Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsha Shabrina
"Tidak ada tempat yang aman bagi perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia untuk terhindar dari kekerasan seksual, bahkan dalam institusi pendidikan berbasis agama sekalipun. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat pengalaman perkosaan anak perempuan santriwati di Pondok Pesantren Tahfidz Madani Kota Bandung, bagaimana perkosaan tersebut bisa terjadi, faktor apa yang mendorong perkosaan tersebut, dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan anak perempuan sebagai korban. Lebih lanjut, skripsi ini menggunakan metode penelitian feminis dengan teori feminis radikal dan teknik analisis naratif feminis dalam menguraikan pembahasan kasus perkosaan terhadap anak perempuan santriwati melalui wawancara yang dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkosaan yang dialami oleh anak perempuan santriwati tidak terlepas dari supremasi laki-laki yang mengakar akibat budaya patriarki dalam setiap lapisan masyarakat. Hal tersebut membuat ketidaksetaraan gender dan ketidakseimbangan relasi kuasa semakin terlihat jelas. Relasi kuasa yang timpang, berlapis, dan interseksional antara pelaku dan korban kemudian menciptakan lingkungan di mana penyalahgunaan lebih mungkin terjadi dan berkontribusi pada kekerasan seksual anak, termasuk di institusi pendidikan berbasis islam seperti Pondok Pesantren Tahfidz Madani. Kasus perkosaan dengan posisi anak perempuan santriwati yang tersubordinasi oleh Herry Wirawan selaku tokoh agama sekaligus pemilik dan pengasuh di pondok pesantren tersebut menjadi bukti bahwa ketidakseimbangan relasi kuasa terealisasi dalam praktik kekerasan seksual di pesantren. Perkosaan yang dialami oleh anak perempuan santriwati tersebut membuat mereka mengalami viktimisasi berganda. Adapun dampak tersebut meliputi dampak psikologis, sosial, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhirnya perempuan, terutama anak perempuan, selalu berada pada posisi yang dirugikan dalam masyarakat.

There is no safe place for women and girls around the world to avoid sexual violence, even in religious-based educational institutions. The purpose of writing this thesis is to look at the experience of rape of boarding female students at the Tahfidz Madani Islamic Boarding School in Bandung, how the rape happened, what factors prompted the rape, and how it impacted the lives of girls as victims. Furthermore, this thesis uses feminist research methods with radical feminist theory and feminist narrative analysis techniques in describing the discussion of rape cases against boarding female students through interviews conducted. The results of the analysis show that the rape experienced by boarding female students cannot be separated from male supremacy which is rooted as a result of patriarchal culture in every layer of society. This makes gender inequality and power relations imbalances even more obvious. Unequal, layered, and intersectional power relations between perpetrators and victims then create an environment where abuse is more likely to occur and contribute to child sexual violence, including in Islamic-based educational institutions such as the Tahfidz Madani Islamic Boarding School. The rape case in the position of a boarding female student who was subordinated to Herry Wirawan as a religious figure as well as the owner and caregiver is proof that an imbalance of power relations is realized in the practice of sexual violence in Islamic boarding schools. The rape that was experienced by boarding female students made them experience double victimization. These impacts include psychological, social, and unwanted pregnancies. This shows that in the end women, especially girls, are always at a disadvantage in society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisya Ameridya
"Dalam memenuhi hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, dokter obstetri dan
ginekologi (obgyn) memiliki peran yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan
kesehatan, namun beberapa dokter obgyn laki-laki melakukan kekerasan seksual kepada
pasien perempuan. Kekerasan seksual ini melanggar hak perempuan untuk mengakses
layanan kesehatan seksual dan reproduksi secara aman dan nyaman. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap pengalaman pasien perempuan yang menjadi korban
kekerasan seksual oleh dokter obgyn laki-laki dengan menggunakan teori kriminologi
feminis radikal. Melalui pendekatan penelitian kualitatif feminis dengan mewawancarai
tiga pasien perempuan korban, penelitian ini memperlihatkan pengalaman korban
mengenai kekerasan seksual yang dilakukan oleh dokter obgyn laki-laki dan dampak
yang dirasakan korban. Pengalaman dokter obgyn perempuan dan laki-laki selama
menjalani pendidikan dan profesi obgyn juga dibahas dalam penelitian ini. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa akar penyebab kekerasan seksual oleh obgyn laki-laki
terhadap pasien perempuan berasal dari patriarki, yang diwujudkan melalui dominasi/bias
gender laki-laki dalam institusi kedokteran dan objektifikasi tubuh perempuan.
Akibatnya, kekerasan seksual oleh dokter obgyn laki-laki terhadap pasien perempuan
terjadi melalui kerentanan berlapis yang dibentuk oleh relasi kuasa yang timpang berbasis
model hubungan paternalistik dan berbasis seks/gender. Relasi yang timpang ini
membentuk kerentanan berlapis bagi pasien perempuan karena posisi mereka sebagai
pasien dan sebagai perempuan. Penelitian ini juga menyoroti dampak fisik, psikologis,
dan ekonomi dari kekerasan seksual yang dialami korban.

