti perubahan yang terjadi pada subjek setelah pemberian 3 siklus kemoterapi berdasarkan parameter indeks massa tubuh (IMT), persentase berat otot rangka dengan mengunakan alat bioelectrical impendance analysis (BIA) dan penilaian kadar albumin. Tujuan :Mengetahui perubahan status gizi pada pasien KPKBSK berdasarkan arameter IMT, persentase otot rangka dan kadar albumin sebelum dan setelah 3 siklus kemoterapi. Metode : Penelitian pre-post experimental pada pasien KPKBSK tahun 20132014 sebanyak 33 subjek yang mendapatkan kemoterapi dengan menilai perubahan IMT, persentase berat otot rangka dengan menggunakan alat BIA dan kadar albumin. Hasil : Dari 33 subjek penelitian, status gizi kurang berdasarkan IMT sebanyak 17 subjek (56,6%), berdasarkan persentase otot rangka tidak normal 30 subjek (90,9%) dan hipoalbuminemia 27 subjek (81,8 %). Perubahan status gizi dengan penilaian parameter IMT, persentase otot rangka dan albumin sebelum kemoterapi I dan setelah kemoterapi 3 siklus dalam penilaian skala kategorik tidak didapatkan perubahan bermakna dengan nilai IMT (p=1,000), persentase otot rangka (p=1,0000) dan kadar albumin (p=1,000). Kesimpulan : Terdapat perubahan bermakna dalam penilaian skala numerik dengan nilai median IMT sebelum kemoterapi I adalah 18,4 (16,90-25,00), median IMT setelah kemoterapi III adalah 18 (16,60-24) p=0,000. Nilai median albumin sebelum kemoterapi I adalah 3(2,80-4,0), median albumin setelah kemoterapi III adalah 2,90 (2,60-3,90) p=0,000. Nilai range persentase otot rangka sebelum kemoterapi I (26,7-32,2) menjadi (26,7-32,1) dan nilai mean setelah kemoterapi 29,58 ±1,69 dengan nilai p= 0,001.
ABSTRACT Introduction : The prevalence of malnutrition in lung cancer at hospital is quite high but the problem is often not detected early. Nutrition routine examination is still rarely done due to time constraints, the condition of the patient are also other things. The cause of malnutrition in cancer patients is multifactorial that can be a process of cancer itself, as the effects of cancer therapy or both. This research investigates the changes that occur in the subject after administrating of 3 cycles of chemotherapy based on the parameters body mass index (BMI), percentage of skeletal muscle weight by using the tool bioelectrical impendance analysis (BIA) and the assessment of albumin. Purpose: Knowing the changes in nutritional status in patients with KPKBSK based on parameters of BMI, the weight percentage of skeletal muscle and the albumin levels before and after 3 cycles chemotherapy. Methods: Pre-post experimental study in patients with KPKBSK in the year of 2013-2014, a total of 33 subjects who received chemotherapy by assessing changes in BMI, weight percentage of skeletal muscle by using BIA and albumin. Result: There are 33 subjects, less nutritional status based on BMI 17 subjects (56.6%), based on the percentage of abnormal skeletal muscle of 30 subjects (90.9%) and hypoalbuminemia 27 (81.8%). Parameter assessment of nutritional status with BMI, skeletal muscle percentage and albumin before chemotherapy I and after 3 cycles of chemotherapy in a categorical scale not found significant changes in the value of BMI (p=1.000), the percentage of skeletal muscle (p = 1.0000) and albumin levels (p = 1.000). Conclusion: There are significant changes in the assessment of a numerical scale with the median value of BMI before chemotherapy I are 18.4 (16.90 - 25.00), the median BMI after chemotherapy III is 18 (16.60 - 24) p = 0.000. The median value of albumin before chemotherapy I is 3 (2.80 - 4.0), the median albumin after chemotherapy III is (2.60 - 3.90) p = 0.000. Value of range skeletal muscle percentage before chemotherapy I becomes 26.7-32.2 26.7 - 32.1 and the mean value of 29.58 ± 1.69 after chemotherapy with p = 0.001.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Nasriawati
Abstrak :
