Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riffa Ismanti
"Malformasi fasial sebagai kondisi cacat bawaan terdiri dari labioskizis, palatoskizis dan labiopalatoskizis. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan pengalaman ibu dalam memberi nutrisi pada anak dengan malformasi fasial. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan partisipan secara purposive sampling, diikuti oleh 5 partisipan. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam dan catatan lapangan. Analisis data dengan menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi. Terdapat 4 tema utama yang teridentifikasi yaitu: kendala dalam pemberian nutrisi, upaya orang tua, pemberian nutrisi, tantangan yang terjadi selama 2 minggu pascaoperasi. Saran yang diajukan untuk meningkatkan penyuluhan mengenai metode dan cara yang tepat dalam pemberian nutrisi pada ibu yang memiliki anak dengan malformasi fasial serta dibentuk sistem pendukung.
......Facial malformations as a condition of congenital malformations consisting of labioskizis, palatoskizis and labiopalatoskizis. The goal of research to describe the experience of the mother in giving nutrition in children with facial malformations. This study is a qualitative research with phenomenology approach. Selection of participants by purposive sampling, followed by 5 participants. Data collection techniques by in-depth interviews and field notes. Analysis of data by using the steps of Colaizzi. There are four main themes identified are: the constraints in the provision of nutrition, the efforts of parents, nutrition, challenges that occurred during the 2 weeks postoperatively. Suggestions put forward to improve the extension of the method and the proper way in the provision of nutrition in mothers of children with facial malformations and established support system."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T29788
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dewi Utami
"ABSTRAK
Anak yang mengalami penyakit Hirschsprung atau Malformasi Anorectal sering mengalami kurang gizi dikarenakan terjadinya distensi abdomen yang menyebabkan penurunan asupan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik pemberian makan dan status gizi pada anak yang mengalami penyakit Hirschsprung atau Malformasi Anorectal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah responden 48 anak yang dipilih dengan teknik pengambilan data consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan 52,1% ibu telah melakukan praktik pemberian makan sesuai dan 76% responden memiliki status gizi normal. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan jumlah responden yang lebih banyak sehingga gambaran hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk populasi yang lebih luas.

ABSTRAK
Children suffer Hirschsprung Disease or Malformation Anorectal are often experiencing under nutrition because of distended abdomen that causes decreasing nutritional intake. This research aimed to describe feeding practice and nutritional status among children suffer Hirschsprung Disease or Anorectal Malformation. This research used descriptive design with 48 children as respondents. The respondents were selected with consecutive sampling technique. The result showed that 52,1 % mothers had a good feeding practice and 76% of the children had normal nutritional status. Further research is expected to be done with more respondents so that the results can be generalized for the population."
2016
S65045
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Jimmy Falmer
"Latar Belakang: Malformasi vaskular terjadi pada 1-1.5% populasi, dengan 40-60% kasus anomali terjadi pada regio kepala dan leher karena anatomi vaskularnya yang kompleks. USG Doppler merupakan modalitas diagnostik pertama untuk menangani pasien dengan malformasi vaskular karena biayanya yang rendah, merupakan produk teknologi non-radiasi, serta kemampuannya untuk mengidentifikasi ciri-ciri aliran lesi. Studi ini ditujukan untuk menilai kesesuaian antara temuan klinis dengan temuan ultrasonografi pada pasien dengan malformasi venolimfatik, vena, dan limfatik.
Metode: Desain studi ini adalah potong lintang, dengan meggunakan data sekunder di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari Januari 2017 hingga Desember 2022. Didapatkan sebanyak 64 subyek dengan kriteria inklusi berupa tersedianya data lengkap berupa kulit kebiruan dan kompresibel pada temuan klinis serta aliran dan kompresibel pada temuan USG Doppler. Analisis data menggunakan perhitungan Kappa Cohen.
Hasil: Pada analisis kesesuaian antara temuan klinis warna kulit kebiruan dan komponen low-flow pada USG Doppler didapatkan besar nilai Kappa kesesuaian kuat (K = 0.664) yang bermakna (p = 0.000). Pada analisis kesesuaian temuan klinis kompresibel pada klini s dan kompresiebel pada USG didapatkan hasil measure of agreement Kappa kesesuaian sangat kuat (K = 1.000) yang bermakna (p = 0.000).
Simpulan: Terdapat kesesuaian kuat yang bermakna antara temuan klinis berupa warna kulit kebiruan dengan komponen vena dan temuan klinis berupa tidak ada perubahan warna kulit dengan komponen limfatik pada malformasi venolimfatik. Terdapat kesesuaian sangat kuat yang bermakna antara ada tidaknya tanda kompresibel pada temuan klinis dengan ada tidaknya tanda kompresibel pada temuan USG pada malformasi venolimfatik.
