Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Etty Saringendyanti W., 1959-
"ABSTRAK
Dalam waktu cukup lama, penelitian arkeologi di Jawa Barat terasa tidak terlalu marak sebagaimana penelitian-penelitian di Jawa Tengah maupun Jawa Timur, khususnya penelitian terhadap sisa-sisa peninggalan dari masa Hindu-Buda. Dalam hal ini, bukti-bukti peninggalan dari masa itu pun terasa memiliki tingkat kesulitan berbeda dibanding kedua bagian pulau Jawa tadi; kendatipun dalam banyak hal situs-situs tersebut diduga masih disitu.
Demikian pula halnya dengan penyebutan tempat-tempat suci keagamaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dikenal dengan nama candi, patirthan dan patapan. Lebih lanjut, menurut kitab Nagarakertagama dan kakawin Arjunawijaya yang berasal dari jaman kerajaan Majapahit di Jawa Timur, tempat-tempat suci keagamaan itu terbagi tiga, yaitu dharma hap, dharma Ipas, dan sekelompok tempat suci yang belum jelas statusnya, antara lain tempat suci karesyan. Sementara sumber tertulis berupa prasasti dan karya sastra Sunda menyebut sejumlah tempat suci dengan nama lemah dewasasana, kabuyutan, kawikwan, mandala, dan parahiyangan. Penyebutan tempat-tempat suci di Jawa Barat sedikit banyak mempunyai persamaan dengan sebutan tempat-tempat suci di Jawa Timur, yang sebagian besar mengacu pada tempat-tempat suci karesyan, terutama kawikwan dan mandala yang berlatar keagamaan Hindu (Saiwa). Dalam pada itu, penyebutan terhadap tempat-tempat suci secara umum dikenal dengan nama kabuyutan. Umumnya berbentuk bangunan batur tunggal, bangunan teras berundak, dan altar, yang sedikit banyak masih dipengaruhi oleh budaya tradisi megalitik.
Dengan keterbatasan-keterbatasan demikian, penelitian Penempatan Situs Upacara Masa Hindu-Buda: Kajian Lingkungan Fisik Kabuyutan di Jawa Barat ini merupakan sebuah kajian testing-hipotesa yang mengajukan pendekatan ekologi untuk mengerti hubungan antara situs dengan sumberdaya sebagai faktor lingkungan fisiknya. Lingkungan fisik yang mendasari penelitian ini dengan lima variabel utama terdiri dari letak, geomorfologi, ketinggian tempat, kemiringan lereng, jenis tanah, serta sumber air, sampai pada kesimpulan bahwa penempatan situs-situs itu berada pada lima pilihan lahan. Situs upacara yang diduga sebagai tempat dilakukannya tapa berada pada tempat lebih tinggi dan curam dibanding tempat-tempat untuk melakukan pemujaan pada Zat Tertinggi. Demikiaan pula situs-situs yang diduga sebagai tempat pengajaran ajaran-ajaran rahasia --dalam hal ini disebut kawikwan--, sudah barang tentu pemilihan lahan dilatarbelakangi oleh putusan-putusan para shtapaka dan sthapati. Sebagai contoh, lahan harus berada dekat pada sumber air dan tanahnya harus subur.

ABSTRACT
In many time, the archaeological research in West Java is not so brightness as well as in Central Java or East Java, especially in study of the Hindu-Buddha remains on the same termination, such as Candi, Patirthan, and Patapan. Archaeological re-searches generally are based on the termination of the prehistoric ceremonial site. Many of the Hindu-Buddha's ceremonial site are the prehistoric ceremonial site too which usually signed on Hinduism or Buddhism symbolic, such as pseudo-lingga, a statue or some statues -- at least in very simple-- of the Hinduism or Buddhism pantheon, or a fragment or some fragment of ceremonial tool kit.