Aerosol karbon hitam menimbulkan risiko potensial bagi kesehatan manusia. Karbon hitam telah dilaporkan menjadi penyebab penting bagi beberapa penyakit kardiovaskular dan pernapasan manusia. International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa klasifikasi karbon hitam adalah 2b, yaitu berpotensi menyebabkan kanker. Ini menandakan bahwa efek karsinogenik karbon hitam untuk manusia masih kontroversial. Laporan kasus berikut ini memaparkan kasus kanker paru-paru akibat pajanan karbon hitam dan meninjau literatur laporan kasus okupasi untuk mendapatkan jawaban tentang efek pajanan karbon hitam dan meningkatnya risiko kanker paru-paru di antara pekerja yang terpajan karbon hitam. Pencarian literatur dilakukan untuk menjawab pertanyaan klinis melalui database elektronik: PubMed dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan adalah 'karbon hitam' DAN 'kanker paru-paru' DAN 'pekerja'. Kriteria inklusi dari strategi pencarian ini adalah pekerja yang terpapar karbon hitam, studi meta analisis, kasus control,prosfektif kohort. Kriteria pengecualian dari artikel ini adalah artikel yang tidak dapat diakses, RCTs yang telah digunakan dalam systemic review. Artikel yang dipilih kemudian dianalisa kritis menggunakan kriteria yang relevan oleh Oxford Center for Evidence-based Medicine. Penelitian ini mengulas literatur oleh Rota Matteo, et all 2014; Bukti epidemiologis tentang karbon hidro poliaromatik (PAH) tinggi terpapar, studi kohort perspektif oleh Delli LD, et all 2015 dan studi kasus kontrol oleh Marie EPt, dkk 1996. Ketiga penelitian menunjukkan bahwa potensi karsinogenik hitam karbon sama dengan pernyataan monograf IARC bahwa studi epidemiologi karbon hitam memberikan bukti karsinogenisitas yang kurang memadai (Kelompok 2B). ......Carbon black aerosol has potential risks on human health. Carbon black has been reported to be an important cause for several human cardiovascular and respiratory diseases. International Agency for Research on Cancer (IARC) stated that carbon black classification is 2b, that is carcinogenic. This report explains a case of lung cancer due to carbon black exposure and reviews the literature of occupational cases to get the answers about the effects of carbon black exposure and the increasing risk of lung cancer among carbon black exposed workers. The literature search was performed to answer the clinical question via electronic databases: PubMed and Google Scholar. The keywords used were ‘carbon black’ AND ‘lung cancer’ AND ‘workers’. The inclusion criteria of this searching strategy were the workers which exposed to carbon black, meta analysis, randomizes controlled trial, systematic reviews, cohort. The exclusion criteria of this article were inaccessible articles, RCTs that have been used in recent systematic review. The selected articles were then critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-based Medicine. This study reviews the literature by Rota Matteo, et all 2014; The epidemiological evidence on the polyaromatic hydro carbon (PAH) high exposed, perspective cohort study by Delli LD, et all 2015 and the control case study by Marie EPt, et al 1996. The three researches showed that carbon black carcinogenic potential is the same with the IARC monograph statement that the epidemiological studies of carbon black provide inadequate evidence of carcinogenicity (Group of 2B).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Aim: to assess the quality of life (QOL) of lung cancer patients. Subject and methods: Twenty-four subjects were interviewed, and questionnaires were filled to evaluate the subjective quality of life of the patients. Objective evaluation was conducted using the Karnofsky Performance Status (KPS). Subjective evaluation included physical, social, and spiritual dimensions. Evaluation was conducted at the time of diagnosis (initial phase, 24 subjects), and reevaluation was conducted during the adaptive phase (21 subjects). Time and place: the Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine of the University of Indonesia, Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital and Dharmais Cancer Hospital, Jakarta, from January 2001 to January 2002. Results: At the time of diagnosis 1 subject had poor QOL, 18 (75%) had moderate QOL, and 5 had high QOL. At the reevaluation, 8 had mild QOL and 13 had high QOL. Conclusions: There was a significant increment of quality of life from the time of diagnosis to the second evaluation. Abbreviations: (QOL) quality oflife,(KPS)Karnofsky Perfomance Status
