Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofia Agnes
Abstrak :
Seperti kita ketahui sejak lahirnya orde Baru dalam pemerintahan Indonesia terjadi pembangunan di segala bidang. Terutama pembangunan di bidang ekonomi, dalam dua dasawarsa belakangan ini berlangsung dengan pesat. Hal ini dapat dimengerti karena sesuai dengan Strategi Pembangunan Jangka Panjang, hanya dengan peningkatan hasil-hasil dalam bidang ekonomi, khususnya sektor industri, baru dapat tersedia sumber-sumber pembangunan yang lebih luas bagi peningkatan pembangunan di bidang-bidang lain. Pesatnya pembangunan di bidang ekonomi sudah tentu akan memberikan dampak terhadap struktur ketenagakerjaan. Struktur lapangan pekerjaan akan bergeser dari sektor pertanian ke sektor non pertanian atau industri. Dari segi jenis pekerjaan proporsi pekerja kantor meningkat lebih cepat dari pada bukan pekerja kantor dan dari segi status pekerjaan maka proporsi buruh meningkat lebih besar dari pada pekerja keluarga. Salah satu cara untuk memecahkan masalah dalam ketenagakerjaan ialah dengan menyiapkan tenaga kerja yang tangguh dan terampil. Sejalan dengan maksud tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Kecenderungan Angkatan Kerja di Indonesia dari berbagai sumber selama periode tahun 1961-1994 secara menyeluruh dan berkesinambungan. Sebagai sumber kajian utama dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari BPS, baik dari hasil Sensus Penduduk, SUPAS, SUSENAS, dan SAKERNAS. Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan menyusun data ke dalam bentuk tabel dan gambar kemudian dibahas kecenderungan ketenagakerjaan selama kurun waktu tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode tahun 1961-1994, jumlah tenaga kerja bertambah sebanyak 83,8 juta orang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2,54%. Jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan sebesar 51,1 juta orang dengan pertumbuhan rata-rata 2,75% per tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka partisipasi angkatan kerja (APAK) meningkat dari 54,07% menjadi 58,03%. Angka Pengangguran terbuka menurun dari 5,71% menjadi 4,56% dan angka setengah pengangguran selama tahun 1965-1994 mengalami kenaikan yaitu dari 30,29% menjadi 39,25%. Kemudian dalam periode 1980-1990, tenaga kerja bertambah 30,6 juta orang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2,82%. Jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 21,4 juta dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 3,44%, sedangkan APAK meningkat dari 50,23% menjadi 54,73%. Secara keseluruhan APAK laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dari segi kelompok umur maupun tingkat pendidikan ternyata, APAK di pedesaan lebih tinggi dari pada di perkotaan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan, angkatan kerja di Indonesia masih di dominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah. Berdasarkan kelompok umur, proporsi pengangguran terbesar di daerah perkotaan maupun pedesaan adalah mereka yang berusia 24 tahun ke bawah. Sedangkan menurut tingkat pendidikan, angka pengangguran tertinggi ditemukan pada laki-laki maupun perempuan yang berpendidikan SMTA umum. Selama periode 1961-1994 pekerja Indonesia meningkat sebanyak 49,3 juta orang. Menurut struktur umur, ternyata 60,61% pekerja Indonesia pada tahun 1990 berada pada kelompok umur 20-24 tahun, sedangkan menurut tingkat pendidikan 77,31% berpendidikan SD ke bawah. Telah terjadi pergeseran dalam struktur lapangan kerja selama periode 1961-1990. Jumlah pekerja yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan dari 71,90% pada tahun 1961 menjadi 49,95% di tahun 1990. Penurunan tersebut diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja pads sektor industri (manufaktur) dari 7,8g% pada tahun 1961 menjadi 17,53% pada tahun 1990. Untuk sektor jasa juga terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja dari 18,28% pada menjadi 32,40% pada tahun 1990. Di daerah perkotaan sektor jasa lebih menonjol peranannya, sedangkan di pedesaan sektor pertanian yang lebih menonjol peranannya baik untuk laki-laki maupun perempuan. Meskipun secara relatif proporsi pekerja yang bekerja di sektor pertanian menurun, tapi jumlah pekerja yang bekerja di sektor tersebut secara mutlak (absolut) masih meningkat. Telah terjadi perubahan dalam status pekerjaan selama periode 1980-1990. Proporsi pekerja kantor (white collar workers) meningkat dari 6,51 % pada tahun 1980 menjadi 8,80% pada tahun 1990, dilain pihak proporsi