Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pleyte, W. Edith Humris
"ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh sehingga pada pasien yang menderita penyakit Talasemia Mayor sering terjadi gangguan psikopatologis. Juga ingin diketahui secara khusus adalah bagaimana peranan orangtua dalam menimbulkan gangguan jiwa pada anaknya yang menderita talasemia. langsung terhadap timbulnya gangguan jiwa pada anaknya. Ibu memainkan peranan yang. lebih besar dalam menimbulkan gangguan jiwa anaknya. Disamping itu orang juga sangat tertekan oleh pendapatan keluarga yang tidak memadai serta keadaan anak yang dengan bertambahnya umur semakin buruk prognosisnya.
Subjek penelitian meliputi 192 kasus yang terdiri dari 110 anak laki-laki dan 82 anak perempuan yang berumur antara 1-17 tahun dan datang berobat jalan pada Unit Talasemia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo. Disamping itu penelitian juga dilakukan terhadap 192 pasang orangtuanya.
Tempat Penelitian adalah Unit Talasemia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan psikiatrik dengan berpedoman pada wawancara standar "Pedoman pembuatan laporan psikiatrik" dan kuesioner-kuesioner. Kuesioner itu adalah kuesioner yang secara khusus dirancang untuk orangtua pasien untuk mendapat data demografis dan memeriksa persepsi orangtua mengenai penyakit talasemia serta kesepakatan antara orangtua. Disamping itu, juga dipakai kuesioner SCL 90 untuk memeriksa terdapatnya kecenderungan gangguan jiwa pada orangtua.
Hasil utama
1. Jumlah kasus talasemia yang menderita gangguan jiwa adalah 62 orang (32.3%), ibu yang mempuyai kecenderungan gangguan jiwa adalah 73 orang (38.0%) sedangkan ayah adalah 95 orang (49.5%). Pemeriksaan klinis psikiatrik yang dilakukan pada 108 ibu menunjukkan bahwa 39 (36.1%) orang menderita gangguan jiwa sedangkan pada pemeriksaan 104 orang ayah sebanyak 35 orang (32.7%) menderita gangguan jiwa.
2. Tidak terdapat hubungan antara kecenderungan gangguan jiwa pada orangtua dengan gangguan jiwa pada anaknya. Terdapat hubungan antara gangguan jiwa pada ibu dengan gangguan jiwa pada anaknya.
3. Persepsi orangtua mengenai penyakit talasemia cukup realistik. Persepsi ibu mengenai
kemampuan anak berhubungan secara negatif dengan gangguan jiwa pada anaknya
4. Persepsi orangtua mengenai talasemia sangat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga dan
umur anak
Kesimpulan
Penyakit Talasemia Mayor merupakan stresor psikososial yang berat baik bagi anak maupun orangtuanya sehingga merupakan faktor yang menentukan timbulnya psikopatologi pada anak dan orangtuanya. Temyata bahwa orangtua tidak berperan secara;Purpose the aim is to study the influence of factors on patients suffering from Thalassemia Mayor and their parents which often causes the emergence of psychopathology. Special attention is placed upon the role of parents in developing mental disorders in their children who are thalassemics.

ABSTRACT
Study subjects
Study subjects were taken from the population of patients who regularly visit the Thalassemia Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta. The number of cases included in the study is 192 patients , consisting of 110 boys and 82 girls, aged between I - 17 years. Their parents were also included in the study
Measurements
Measurements were performed by interviews and observation. All the cases and their parents were examined using general psychiatric examination technique based on Manual for Constructing a Psychiatric Report. In addition to this examination a special questionnaire was constructed to obtain demographic data and perception of parents about their children's illness. The parents were also asked to complete a form of SCL-90 which is a self-rating questionnaire to evaluate their mental status.
Main Results
1. The number of cases who besides Thalassemia Mayor also suffer from mental disorder is 62 (32.3%). The number of fathers who have a tendency for mental disorders is 73 (38.0%), the number of mothers is 95 (49.5%), Psychiatric examination of 108 mothers showed that 39 (36.1%) suffer from mental disorder and examination of 104 fathers showed that 35 (32.7%) suffer from mental disorder
2. There was no relationship found between tendency for mental disorder of the parents and mental disorders of their children. On the contrary there was relationship found between mental disorder of the cases and mental disorder of their mothers.