2002
AMIN-XXXIV-4-OktDes2002-126
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmila Sari
Abstrak :
Latar belakang : Kanker paru adalah kanker yang berasal dari epitel bronkus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pola kuman dari bilasan bronkus dan faktor-faktor yang memengaruhi pada pasien terduga kanker paru di RS Persahabatan pusat Respirasi Nasional. Metode : Jenis penelitian potong lintang. Jumlah sampel 226 pasien. Kriteria inkusi yaitu pasien terduga kanker paru, usia > 18 tahun, tidak menggunakan antibiotik satu minggu sebelum tindakan bronkoskopi. Hasil : Karakteristik pasien terduga kanker paru antara lain laki-laki (63,7%), rerata usia 60 ± 11,45 tahun. Keluhan respirasi batuk (78,3%) dan sesak napas (65,5%). Sebagian besar perokok berat (30,5%). Indeks massa tubuh normal (43,8%). Nilai leukosit normal (53,5%), neutrofil normal (66,4%), neutrofil limfosit rasio meningkat (67,3%). Data histopatologis terbanyak adalah adenokarsinoma (50,9%), EGFR tidak ada mutasi (34%) dan ALK negatif (29%). Foto toraks tampak lesi sentral (84,5%), > 3 mm (89,9%) dan konsolidasi (64,2%). CT scan toraks ada keterlibatan kelenjar getah bening (67,7%) dan ada metastasis (71,2%). Gambaran bronkus tampak massa infiltratif (27,9%) dan mukosa edematous (15,9%). Diagnosis terbanyak yaitu kanker paru (71,7%), T4 (85,2%), N2 (37,7%), M1a (42,6%), metastasis efusi pleura (54,9%), stage IV A (64,2%) dan PS 1 (49,4%). Bakteri terbanyak pada bilasan bronkus adalah Pseudomonas aeruginosa (13,7%) dan Klebsiella pneumoniae(11,1%). Kesimpulan : Bakteri terbanyak pada bilasan bronkus adalah Pseudomonas aeruginosadan Klebsiella pneumoniae. Batuk, nilai leukosit, letak anatomi foto toraks, letak anatomi CT scan toraks dengan kontras, ground glass opacity dan efusi pleura pada CT scan toraks dengan kontras memengaruhi ada atau tidak bakteri pada bilasan bronkus pasien terduga kanker paru. ......Background: Lung cancer is cancer that originates from the epithelium of the bronchi. This study aims to determine microbial patterns from bronchial washing and influencing factors in suspected lung cancer patients at Persahabatan Hospital National Respiratory Center. Method: Cross-sectional research. The sample was 226 patients. The inclusion criteria are patients suspected of lung cancer, aged > 18 years, not using antibiotics one week before bronchoscopy Results: The characteristics of patients suspected of lung cancer include male (63.7%), average age 60 ± 11.45 years. Respiratory complaints of cough (78.3%) and shortness of breath (65.5%). Most were heavy smokers (30.5%). Normal body mass index (43.8%). Normal leukocyte values (53.5%), normal neutrophils (66.4%) and neutrophil-lymphocyte ratio increased (67.3%). The most histopathological data were adenocarcinoma (50.9%), EGFR no mutation (34%) and negative ALK (29%). Thoracic photographs appear as central lesions (84.5%), > 3 mm (89.9%) and consolidated (64.2%). Thoracic CT scan there was involvement of lymph nodes (67.7%) and there were metastases (71.2%). The bronchial appears as infiltrative masses (27.9%) and edematous mucosa (15.9%). The most diagnoses were lung cancer (71.7%), T4 (85.2%), N2 (37.7%), M1a (42.6%), metastatic pleural effusion (54.9%), stage  IV A (64.2%) and PS 1 (49.4%). The most common bacteria in bronchial washing are Pseudomonas aeruginosa (13.7%) and Klebsiella pneumoniae (11.1%). Conclusion: The most common bacteria in bronchial washing are Pseudomonas aeruginosa and Klebsiella pneumoniae. Cough, leukocyte value, anatomy location based on thoracic photo and thoracic CT Scan with contrast, ground glass opacity and pleural effusion affect the presence or absence of bacteria in a bronchial wash of suspected lung cancer patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman
