Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Junara Putra
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perubahan kadar oksidan Malondialdehid dan anti oksidan Aktivitas Katalase setelah foto terapi pada bayi dengan hiperbilirubinemia. Penelitian ini merupakan suatu pretest- postest control group, dilakukan di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Hasil penelitian didapatkan peningkatan oksidan dan penurunan antioksi dan setelah fototerapi. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara peningkatan kadar MDA dan penurunan kadar aktivitas katalase sesudah fototerapi. Simpulan penelitian ini foto terapi menyebabkan peningkatan oksidan dan penurunan antioksidan pada bayi dengan hiperbilirubinemia. Foto terapi pada bayi dengan hiperbilirubinemia perlu dipertimbangkan dengan baik dan penggantian fototerapi konvensional dengan LED.

ABSTRACT
This study discusses the changes of oxidant Malondialdehid and antioxidant levels Catalase Activity after phototherapy in infants with hyperbilirubinemia. This study is a pretest postest control group study, conducted at Sanglah Hospital, Bali. The results obtained increased oxidants and decreased antioxidants after phototherapy. In this study found an association between elevated levels of MDA and decreased levels of catalase activity after phototherapy. The conclusions of this phototherapy study led to increased oxidants and decreased antioxidants in infants with hyperbilirubinemia. Phototherapy in infants with hyperbilirubinemia needs to be considered well and the replacement of conventional phototherapy with LEDs."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Amelia Putri
"Latar Belakang Kerusakan lipid pada jaringan hati akibat proses peroksidasi oleh radikal bebas menghasilkan malondialdehid yang dapat digunakan sebagai parameter stres oksidatif. Berdasarkan penelitian terdahulu, Spirulina dikenal sebagai antioksidan alternatif untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini akan mengetahui pengaruh pemberian Spirulina platensis terhadap kadar malondialdehid jaringan hati tikus berbagai kelompok usia. Metode Penelitian eksperimental dengan mengukur kadar malondialdehid sebagai pertanda terjadinya stres oksidatif pada 30 jaringan hati tikus wistar jantan yang berasal dari 6 kelompok, yaitu kelompok yang diberikan aquades berusia 12 minggu,18 minggu, dan 24 minggu, serta kelompok yang diberikan Spirulina platensis berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS. Hasil Rata – rata kadar malondialdehid pada kelompok tikus yang diberikan aquades tertinggi adalah kelompok usia 24 minggu (91,28 nmol/gram jaringan) dan terendah adalah kelompok usia 18 minggu (64,69 nmol/gram jaringan). Kadar malondialdehid setelah pemberian Spirulina platensis pada kelompok usia 12 minggu 0,96 kali lipat (p>0,05); usia 18 minggu 0,78 kali lipat (p<0,05); dan usia 24 minggu adalah 0,94 kali lipat (p<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan aquades. Kesimpulan Terjadi penurunan kadar malondialdehid pada usia tikus 12, 18, dan 24 minggu yang diberikan Spirulina platensis dibandingkan dengan aquades, meskipun hanya bermakna pada kelompok usia 18 dan 24 minggu.

Introduction Lipid damage in liver tissue due peroxidation process by free radicals produces malondialdehyde that used as a parameter of oxidative stress. Based on previous research, Spirulina is known as an alternative antioxidant to reduce free radicals. This research will determine the effect of giving Spirulina platensis on malondialdehyde levels in liver tissue of mice of various age groups. Method Experimental research measuring malondialdehyde levels as a sign of oxidative stress in 30 rat liver tissues from 6 groups, namely the group given aquades aged 12 weeks, 18 weeks and 24 weeks, and the group given Spirulina platensis aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks. Malondialdehyde levels were measured using the TBARS method. Results The highest average level of malondialdehyde in mice that given aquades was the 24 weeks age group (91.28 nmol/mg tissue) and the lowest was the 18 weeks age group (64.69 nmol/mg tissue). Malondialdehyde levels after administration of Spirulina platensis in the 12 weeks age group 0.96 times (p>0.05); age 18 weeks 0.78 times (p<0.05); and age 24 weeks was 0.94-fold (p<0.05) lower than the group given aquades. Conclusion There was a decrease in malondialdehyde levels in mice aged 12, 18 and 24 weeks who were given Spirulina platensis compared to aquades, although it was only significant in the 18 and 24 weeks age groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Ferdinand