......Background: Vascular malformations occur in 1-1.5% of the population, with 40-60% of cases of anomaly occurring in the head and neck region due to their complex vascular anatomy. Doppler ultrasound is the first diagnostic modality for treating patients with vascular malformations due to its low cost, non-radiation technology, and ability to identify flow characteristics of the lesion. This study aimed to assess the concordance between clinical findings and ultrasound findings in patients with venolymphatic, venous, and lymphatic malformations.
Methods: The design of this study was cross-sectional, using secondary data at Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2017 to December 2022. A total of 64 subjects were selected with inclusion criteria in the form of the availability of complete data in the form of bluish and compressible sign on clinical findings as well as flow and compressibility sign on Doppler ultrasound findings. Data were analyzed using Kappa Cohen.
Results: In the concordance analysis between the clinical findings of bluish skin color and the low-flow component on Doppler ultrasound, a strong concordance Kappa value (K = 0.664) was found, which was significant (p = 0.000). In the concordance analysis of compressibility sign on clinical findings and compressibility on ultrasound findings, the Kappa measure of agreement yielded a very strong suitability (K = 1,000) which was significant (p = 0,000).
Conclusion: There is a strong significant agreement between the clinical findings of a bluish skin color with a venous component and clinical findings of no change in skin color with a lymphatic component in venolymphatic malformations. There was a very strong significant concordance between compressibility signs on clinical findings and compressibility signs on ultrasound findings in venolymphatic malformations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rezaalka Helto
"Latar Belakang: malformasi arteri-vena (MAV) adalah struktur abnormal yang menyebabkan fistula antara arteri dan vena tanpa perantara kapiler. MAV serebral memiliki risiko ruptur yang tinggi, dimana keadaan ruptur dapat menyebabkan kondisi katastrofik bagi pasien. Terdapat berbagai modalitas penatalaksanaan dalam manajemen MAV, seperti reseksi, embolisasi endovaskular, pembedahan stereotaktik, atau kombinasi tindakan-tindakan tersebut. Penelitian mengenai MAV sudah banyak dilakukan di luar negeri, namun masih sedikit dilakukan di Indonesia.
Tujuan: memperoleh data profil klinis, manajemen, luaran, dan gambaran pembiayaan pasien MAV serebral di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, serta memperoleh hubungan antara variabel tersebut.
Metode: penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan memperoleh data dari rekam medis pasien sejak tahun 2012 hingga 2021.
Hasil: sebanyak 128 tindakan dilakukan pada pasien MAV serebral di RSCM. Jenis tindakan terbanyak adalah DSA diagnostik, disusul dengan GKRS dan embolisasi. Pada tindakan embolisasi,  luaran klinis yang memiliki perbedaan signifikan atara pra dan pasca operasi adalah kejang, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran. Pada tindakan GKRS, luaran klinis yang memiliki perbedaan signifikan pra dan pasca operasi adalah kejang, nyeri kepala, mual muntah, penurunan kesadaran, hemiparesis, dan hemihipestesia. Median persentase obliterasi GKRS adalah 51,86%. Data tindakan reseksi tidak dianalisis karena jumlah sampel tidak mencukupi. Biaya tindakan paling tinggi adalah tindakan GKRS, dengan rerata pembiayaan tindakan sebesar Rp. 134.878.643,00.
Kesimpulan: dibandingkan dengan embolisasi dan reseksi, tindakan GKRS menunjukkan luaran klinis yang lebih baik dengan nilai median obliterasi 51,86%, namun merupakan tindakan dengan pembiayaan paling tinggi dan tidak ditanggung oleh asuransi negara.
......Backgrounds: Arteriovenous malformation (AVM) is an abnormal structure that causes fistulas between arteries and veins without capillary intermediaries. Cerebral AVM has a high risk of rupture, where the state of rupture can cause catastrophic conditions for the patient. There are various treatment modalities in the management of AVM, such as resection, endovascular embolization, stereotactic surgery, or a combination of the treatments above. Many researches on AVM have been carried out abroad, but little has been done in Indonesia.
Objective: to obtain data on clinical profiles, management, outcomes, and costs of cerebral AVM patients at Dr. Cipto Mangunkusumo, and to obtain the relationship between the variables.
Method: this study is a descriptive observational study by extracting data from patient medical records from 2012 to 2021.
Results: a total of 128 procedures were performed on cerebral AVM patients at RSCM. The most common type of procedure was diagnostic DSA, followed by GKRS and embolization. In the embolization procedure, the clinical outcomes that had a significant difference between pre and post-procedure were seizures, headache, and decreased consciousness. In the GKRS procedure, the clinical outcomes that had significant differences before and after the procedure were seizures, headache, nausea and vomiting, decreased consciousness, hemiparesis, and hemihypesthesia. The median percentage of GKRS obliteration was 51.86%. Resection data were not analyzed because the number of samples was insufficient. The highest cost of procedure is GKRS, with an average cost of action of Rp. 134,878,643.00.
Conclusion: compared to embolization and resection, the GKRS procedure showed a better clinical outcome with a median obliteration value of 51.86%, but it was the procedure with the highest cost and was not covered by national health coverage."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library