Abstrak :
Pasien kanker paru mengalami banyak masalah yang dihadapi selama menjalani kehidupan sebagai pasien kanker paru. Meskipun intervensi kemoterapi dan radioterapi dapat memperpanjang masa hidup pasien, namun pasien mungkin khawatir dengan keluhan yang dirasakan akan datang berulang, sehingga tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari, terutama dalam penuhan Activity Daily Living ADL secara mandiri. Masalah ketidaktauan dan ketidakmampuan pasien menjadi prioritas untuk segera di tanggulangi terkait dengan kemandirian pasien dalam mengatasi masalah yang dihadapinya saat ini dan kemudian hari. Asuhan keperawatan dengan pendekatan teori Imogene King, yang merupakan teori pencapaian tujuan yang dapat digunakan pada pasien dengan kasus kanker paru mulai tahap pengkajian, perencanaan, implementasi sampai dengan evaluasi dalam usaha pencapaian kesembuhan dan menanggulangi kekambuhan yang melibatkan peran pasien dan keluarga. Teori Imogene King dapat membantu menganalisa masalah melalui system personal, System interpersonal dan system sosial, sehingga perawat dapat menetapkan tujuan yang ingin dicapai bersama pasien dan keluarga. ......Lung cancer patients experience many problems during their life as lung cancer patients. Even though chemotherapy and radiotherapy interventions can prolong a patient's life span, patients may be worried that the complaints they feel will recur, so they are unable to carry out daily activities, especially in fulfilling Daily Living Activities/ADLs independently. The problem of patient ignorance and inability is a priority to be addressed immediately in relation to the patient's independence in dealing with the problems they face now and in the future. Nursing care uses the Imogene King theory approach, which is a goal achievement theory that can be used in patients with lung cancer cases starting from the assessment, planning, implementation to evaluation stages in an effort to achieve healing and prevent recurrence which involves the role of the patient and family. Imogene King's theory can help analyze problems through the personal system, interpersonal system and social system, so that nurses can set goals to achieve with the patient and family.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Silikosis adalah pneumokoniosis yang disebabkan inhalasi silika kristal. Risiko relatif pada silikosis masih menjadi perdebatan.Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini untuk mengetahui risiko kanker pada silikosis. Metode: Pencarian literature menggunakan data base PubMed dan Scopus. Kriteria inklusi penelitian ini adalah meta-analisis, and studi kohort, kasus kontrol, dewasa dengan silikosis, risiko kanker paru. Kriteria eksklusi adalah artikel yang tidak relevan, tidak dapat diakses, studi kohort dan kasus kontrol yang termasuk dalam meta-analisis. Artikel telah dilakukan penilaian kritis menggunakan kriteria Oxford Center for Evidence-Based Medicine. Hasil: Sebagai hasil, kami memilih 29 studi. 2 artikel meta analisis dilakukan penilaian kritis setelah melalui kriteria eksklusi. Berdasarkan penilaian kritis 2 artikel meta analisis tersebut valid. Meta-analisis oleh Kurihara N, dkk (2004) menjelaskan risiko relative kanker paru adalah 2.37 (95% CI, 1.98-2.84) pada silikosis dan 0.96 (95% CI, 0.81-1.15) untuk non-silikosis. Pada pasien silicosis dan merokok (RR, 4.47; 95% CI, 3.17-6.30). Artikel yang lain adalah meta-analisis oleh Erren T.C, dkk (2011) yang memasukkan 38 studi. Artikel ini menjelaskan risiko kanker paru pada silikosis adalah RR=2.1 (95% CI, 2.0-2.3), dan pada non silikosis adalah RR=1 (95% CI, 0,8-1,3). Kesimpulan dan Rekomendasi: Silikosis merupakan faktor risiko kanker paru. Merokok sangat meningkatkan risiko kanker paru pada silikosis. Pasien silikosis harus dilakukan pemantauan secara berkala. Pada studi mendatang agar melakukan investigasi silicosis dan pajanan silika sebagai risiko kanker paru di Indonesia.