"Iron overload disebabkan oleh transfusi darah jangka panjang pada penderita hemoglobinopati. Iron overload menyebabkan stress oksidatif yang meningkatkan produksi malondialdehid (MDA) yang dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis. Mangiferin yang terkandung dalam buah Phaleria macrocarpa memiliki potensi sebagai kelator besi dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak etanol buah Phaleria macrocarpa dalam menurunkan kadar MDA paru tikus Sprague-Dawley. Sebanyak 30 tikus Sprague-Dawley menjadi kelompok normal, kontrol negatif, deferiprone 462,5 mg/kgBB, mangiferin 50 mg/kgBB, Phaleria macrocarpa 100 mg/kgBB (PM1) dan 200 mg/kgBB (PM2). Besi dekstran 15 mg diberikan dua kali seminggu secara intraperitoneal pada semua kelompok kecuali normal. Pada minggu ke-7, organ paru sampel diambil untuk dibuatkan homogenat. Homogenat direaksikan dengan TBA dan TCA untuk mengukur kadar MDA dan direaksikan dengan reagen Bradford untuk mengukur protein jaringan yang kemudian diukur dengan spektrofotometer. Hasil yang didapatkan adalah kadar MDA dibagi dengan protein jaringan dan kemudian dilakukan analisis dengan One-Way ANOVA. Kadar MDA paru pada seluruh kelompok yang diinduksi besi cenderung meningkat dibandingkan normal. Kadar MDA pada kelompok PM1 dan mangiferin lebih rendah (p < 0,05) dari deferiprone, sedangkan PM2 dan deferiprone cenderung lebih tinggi dari kontrol negatif. Kelompok PM1 menurunkan kadar MDA lebih baik dibandingkan PM2 dan deferiprone.

Iron overload is caused by long-term blood transfusion in hemoglobinopathies patients. Iron overload causes oxidative stress that increases malondialdehyde (MDA) production, which cause chronic obstructive pulmonary disease. Mangiferin contained in Phaleria macrocarpa fruit have potential as iron chelator and antioxidant. This study aimed to evaluate the effectiveness of Phaleria macrocarpa fruit ethanol extract in reducing lung MDA levels in Sprague-Dawley rats. Thirty Sprague-Dawley rats were divided into normal group, negative control, deferiprone 462.5 mg/kgBW, mangiferin 50 mg/kgBW, Phaleria macrocarpa 100 mg/kgBW (PM1) and 200 mg/kgBW (PM2). Iron dextran 15 mg was administered intraperitoneally twice a week in all groups except normal. At week 7, lung organs samples were taken to make homogenates. Homogenates were reacted with TBA and TCA to measure MDA levels and reacted with Bradford's reagent to measure tissue protein which was measured by spectrophotometer. Results obtained were MDA levels divided by tissue protein and then analyzed using One-Way ANOVA. Lung MDA levels in all iron-induced groups tended to increase compared to normal. MDA levels in the PM1 and mangiferin were lower (p < 0.05) than deferiprone, while PM2 and deferiprone tended to be higher than negative controls. PM1 group reduced MDA levels better than PM2 and deferiprone."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenconoviyati
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Asap rokok merupakan salah satu polutan udara yang mendapat sorotan karena menimbulkan berbagai masalah kesehatan karena banyaknya senyawa yang dikandungnya. Di antara senyawa kimia tersebut adalah NO2 dan OH. Diketahui bahwa NO2 merupakan radikal bebas yang dapat merusak jaringan elastis paru (Halliwell,1999) sedangkan NO2 dan OH diperkirakan oleh banyak peneliti memicu terbentuknya lipid peroksida, serta adanya hipotesa bahwa asap rokok dapat menyebabkan makrofag mengeluarkan enzim proteolitik sehingga kolagen akan rusak (Rubins, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah asap rokok yang dipaparkan pada hewan coba dapat merusak jaringan kolagen dan meningkatkan kadar malondialdehid pada paru. Hewan coba tikus sebanyak 10 ekor dipaparkan asap rokok 5 batang perhari selama 12 .minggu kecuali hari minggu, kemudian pada hari pengambilan sampel jaringan paru tikus untuk pemeriksaan kadar malondialdehid dibekukan secara langsung dengan menggunakan aseton dan es kering untuk menghindari metabolisme selanjutnya. Penetapan kadar peroksida lipid dengan cara memeriksa kandungan malondialdehid homogenat paru yang direaksikan dengan asam tiobarbiturat Untuk pemeriksaan mikroskopis, jaringan paru diwarnai dengan pulasan rutin Hematoksilin Eosin untuk menghitung sel radang dan fibroblas serta pulasan khusus Elastica van Gieson untuk melihat ketebalan kolagen.