Perhaps, the limitation on the archaeological research in West Java cause of the archaeological data itself; many of them have been destroy by the time or tophonomy process and suggest abandoned in-situ. To identify site like that as a Hindu-Buddha's ceremonial site which could be placed as sample is one of this research goals. According to Central Java and East Java, the archaeological remains such as Candi, PathW tan, and Patapa as ceremonial site more refer to dharma haji, dharma !pas, and several of holy-place which could not be identify yet, such as karesyan. By the way, they could not be found in West Java's history resources. There are many different to the other one, both by the name or by form. In the ancient literature, especially in West Java's ancient manuscript or inscriptions, ceremonial remains are called by lemah dewasasana, kabuyutan, kawikwan, mandala, and parahiyangan. Kawikwan and mandala could be similarity with the ceremonial site in East Java who called by karesyan, especially in Hinduism (Saiva). Today's, all of archaeological remains, holy-place as area to hold an ceremonial event, or be a holy-place by some reasons, such as a grave of ancestor, Islamic religionist, or a place regarded has supra-natural, are called kabuyutan. Usually they are single sanctuary, terrace, and altar
Rest on this constraint as long as the inclination of the archaeological research today's, the placement of Hindu-Buddha's ceremonial site: study of physical environment of kabuyutan in West Java is a testing hypothesis to carry on the ecological determinants approach to understand the relationship between the archaeological site with the resource space as its physical environment. In this case, the resource space are restriction at lay, elevated place, slope steepness, soil, geomorphology, and distance to water-resources. The main goals of this research succeed five inclinations clustering of kabuyutan which in basically show that the placement of the ceremonial site consider the resource space in the own restriction. The ceremonial site as area to hold live as an ascetic more higher and steepness than the ceremonial site as area to hold an worship to Supreme Being. And so that the placement of a ceremonial site as a place to learning the secret doctrine --in some case called by kawikwan--, there are some consideration behind the siha`paka's (and sthapati's) decision. For a sample, they are must be near by a water-resources and the soil must be a fertile soil.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aris Munandar
Jakarta: Komunitas Bambu, 2008
959.801 Mun i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mpu Prapanca
Leiden: KITLV, 2006
959.802 PRA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Linde, Herald Van Der
"Discover Majapahit, the mighty empire in Southeast Asia that many have never heard of. In the 14th and 15th centuries, the Majapahit kingdom reigned supreme in eastern Java, and its influence stretched far and wide, throughout present-day Indonesia, parts of the Malay peninsula and the island of Tumasek, now Singapore. Majapahit's army famously repelled Kublai Khan's invasion, and its formidable navy humbled even the renowned Portuguese mariners. Walk the bustling streets of Majapahit, a melting pot of aristocratic Javanese, shaven-head Brahmins, hermits in bark cloth, widows dressed in white, and Chinese, Persian and Arab traders. Discover beautiful temples and imposing palaces, and markets brimming with goods from all over Asia. At the heart of Majapahit's story are eccentric kings and queens embroiled in bloody family feuds, and a tipsy court scribe who has the good sense to write down everything he sees. Witness the drama of royal intrigues, murders, revenge and war. This is not just the story of an empire's rise and fall, it is an exploration of a society rich in religious diversity, social tolerance and artistic achievement, and a society - much like Indonesia today - which must navigate its way in the challenging tapestry of Chinese and Southeast Asian geopolitics."
Great Britain: Monsoon, 2024
959.8 LIN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ashad Kusuma Djaya
Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2017
959.801 2 ASH g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Riana
Jakarta: Kompas, 2009
959.82 KET k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aris Munandar
Bogor: Akademia, 2009
930.1 AGU g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Rosita Prijoharijono
"Gambaran bangunan-bangunan cukup banyak dijumpai pada relief-relief candi, khususnya caudi-candi di Jawa, Pada dasarnya bangunan-bangunan yang digambarkan pada relief-relief candi tersebut dapat dibedakan men jadi beberapa macam bangunan, antara lain yang disebut sebagai bangunan konstruksi susunan batu dan bangunan konstruksi kayu (Atmadi 1979: 5-6). Penelitian serta pengamatan terhadap gambaran bangunan-bangunan pada relief candi-candi di Jawa sebelumnja telah dilakukan oleh beberapa ahli dalam usaha mengungkapkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gambaran bangunan-bangunaa pada relief-relief tersebut. Pengamatan terhadap bangunan-bangunan yang terdapat pada; relief candi-candi di Jawa mula-mula dilakukan aleh Parmantier,walaupun sifatnya masih terbatas tetapi cukup bermanfaat bagi_ penelitian-penelitian selanjutnya. Dalam pengamatan terhadap gambaran bangunan-bangunan tersebut, Parmantier mengemukakan garis besar dari penggambaran bentuk-bentuk bangunan pada relief candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Elizabeth Siwy
"Penelitian tentang relief senjata telah dilakukan khususnya pada candi-candi masa Majapahit abad XIV-XV M. Adapun tujuan penelitian ini, secara umum membuat uraian secara lengkap mengenai senjata dari masa Majapahit abad XIV-XV M. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis dan tipe-tipe senjata yang digambarkan pada pada masa Majapahit abad XIV-XV M, mengetahui penggunaan senjata berdasarkan perbedaan bentuk-bentuk yang dipahatkan di relief dan dari sumber-sumber tertulis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, diawali dengan mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan obyek penelitian. Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi bentuk-bentuk senjata. Selanjutnya bentuk-bentuk senjata yang diperoleh akan diklasifikasikan untuk memperoleh tipe senjata. Tahap berikutnya diuraikan kemungkinan-kemungkinan penggunaan senjata. Hasilnya menunjukkan bahwa ada berbagai jenis senjata; 1) Senjata tusuk seperti pedang, tombak, pisau belati, trisula dan dwisula; 2) Jenis senjata tebas yaitu pedang, kapak, arit dan kudi; 3) Jenis senjata pukul seperti gada dan tongkat; 4) Jenis senjata lontar adalah senjata panah yang terdiri dari busur dan anak panah; serta 5) Perisai yang termasuk jenis senjata pelindung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S12041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Langit Kresna Hariadi, 1959-
Yogyakarta: Bentang, 2018
899.221 LAN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>