bukan pekerja kantor (blue collar workers) menurun dari 91,96% di tahun 1980 menjadi 90,45% pada tahun 1990. Perubahan juga terjadi dalam status pekerjaan selama tahun 1971-1990. Pada tahun 1971 proporsi pekerja dengan status pekerjaan sebagai buruh/karyawan sebesar 32,98% meningkat menjadi 34,87% pada tahun 1990. Proporsi pekerja keluarga menurun dari.25,32% di tahun 1971 menjadi 19,89% pada tahun 1990 dan proporsi pekerja dengan status berusaha sendiri menurun dari 35,92% di tahun 1971 menjadi 19,30% pada tahun 1990. Demikian pula dengan status pekerjaan pada pekerja sektor formal dan informal. Dimana peranan sektor formal meningkat dari 29,96% di tahun 1980 menjadi 36,33% pada tahun 1990. Peranan sektor informal mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut yaitu dari 70,04% menjadi 63,67%.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Priyanto Jayadi
Abstrak :
Faktor produksi sering diklasifikasikan menjadi empat, yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan. Pengklasifikasian terhadap keempat faktor produksi tersebut didasarkan atas perbedaan elstisitas penawaran parsial, karakeristik yang terkandung pada setiap faktor produksi, dan imbalan yang diterima masing-masing pemilik faktor produki. Secara historis, pembedaan ini bersesuaian dengan berkembangnya bergaining position antara tiga kelompok masyarakat, kapitalis, tuan-tuan tanah dan buruh (tenaga kerja). Kekuatan pasarlah yang kemudian menentukan berapa besar imbalan yang akan diterima masing-masing. Tenaga kerja akan mendapatkan upah, tuan tanah mendapatkan sewa tanah, pemilik modal mendapatkan tingkat bunga. Pandangan ekonomi kapitalis terhadap tenaga kerja tidak terlepas dari konsep faktor produksi atau input. Perkembangan iklim usaha menuntut adanya penyesuaian perlakuan terhadap tenaga kerja. Pada awalnya ada kecenderungan tenaga kerja dianggap sebagai suatu faktor produksi lainnya yang memberikan kontribusi relatif tetap terhadap produksi. Pandangan ini yang menghasilkan sistem pengupahan tetap terhadap tenaga kerja sebagaimana input tanah mendapatakan sewa tetap dan modal mendapatkan bunga. Adanya ketidakstabilan sifat dan karakter tenaga kerja, mendorong perusahaan untuk memberikan perlakuan lain terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal, dsb) sehingga perusahaan memandang tenaga kerja sebagai suatu investasi. Pandangan mainstream economy terhadap permintaan tenaga kerja adalah sebagaimana permintaan terhadap faktor produksinya, dianggap sebagai permintaan turunan (derived demand), yaitu penurunan dari fungsi perusahaan. Meskipun fungsi perusahaan cukup bervariasi, meliputi memaksimumkan keuntungan, memaksimumkan penjualan atau - perilaku untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, namun maksimisasi keuntungan sering dijadikan dasar analisis dalam menentukan penggunaan tenaga kerja. Dengan pertimbangan tersebut (maksimisasi keuntungan), dan dengan asumsi perusaha beroperasi dalam sistem pasar persaingan, maka perusahaan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja (Value Marginal Product of Labor, VMPL) VMPL menunjukkan tingkat upah maksimum yang mau dibayarkan oleh perusahaan agar keuntungan perusahaan maksimum. Beberapa indikator yang diduga mempunyai hubungan yang erat dengan struktur upah adalah jumlah pekerja, nilai tambah, tingkat pendidikan, pasar yang akan dituju apakah domestik atau iuar negeri, serta kepemilikan perusahaan. Indikator-indikator di atas akan dianalisis menggunakan metode regresi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan masing-masing indikator dengan upah yang diterima di tiap masing-masing kelompok lapangan usaha. Lebih lanjut juga akan dianalisa mengapa struktur upah yang diterima pekerja berbeda di masing-masing kelompok usaha.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Agung Kristanto
Abstrak :