Perhitungan ketebalan pulasan kolagen diukur dengan program Adobe photoshop 6.0 dengan menghitung derajat warna merah, hijau, biru (RGB), sedangkan penghitungan statistik untuk ketebalan kolagen, jumlah sel radang dan fibroblas serta kadar malondialdehid dengan SPSS 10.0 for windows, dilakukan uji distribusi dengan Kolmogorov-Smimov (KS), dan kemaknaan dengan uji t test.
Hasil dan kesimpulan: Jumlah sel radang dan fibroblas pada hewan perlakuan meningkat secara bermakna dibanding dengan hewan kontrol (p=0,000), ketebalan kolagen alveolus pada hewan perlakuan juga berbeda bermakna dibanding dengan kontrol (p=4,011),sedangkan pada jaringan kolagen bronkiolus tidak berbeda bermakna (p=0,779) dan kadar malondialdehid hewan perlakuan meningkat bermakna dibanding hewan kontrol (p=4,445)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasim
"Angkak (red yeast rice), bahan pangan fermentasi beras oleh kapang Monascus purpureus dan memiliki beberapa senyawa metabolit bersifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi ekstrak air angkak dalam mencegah peroksidasi lipid di dalam serum dan organ hati tikus. Sprague Dawley yang diinduksi propiltiourasil dan diet tinggi lemak. Tikus sebanyak 25 ekor dibagi menjadi lima kelompok [normal, kontrol positif, kontrol negatif, induksi air angkak 50 mg/kg (kelompok A1), dan 100 mg/kg (kelompok A2)]. Parameter uji yang diamati adalah konsentrasi malonaldehid (MDA) serum darah dan hati, aktivitas enzim aminotransferase serum, dan gambaran mikroskopik hati. Tikus dengan induksi air angkak 100 mg/kg menunjukkan penghambatan peningkatan konsentrasi MDA pada serum dan hati serta aktivitas AST signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Histopatologi hati kelompok yang induksi ekstrak air angkak menunjukkan adanya perbaikan jaringan yang secara kualitatif ditandai dengan sel hepatosit utuh yang diwarnai oleh pewarna Hematoksilin-eosin, susunan sel rapat dan berjajar secara radial. Induksi 100 mg/kg masih menunjukkan perbesaran vakuola atau butiran lipid yang berwarna putih yang menjadi penanda degenerasi lemak."
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Sutono
"ABSTRAK
Prevalensi kasus jerawat (acne vulgaris) 75-85% pada orang dewasa, terutama pada usia remaja, dan sering menjadi kronis. Etiopatologis jerawat multi-faktorial, antara lain disebabkan oleh stres oksidatif dan pengaruh hormon serta pola makan. Tujuan dari penelitian adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) yang mengandung senyawa aktif xanthones dengan aktivitas anti-oksidan, anti-bakteria dan anti-inflamasi, dapat menunjang terapi medis untuk jerawat. Uji klinis dilakukan secara acak, berpembanding dan tersamar ganda selama 3 minggu pada 94 subyek berjerawat ringan dan sedang, berumur 18-30 tahun yang tinggal di asrama agar relatif homogen. Parameter penelitian adalah derajat keparahan jerawat menurut kriteria Lehman dan kadar malondialdehid (MDA) di dalam darah subyek. Perlakuan dengan pemberian 400 mg ekstrak 3 kali sehari, bersamaan terapi standar dengan krim topikal asam retinoat 0,025% pada lesi jerawat di wajah pada malam hari. Keparahan jerawat berkurang tidak bermakna (p > 0.2) dan penurunan kadar MDA dalam plasma darah tidak bermakna (p = 0.49).
ABSTRACT
The prevalence of acne (acne vulgaris) is 75-85% in adults, especially in adolescence, and often becomes chronic. Etiopatology of acne is multi-factorial, partly due to the oxidative stress and the influence of hormones and diet. The purpose of this study is to prove that the ethanol extract of mangosteen rind (Garcinia mangostana L) containing xanthones with properties of anti-oxidant, anti-bacterial and anti-inflammatory, can support medical therapy for acne. A randomized, double-blind and controlled clinical trial done for 3 weeks in 94 subjects with mild and moderate acne, aged 18-30 years living in a dorm which is relatively homogeneous. Parameters of the study are the degree of severity of acne according to Lehman criteria and the levels of malondialdehyde (MDA) in the blood of the subjects. Intervention by administering 400 mg extract 3 times a day, along with standard therapy with topical cream of 0.025% retinoic acid applied in acne lesions on the face at night. Improvement of acne severity was not significant (p > 0.2) and decreased levels of MDA in blood plasma was not significant (p = 0.49).