3. Perception of the parents about Thalassemia Mayor was quite realistic. Perception of the
mothers about the child's ability was negatively related towards mental disorder of the children.
4. Perception of the parents about Thalassemia Mayor was influenced by income of the family and
age of the child
Conclusion
It has been proven that Thalassemia Mayor is a severe psycho-social stress causing psychopathology in thalassemics and their parents, The parents do not directly influence the emergence of mental disorder in their children. Mothers play a greater role in precipitating mental disorder in their children.;Purpose the aim is to study the influence of factors on patients suffering from Thalassemia Mayor and their parents which often causes the emergence of psychopathology. Special attention is placed upon the role of parents in developing mental disorders in their children who are thalassemics.
"
2001
D2
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pleyte, W. Edith Humris
"ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh sehingga pada pasien yang menderita penyakit Talasemia Mayor sering terjadi gangguan psikopatologis. Juga ingin diketahui secara khusus adalah bagaimana peranan orangtua dalam menimbulkan gangguan jiwa pada anaknya yang menderita talasemia. Langsung terhadap timbulnya gangguan jiwa pada anaknya. Ibu memainkan peranan yang. lebih besar dalam menimbulkan gangguan jiwa anaknya. Disamping itu orang juga sangat tertekan oleh pendapatan keluarga yang tidak memadai serta keadaan anak yang dengan bertambahnya umur semakin buruk prognosisnya.
Subjek penelitian meliputi 192 kasus yang terdiri dari 110 anak laki-laki dan 82 anak perempuan yang berumur antara 1-17 tahun dan datang berobat jalan pada Unit Talasemia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo. Disamping itu penelitian juga dilakukan terhadap 192 pasang orangtuanya.
Tempat Penelitian adalah Unit Talasemia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan psikiatrik dengan berpedoman pada wawancara standar "Pedoman pembuatan laporan psikiatrik" dan kuesioner-kuesioner. Kuesioner itu adalah kuesioner yang secara khusus dirancang untuk orangtua pasien untuk mendapat data demografis dan memeriksa persepsi orangtua mengenai penyakit talasemia serta kesepakatan antara orangtua. Disamping itu, juga dipakai kuesioner SCL 90 untuk memeriksa terdapatnya kecenderungan gangguan jiwa pada orangtua.
Hasil utama
1. Jumlah kasus talasemia yang menderita gangguan jiwa adalah 62 orang (32.3%), ibu yang mempuyai kecenderungan gangguan jiwa adalah 73 orang (38.0%) sedangkan ayah adalah 95 orang (49.5%). Pemeriksaan klinis psikiatrik yang dilakukan pada 108 ibu menunjukkan bahwa 39 (36.1%) orang menderita gangguan jiwa sedangkan pada pemeriksaan 104 orang ayah sebanyak 35 orang (32.7%) menderita gangguan jiwa.
2. Tidak terdapat hubungan antara kecenderungan gangguan jiwa pada orangtua dengan gangguan jiwa pada anaknya. Terdapat hubungan antara gangguan jiwa pada ibu dengan gangguan jiwa pada anaknya.
3. Persepsi orangtua mengenai penyakit talasemia cukup realistik. Persepsi ibu mengenai
kemampuan anak berhubungan secara negatif dengan gangguan jiwa pada anaknya
4. Persepsi orangtua mengenai talasemia sangat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga dan
umur anak
Kesimpulan
Penyakit Talasemia Mayor merupakan stresor psikososial yang berat baik bagi anak maupun orangtuanya sehingga merupakan faktor yang menentukan timbulnya psikopatologi pada anak dan orangtuanya. Temyata bahwa orangtua tidak berperan secara langsung terhadap timbulnya gangguan jiwa pada anaknya. Ibu memainkan peranan yang lebih besar dalam menimbulkan gangguan jiwa anaknya. Disamping itu orang juga sangat tertekan oleh pendapatan keluarga yang tidak memadai serta keadaan anak yang dengan bertambahnya umur semakin buruk prognosisnya.