ABSTRACT
Background: Silicosis is a pneumoconiosis caused by the inhalation of crystalline silica. The higher relative risks among those with silicosis stimulated continued debate.The purpose of this evidence based case report was to know probability silicosis as risk of lung cancer. Method: The literature search was performed to answer clinical question via electronic databases: PubMed and Scopus. The inclusion criteria of this searching strategy were systematic reviews, and cohort study, adult with silicosis, risk of lung cancer. The exclusion criteria of this article were not relevance, inaccessible articles, cohort or case control that have been used in recent systematic review. Article was critically appraised using criteria Oxford Center for Evidence-based Medicine. Result: As a result, we chose 29 study. 2 meta analysis articles was critically appraised after exclusion criteria. Critical appraisal of meta analysis that 2 articles was valid. Meta-analysis by Kurihara N, et al (2004) states the relative risks of lung cancer were 2.37 (95% CI, 1.98-2.84) for those with silicosis and 0.96 (95% CI, 0.81-1.15) for non-silicosis. Cigarette smoking strongly increased the lung cancer risk in silicosis patients (relative risk, 4.47; 95% CI, 3.17-6.30). The other article is a meta-analysis by Erren T.C, et al (2011) which included 38 studies. It stated that silicosis lung cancer risks were found to be doubled RR=2.1 (95% CI, 2.0-2.3), and in non silicosis were found RR=1 (95% CI, 0,8-1,3). Conclusion and recommendation: Silicosis is a risk factor of lung cancer. Smoking strongly increased the lung cancer risk in patients with silicosis. Silicotic patients who have a risk of lung cancer should be continuously followed-up. Future study should investigate silicosis and silica exposure being as a risk of lung cancer among patients in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claresta Diella
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas laktat dehidrogenase LDH serum dan korelasinya dengan asupan karbohidrat pada pasien kanker paru stadium lanjut di Rumah Sakit Kanker Nasional Dharmais Jakarta. Pada sel kanker terjadi efek Warburg yaitu kecenderungan sel kanker untuk melakukan glikolisis anaerob. Enzim LDH berfungsi sebagai katalisator untuk mengubah piruvat menjadi laktat pada keadaan anaerob. Peran laktat pada pada sel kanker meliputi inisiasi pertumbuhan tumor, menjaga kelangsungan sel kanker, proliferasi, angiogenesis, dan metastasis. LDH dapat digunakan sebagai marker diagnostik, penentu prognosis, sensitivitas dan resistensi tumor terhadap terapi, dan target potensial untuk kemoterapi. Subjek didapatkan melalui consecutive sampling yang melibatkan 56 subjek kanker paru stadium lanjut. Rerata usia hasil adalah 56,98 10,36 tahun, sebanyak 55,4 berjenis kelamin laki-laki. Asupan karbohidrat berdasarkan food recall 1 x 24 jam adalah 57,64 10,85 , sedangkan berdasarkan food frequency questionnaire FFQ semikuantitatif adalah 57,98 10,50 . Nilai median aktivitas LDH adalah 541,5 164 ndash;6539 IU/L yang sebanyak 60,7 aktivitasnya meningkat. Pada penelitian ini didapatkan korelasi negatif yang bermakna dengan kekuatan sedang p = 0,017, r = - 0,317 antara asupan total karbohidrat per hari dalam gram berdasarkan metode food recall 1 x 24 jam dengan aktivitas LDH serum. Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara total karbohidrat per hari dalam gram berdasarkan metode FFQ semikuantitatif dan asupan karbohidrat terhadap total energi dengan aktivitas LDH baik berdasarkan metode FFQ semikuantitatif dan food recall 1 x 24 jam.Kesimpulan: Asupan karbohidrat dalam 24 jam berkorelasi negatif bermakna dengan aktivitas LDH serum pada pasien kanker paru stadium lanjut.
The aim of this study is to determine serum lactate dehydrogenase LDH activity and its correlation with carbohydrate intake in advanced lung cancer patients at Dharmais National Cancer Hospital Jakarta. Cancer cells are characterized by increase anaerobic glycolysis termed the Warburg effect. LDH enzyme catalyzes the convertion of lactate to pyruvate in anaerobic condition. Activity of lactate in cancer influences on tumor growth initiation, tumor survival, proliferation, angiogenesis and metastasis. Serum LDH activity can be used as a diagnostic marker, prognostic marker, predictive marker for tumor sensitivity and resistancy to therapy, and potensial target for chemotherapy. 56 subjects of advanced lung cancer are recruited by consecutive sampling. The mean of age subjects is 56,98 10,36 years old and 55,4 were male. Carbohydrate intake based on food recall 1 x 24 hours is 57,64 10,85 , while based on food frequency questionnaire FFQ semiquantitative is 57,98 10,50 . The median of LDH activity is 541,5 164 ndash 6539 IU L and 60,7 is increse. This study show medium negative significant correlation p 0,017, r 0,317 between total carbohydrate intake per day in grams based on food recall 1 x 24 hours with LDH serum activity. There is no significant correlation between total carbohydrate intake per day in grams based FFQ semiquantitative and carbohydrate intake of total energy with LDH serum activity based on food recall 1 x 24 hours and FFQ semiquantitative. In conclusion, there is medium negative significant correlation between carbohydrate intake in 24 hours with LDH serum activity in advanced lung cancer patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>