"
2013
T32616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Nanda Pribawa
"Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif menyebabkan kerusakan jaringan salah satunya pada ginjal. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan antioksidan yang cukup dengan cara mengonsumsi makanan kaya antioksidan. Salah satu makanan yang berpotensi memiliki kandungan antioksidan adalah bekatul. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian bekatul varietas IPB-3S terhadap kadar malondialdehid MDA pada ginjal tikus yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 . Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan sampel 24 tikus jantan galur Sprague Dawley. Sampel dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok kontrol K1 tanpa perlakuan, kelompok kontrol negatif K2 diberikan CCl40,55 mg/kgBB, kelompok P1 dan P3 diberikan bekatul IPB-3S dengan dosis 150 mg/kgBB, serta kelompok P2 dan P4 diberikan bekatul IPB-3S dengan dosis 300 mg/kgBB. Kelompok P3 dan P4 juga diberikan CCl4 0,55 mg/kgBB. Setiap kelompok dilakukan pengukuran MDA dengan metode Thiobarbituric Acid Reacting Substances TBARS . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian CCl4 dapat meningkatkan kadar MDA ginjal dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Imbalance between free radicals and antioxidants can cause oxidative stress. Oxidative stress cause tissue damage in kidney. Certain level of antioxidants in the diet, such as rice bran, are required to prevent oxidative stress. The aim of this study was to determine the effect of IPB 3S rice bran extract on malondialdehyde MDA level in CCl4 induced rat kidneys. This study include 24 male Sprague dawley rats which divided into 6 groups.Untreated control group K1 , control negative group K2 given CCl4 0.55 mg kg body weight, group P1 and P3 given IPB 3S rice bran extract 150 mg kg body weight, and group P2 and P4 given IPB 3S rice bran extract 300 mg kg body weight. CCl4 0.55 mg kg body weight also given to group P4 and P5. MDA levels of each sample measured using Thiobarbituric Acid Reacting Substances TBARS assay. The result of this study showed that MDA level of group given CCl4 0.55 mg kg body weight is higher than control group p 0.05 . It was also revealed that group given IPB 3S rice bran extract group P1, P3, and P4 significantly decrease MDA levels compared with CCl4 group.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiila Maryam
"ABSTRAK
Pendahuluan: Penuaan merupakan fenomena biologis dan universal yang tidak dapat dihindari. Stres oksidatif merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penuaan. Salah satu penanda stres oksidatif dalam tubuh adalah peningkatan kadar malondialdehid (MDA). Acalypha indica dan Centella asiatica mengandung antioksidan yang berpotensi mengurangi stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian Acalypha indica dan Centella asiatica dalam menurunkan kadar MDA pada otak tikus tua. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan sampel homogenat jaringan otak Sprague Dawley yang disimpan di Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran. Homogenat otak berasal dari 5 kelompok tikus yaitu tikus kontrol tua, tikus tua diberi ekstrak Acalypha indica 250mg/kgBB, tikus tua diberi ekstrak pegagan 300mg/kgBB, tikus tua diberi Vitamin E 15U dan tikus kontrol muda. Kadar MDA dalam homogenat jaringan otak tikus diukur menggunakan metode Will. Hasil: Median kadar MDA otak kelompok tikus tua yang diberi Acalypha indica adalah 4,76 nmol/ml, tidak lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol tikus tua dan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok tikus tua yang diberi vitamin E dan kelompok kontrol tikus muda. . Median kadar MDA otak tikus kelompok tua yang diberi pegagan adalah 2,67 nmol/ml, jauh lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol tikus tua dan tidak jauh lebih rendah dibandingkan kelompok tikus tua yang diberi vitamin E dan kelompok kontrol muda. tikus. Kesimpulan: Pemberian ekstrak pegagan mampu menurunkan kadar MDA pada otak mencit tua, sebaliknya pemberian ekstrak Acalypha indica tidak mampu menurunkan kadar MDA pada otak mencit tua.