To fulfill women's rights to sexual and reproductive health, obstetricians and
gynecologists (obgyns) play a crucial role in providing healthcare services. However,
some male obgyns perpetrate sexual violence against female patients. This sexual
violence violates women's rights to access sexual and reproductive healthcare in a safe
and comfortable manner. This study aims to reveal the experiences of female patients
who have been victims of sexual violence by male obgyns using radical feminist
criminology theory. Through a qualitative feminist research approach, including
interviews with three female patient victims, this study reveals the experiences of victims
regarding sexual violence perpetrated by male obgyns and the impact felt by the victims.
The experiences of both female and male obgyns during their education and professional
practice are also discussed in this research. The findings of this study reveal that the root
causes of sexual violence by male obgyns against female patients stem from patriarchy,
manifested through male dominance/gender bias within the medical institution and the
objectification of women's bodies. As a result, sexual violence by male obgyns against
female patients occurs through layered vulnerabilities shaped by imbalanced power
relations based on paternalistic model and sex/gender. These imbalanced relations create
layered vulnerabilities for female patients due to their positions as patients and as women.
This research also reveals the physical, psychological, and economic impact of the sexual
violence experienced by the victims.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Zahra Fajrina
"Femisida merupakan salah satu manifestasi paling ekstrim dari kekerasan terhadap perempuan. Penulisan Tugas Karya Akhir ini bertujuan untuk memberikan penjelasan jika kematian NWR, seorang mahasiswi yang ditemukan tewas di makam ayahnya, sebagai femisida dalam relasi intim. Penulisan ini menggunakan teori feminis radikal dengan metode analisis isi dokumen berupa putusan pengadilan serta beberapa dokumen pendukung lainnya. Penulis mengidentifikasi jika sebelum terjadinya kematian NWR, dirinya mengalami berbagai kekerasan baik secara seksual, fisik maupun psikis, secara berulang selama menjalin relasi intim dengan pelaku (Randy Bagus Hari Sasongko). Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadinya femisida dalam relasi intim pada kasus NWR berakar pada misogini atau rasa kebencian terhadap perempuan yang terwujud secara beriringan dengan supremasi laki-laki dan seksisme. Penulis berargumentasi jika kematian NWR tetap dapat disebut sebagai femisida dalam relasi intim karena kematian NWR merupakan akibat dari intimate partner violence (IPV) yang dialaminya selama hampir 2 tahun.

Femicide is one of the most extreme manifestations of violence against women. This thesis aims to provide an explanation the death of NWR, a female student who was found dead in her father's grave, as an intimate partner femicide. This writing uses radical feminist theory with the method of documents analysis based on verdict and several other supporting documents. The author identified that prior to NWR's death, she experienced various violence, such as sexual violence, physical violence and psychological violence, repeatedly while having an intimate relationship with the perpetrator (Randy Bagus Hari Sasongko). The results of the analysis show that the occurrence of intimate partner femicide in the NWR case is rooted in misogyny or hatred of women which manifests itself concurrently with male supremacy and sexism. The authors argue that NWR's death can still be called an intimate partner femicide because NWR's death was the result of intimate partner violence (IPV) that she had experienced for almost 2 years."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library