ABSTRACT
Purpose the aim is to study the influence of factors on patients suffering from Thalassemia Mayor and their parents which often causes the emergence of psychopathology. Special attention is placed upon the role of parents in developing mental disorders in their children who are thalassemics.
Study subjects
Study subjects were taken from the population of patients who regularly visit the Thalassemia Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta. The number of cases included in the study is 192 patients , consisting of 110 boys and 82 girls, aged between I - 17 years. Their parents were also included in the study
Measurements
Measurements were performed by interviews and observation. All the cases and their parents were examined using general psychiatric examination technique based on Manual for Constructing a Psychiatric Report. In addition to this examination a special questionnaire was constructed to obtain demographic data and perception of parents about their children's illness. The parents were also asked to complete a form of SCL-90 which is a self-rating questionnaire to evaluate their mental status.
Main Results
1. The number of cases who besides Thalassemia Mayor also suffer from mental disorder is 62 (32.3%). The number of fathers who have a tendency for mental disorders is 73 (38.0%), the number of mothers is 95 (49.5%), Psychiatric examination of 108 mothers showed that 39 (36.1%) suffer from mental disorder and examination of 104 fathers showed that 35 (32.7%) suffer from mental disorder
2. There was no relationship found between tendency for mental disorder of the parents and mental disorders of their children. On the contrary there was relationship found between mental disorder of the cases and mental disorder of their mothers.
3. Perception of the parents about Thalassemia Mayor was quite realistic. Perception of the
mothers about the child's ability was negatively related towards mental disorder of the children.
4. Perception of the parents about Thalassemia Mayor was influenced by income of the family and
age of the child
Conclusion
It has been proven that Thalassemia Mayor is a severe psycho-social stress causing psychopathology in thalassemics and their parents, The parents do not directly influence the emergence of mental disorder in their children. Mothers play a greater role in precipitating mental disorder in their children"
2001
D12
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ghina Chairunnisa
"ABSTRAK
Transfusi darah dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien thalassemia mayor, namun dapat menyebabkan kelebihan zat besi, sehingga diperlukan terapi kelasi besi, seperti deferipron dan deferasirox. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis obat yang lebih cost-effective dengan metode Analisis Efektivitas-Biaya AEB karena masing-masing obat memiliki perbedaan efektivitas dan biaya obat yang signifikan. Data diambil secara retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling berdasarkan catatan rekam medik dan sistem informasi rumah sakit. Pasien yang diikutsertakan merupakan pasien anak-anak pengguna deferipron n=33 dan deferasirox n=27 yang rutin melakukan transfusi darah pada tahun 2016. Efektivitas pengobatan diukur berdasarkan perubahan kadar serum ferritin. Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, alat kesehatan, tindakan, administrasi dan jasa dokter, laboratorium serta kantong darah. Berdasarkan hasil penelitian, deferasirox 1.164 ng/mL lebih efektif dari deferipron 692 ng/mL dan median total biaya pengobatan deferasirox lebih mahal. Hasil akhir menunjukkan bahwa rasio efektivitas-biaya deferasirox Rp 65.816,68 lebih rendah dari deferipron Rp 74.956,60 , namun keduanya tidak ada yang mendominasi sehingga tidak dapat ditentukan terapi yang lebih cost-effective. Bila pengobatan deferipron dipilih, perlu dikeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 52.416,64 untuk peningkatan satu unit efektivitas dan pengambil kebijakan di pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan apakah biaya lebih tersebut sebanding dengan peningkatan efektivitasnya.

ABSTRAK
Blood transfusions are needed in improving the quality of life of major thalassemia patients, but it can lead to excess iron, so it requires iron chelation therapy, such as deferiprone and deferasirox. This study is aimed to analyse whether deferipron or deferasirox is more cost effective with Cost Effectiveness Analysis CEA method because each drug has a significant difference in effectiveness and drug costs. Data were taken retrospectively and sampling was done using total sampling based on medical records and hospital information systems. Patients which included are pediatric patients with deferiprone n 33 and deferasirox n 27 who regulary perform blood transfusion in 2016. The effectiveness is measured by changes in serum ferritin levels and the cost is median of the total cost, summed from the cost of drugs, medical devices, hospitalization, administration, physician, laboratories and blood bags. Based on the results, the effectiveness of deferasirox 1,164 ng mL is greater than deferiprone 692 ng mL and median total cost of deferasirox is more expensive. The final result showed that cost effective ratio of deferasirox Rp 65.816,68 is lower than deferiprone Rp 74.956,60 , but none of both medications is dominant and therefore we could not determine which medication is more cost effective. If deferiprone is selected, it requires extra cost Rp 52.416,64 to increase the effectivity. Policy maker in healthcare facility need to consider if incremental cost of medication is equal to its increased effectiveness."