ABSTRACT
Introduction: Aging is a biological and universal phenomenon that cannot be avoided. Oxidative stress is one of the factors that play a role in aging. One of the markers of oxidative stress in the body is increased levels of malondialdehyde (MDA). Acalypha indica and Centella asiatica contain antioxidants that have the potential to reduce oxidative stress. This study aimed to examine the effect of giving Acalypha indica and Centella asiatica in reducing MDA levels in the brains of old rats. Methods: This experimental study used a homogenate sample of Sprague Dawley brain tissue stored in the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine. Brain homogenates were derived from 5 groups of rats, namely old control rats, old rats given Acalypha indica extract 250mg/kgBW, old rats given gotu kola extract 300mg/kgBW, old rats given Vitamin E 15U and young control rats. MDA levels in the rat brain tissue homogenate were measured using the Will method. Results: Median brain MDA levels in the old group of rats given Acalypha indica was 4.76 nmol/ml, not significantly higher than the control group of old rats and significantly higher than the group of old rats given vitamin E and the control group of young rats. . Median brain MDA levels of the old group of rats given gotu kola was 2.67 nmol/ml, much lower than the control group of old rats and not much lower than that of the old group of rats given vitamin E and the young control group. rat. Conclusion: Giving gotu kola extract was able to reduce MDA levels in the brains of old mice, on the contrary giving Acalypha indica extract was not able to reduce MDA levels in the brains of old mice."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kerenhapukh Dwiputri
"Latar Belakang Hipoksia hipobarik merupakan kondisi hipoksia akibat menurunnya tekanan parsial oksigen dalam darah. Saat keadaan hipoksia, terjadi peningkatan produksi radikal bebas yang menyebabkan peroksidasi lipid dengan hasil akhir malondialdehid (MDA). Hipoksia hipobarik intermiten dapat menginduksi berbagai mekanisme adaptasi untuk melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan dapat diukur salah satunya dengan penurunan kadar MDA. Metode Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan melibatkan 30 ekor tikus yang dibagi ke dalam 6 kelompok, yakni kelompok hipoksia hipobarik akut, hipoksia hipobarik (HH) 7 kali, HH 14 kali, HH 21 kali, HH 28 kali, dan kelompok kontrol. Pajanan hipoksia hipobarik intermiten dilakukan dengan prosedur hypobaric chamber training. Kadar MDA diukur melalui metode Will’s dengan absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Hasil Kelompok 1 (HH akut) dan 2 (HH 7 kali) mengalami peningkatan kadar MDA dibandingkan dengan kadar MDA pada kelompok kontrol. Kelompok 3 (HH 14 kali) mengalami penurunan kadar MDA dibandingkan dengan kelompok 2. Peningkatan kadar MDA kembali terjadi pada kelompok 4 (HH 21 kali) dan kadar MDA kelompok 5 (HH 28 kali) sama dengan kelompok 4. Dapat terlihat tren perubahan antar kelompok perlakuan meskipun secara statistik perbedaan tidak signifikan. Kesimpulan Perlakuan hipoksia hipobarik akut dan hipoksia hipobarik 7, 21, dan 28 kali pada ketinggian setara 10.000 kaki meningkatkan kadar MDA. Akan tetapi pemberian hipoksia hipobarik 14 kali menurunkan kadar MDA.

Introduction Hypobaric hypoxia is a hypoxic condition resulting from a decrease in the partial pressure of oxygen in the blood. During hypoxia, there is an increase in the production of free radicals which causes lipid peroxidation with the final result being malondialdehyde (MDA). Intermittent hypobaric hypoxia can induce various adaptation mechanisms to protect the body from damage caused by free radicals and can be measured, one of which is a decrease in MDA levels. Method This study used an experimental design involving 30 rats divided into 6 groups, namely the acute hypobaric hypoxia (1 time), 7 times of hypobaric hypoxia (HH), 14 times of HH, 21 times of HH, 28 times of HH, and the control group. Intermittent hypobaric hypoxia exposure was carried out using the hypobaric chamber training procedure. MDA levels were measured using the Will’s method with absorbance read with a spectrophotometer at a wavelength of 530 nm. Results Groups 1 (acute HH) and 2 (7 times of HH) experienced increased MDA levels compared to MDA levels in the control group. Group 3 (14 times of HH) experienced a decrease in MDA levels compared to group 2. An increase in MDA levels occurred again in group 4 (21 times of HH) and group 5 (28 times of HH) MDA levels were the same as group 4. A trend of change between groups can be seen even though the differences are not statistically significant. Conclusion Acute hypobaric hypoxia treatment and 7, 21, and 28 times of hypobaric hypoxia at an altitude equivalent to 10,000 feet increased MDA levels. However, treatment of 14 times of hypobaric hypoxia reduced MDA levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Rafael Satyadharma
"Latar belakang: Tekanan udara rendah pada dataran tinggi berdampak buruk bagi tubuh pendaki gunung dan pilot. Salah satu dampaknya adalah terjadi hipoksia jaringan yang dapat mencetuskan stres oksidatif. Kondisi tersebut dapat merusak struktur penting sel seperti protein, lipid, dan asam nukleat. Di otot, stres oksidatif dapat menyebabkan atrofi dan gangguan kontraktilitas. Di sisi lain, pajanan hipoksia hipobarik berulang diketahui mampu memicu proses adaptasi di berbagai organ. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri pengaruh paparan hipoksia hipobarik intermiten terhadap kadar malondialdehid, yang merupakan marker stres oksidatif, di otot gastrocnemius tikus Sprague-Dawley. Metode: Sebanyak 25 tikus Sprague-Dawley dibagi ke dalam kelompok kontrol dan empat kelompok uji. Kelompok uji mendapat perlakuan berupa dimasukkan ke dalam hypobaric chamber yang mensimulasikan ketinggian 25.000 kaki selama 5 menit. Kelompok uji 1 mendapat 1x perlakuan, kelompok uji 2 mendapat 2x perlakuan, kelompok uji 3 mendapat 3x perlakuan, dan kelompok uji 4 mendapat 4x perlakuan. Pada kelompok uji 2,3, dan 4, terdapat jeda 1 minggu antarperlakuan. Setelah mendapat perlakuan, jaringan otot gastrocnemius diambil dari tikus. Kadar malondialdehid pada otot gastrocnemius selanjutnya diukur menggunakan metode Wills. Hasil: Pada uji one-way ANOVA, rata-rata kadar malondialdehid meningkat secara bermakna (p = 0.008) pada kelompok yang mendapat paparan hipoksia hipobarik satu kali dibandingkan kelompok kontrol. Rata-rata kadar malondialdehid pada kelompok yang mendapat tiga paparan dan empat paparan mengalami penurunan yang bermakna secara statistik (p < 0,05) dibandingkan kelompok yang terpapar satu kali dan dua kali. Kesimpulan: Paparan hipoksia hipobarik sebanyak satu kali meningkatkan kadar malondialdehid pada otot gastrocnemius tikus yang menandakan terjadinya kondisi stres oksidatif. Paparan hipoksia hipobarik yang dilakukan berulang secara intermiten (tiga kali dan empat kali) mampu menciptakan adaptasi jaringan otot gastrocnemius terhadap stres oksidatif sehingga kadar malondialdehid lebih rendah dibandingkan kelompok yang lebih sedikit mendapat perlakuan hipoksia hipobarik

Introduction: Low barometric pressure in high altitude has detrimental effects on hikers and pilots. One of which is inducing tissue hypoxia that can instigate oxidative stress. Oxidative stress can damage important cellular structures such as protein, lipid, and nucleic acid. Oxidative stress can cause muscle atrophy and contractile dysfunction in skeletal muscle. On the other hand, repeated hypobaric hypoxia exposure is known for its effect to induce adaptation in various organs. This study aims to assess intermittent hypobaric hypoxia effects on malondialdehyde level, a marker of oxidative stress, in gastrocnemius muscle of Sprague-Dawley rat. Method: Twenty-five Sprague-Dawley rats were divided to a control group and four experimental group. The experimental group were then exposed to hypobaric environment by being placed on hypobaric chamber that simulated altitude of 25,000 ft for 5 minutes. Experimental group 1 got one exposure, experimental group 2 got two exposures, experimental group 3 got three exposures, and experimental group 4 got four exposures. There was a week interval between each exposure for experimental group that got more than one exposure (experimental group 2, 3, and 4). After getting the treatment, gastrocnemius muscle was taken from each rat as sample. Malondialdehyde level in the tissue was then measured by Wills method. Result: Mean malondialdehyde level in the group of rats subject to one hypobaric hypoxia exposure was significantly higher than that of control group (p = 0.008). Mean malondialdehyde level in the group of rats subject to three and four hypobaric hypoxia exposures were significantly (p < 0,05) lower than that of groups of rats subject to one and two exposures. Conclusion: One-time hypobaric hypoxia exposure increased malondialdehyde level in rat gastrocnemius muscle, implying stress oxidative had occurred. Three and four times of intermittent hypobaric hypoxia exposures induced adaptive response against oxidative stress in gastrocnemius muscle tissue, as seen by lower level of malondialdehyde in those groups compared to the groups exposed to fewer intermittent hypobaric hypoxia."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>