2017
S69397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betti Danil
"Latar belakang. Kelebihan zat besi akibat transfusi rutin pada penderita thalassemia mayor menyebabkan timbunan zat besi yang akan membuat kerusakan signifikan pada banyak organ, seperti hati dan kelenjar paratiroid, sehingga dapat mengganggu metabolisme vitamin D dan kalsium.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara kadar feritin serum dengan kadar 25 (OH)D dan kalsium ion pada anak thalassemia mayor.
Metode. Penelitian ini adalah studi potong lintang yang dilakukan pada 64 anak thalassemia mayor usia 7-12 tahun dari bulan November hingga Desember 2020 di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Feritin serum dan kalsium ion diperiksa di laboratorium patologi klinik RSCM. Pemeriksaan kadar vitamin D 25 (OH)D dengan metode Enzyme-Linked Fluorescent Assay (ELFA) dilakukan di Laboratorium Kalgen Innolab Jakarta.
Hasil. Dari 64 subjek, rerata feritin serum (SB) 5537.85 (2976.17) ng/mL, rerata serum vitamin D 25 (OH)D (SB) 15,556 (5,825) ng/mL dan rerata kalsium ion (SB) 1,144 (0,079) nmol/L. Sebanyak 6,3% subjek mengalami hipokalsemia. Defisiensi vitamin D ditemukan pada 34,4% subyek dan insufisiensi pada 45,3% subyek. Koefisien korelasi Pearson antara feritin serum dan vitamin D (r = -0,020, p = 0,873), dan untuk kalsium ion (r = 0,01, p = 0,938).
Kesimpulan. Hubungan antara feritin serum terhadap vitamin D dan kalsium ion tidak menunjukkan korelasi. Tingginya prevalens defisiensi vitamin D pada anak thalassemia mayor membutuhkan penanganan lebih komprehensif untuk meningkatkan kesehatan tulang, mencegah patah tulang dan potensi komplikasi terkait lainnya.
.....Background. Iron overload due to routine transfusions in thalassemia major children causes iron deposits that will make significant damage to many organs, such as the liver and parathyroid glands, so that can disrupting the vitamin D and calcium metabolism.
Objective. To determine the correlation between serum ferritin levels with 25
(OH)D levels and ionized calcium in thalassemia major children.
Methods. This study was a cross sectional study was conducted on 64 children with thalassemia major, aged 7-12 years, from November to December 2020 at Dr. Cipto Mangunkusumo (CMH). Serum ferritin and ionized calcium patients were examined in the laboratory of Dr. Cipto Mangunkusumo. Serum 25 (OH)D examination using the Enzyme-Linked Fluorescent Assay (ELFA) method was carried out at the Kalgen Innolab Jakarta Laboratory.
Results. From 64 subjects, mean serum ferritin (SD) 5537.85 (2976.17) ng/mL, mean serum vitamin D 25 (OH)D (SD) 15.556 (5.825) ng/mL and mean ionized calcium (SD) 1.144 (0.079) nmol/L. A total of 6.3% of subjects experienced hypocalcemia. Vitamin D deficiency was present in 34.4% of subjects and insufficiency in 45.3% of subjects. Pearson’s correlation coefficient between serum ferritin and vitamin D (r = -0.020, p = 0.873), and for ionized calcium (r = 0.01, p = 0.938).
Conclusions. The association between serum ferritin and vitamin D and calcium ions showed no correlation. The high prevalence of 25 (OH)D deficiency in thalassemia major children requires further management to improve bone health, prevent fracture and other related potential complications."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library