Permintaan kendaraan yang terus meningkat membuat perusahaan pembuat kendaraan bermotor maupun pendukungnya harus meningkatkan jumlah produksinya. Salah satu cara meningkatkan Output produksi adalah mengefisienkan proses produksinya. Proses produksi membutuhkan man power sebagai faktor utama supaya bisa berjalan. Dengan studi gerakan penggunaan man power dapat diminimalkan.. Studi gerakan ini dipilih karena dengan menghilangkan atau mengurangi gerakan tidak efektif akan meningkatkan output karena waktu proses yang semakin singkat dengan jumlah jam kerja yang sama. Dalam penelitian ini dengan studi gerakan peningkatan utilisasi man power dengan cara menggabungkan proses bisa lebih dari 20% dengan mengurangi atau menghilangkan gerakan yang tidak efektif. ......Vehicle demand which always increase make auto component manufacturer and the support must increase production quantity. With efficient production process production output can be increased. Production process need man power as main factor for operated. With motion study man power utilization can be minimized. Motion study selected for several reason, one of them is can eliminate or decreasing ineffective motion, and the effect is increasing production output without added man power in same work hour. On this research, motion study give evidence that eliminate or decreasing ineffective motion, increasing more than 20% for man power utilization.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1702
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Singkir Hudijono
Abstrak :
Ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan angkatan kerja disatu tempat dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja, menimbulkan mobilitas tenaga kerja. Kajian-kajian yang membahas mobilitas tenaga kerja yang disebabkan tekanan ekonomi pada umumnya hanya membahas aspek-aspek yang tampak dari tekanan ekonomi yang menyebabkan mobilitas tersebut. Aspek-aspek yang tampak itu misalnya terbatasnya lapangan kerja di daerah asal dan mudahnya memperoleh uang di daerah tujuan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Kajian ini menjelaskan terjadinya mobilitas tenaga kerja yang disebabkan tekanan ekonomi dan kebutuhan akan biaya upacara adat, belis (emas kawin) yang berwujud gading gajah. Harga belis sangat mahal, harus dibayar, karena bila tidak dibayar akan sangat tercela bagi masyarakat setempat sebab menimbulkan "kawin masuk". Tanjung Bunga di Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu pemasok tenaga kerja (laki-laki) ke Sabah Malaysia Timur. Para pelaku dalam upayanya masuk ke Sabah memilih cara ikut camping (ilegal). Cara ini terlaksana melalui bantuan para calo. Cara ini juga memudahkan berpindah kerja sewaktu-waktu. Mobilitas penduduk membawa perubahan dalam pola pekerjaan, baik itu yang langsung menghasilkan maupun tidak langsung. Mobilitas ini menimbulkan suatu pola pembagian kerja baru yang menggambarkan adanya peranan yang lebih meningkat dari kaum wanita dalam keluarga, rumah tangga dan masyarakat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supiyan
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan : profil tenaga kerja estimator yang diperlukan; profit pekerjaan estimasi bangunan; pelaksanaan sistem evaluasi penampilan kinerja estimator di PT.Pembangunan Perumahan (Persero), Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teknik pengambilan sampel dengan purposive dan snowball sampling, pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara, dokumentasi, adapun analisis yang digunakan adalah model interaktif. Penelitian ini berkesimpulan : Pertama, profit tenaga kerja estimator yang diperlukan adalah tenaga kerja yang berkemampuan dalam: membaca gambar dan RKS, menghitung volume tiap jenis pekerjaan, menetapkan harga bahan dan upah tenaga kerja, menghitung satuan harga tiap jenis pekerjaan, menghitung harga bangunan secara keseluruhan dan memahami konstruksi bangunan, serta mengestimasi anggaran biaya dengan menggunakan komputer. Kedua, profil pekerjaan mengestimasi bangunan dikerjakan dengan metode perhitungan secara kasar ( taksiran) dan secara teliti serta sistematis, sedangkan teknik pengetjaannya dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual dan komputerisasi. Ketiga, pelaksanaan sitem evaluasi penampilan kinerja estimator didasarkan atas: kualitas basil eslimasi; kecepatan kerja; proses kerja. Dari kriteria evaluasi tersebut, penampilan kinerja yang paling baik adalah hasil estimasi yang memenuhi standar, sesuai ketentuan perusahaan dan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari waktu standar. Hasil penelitian secara umum menunjukkan, tingkat kegagalan hasil eslimasi dari kerja tim estimator di PT.PP adalah cukup baik (rendah), yang memerlukan revisi sebesar 2,5%-5%, sedangkan di perusahaan yang sejenis umumnya hasil estimasi yang direvisi sebesar 5%, namun dari sebagian estimator yang bekerja di PT.PP dan berlatar belakang pendidikan SMK Bangunan masih ditemukan kelemahan kemampuannya dalam melaksanakan estimasi, terutama dari mereka yang mempunyai masa kerja yang relatif rendah, hal ini disebabkan karena kesulitan untuk memahami: membaca gambar, menghitung, mengoperasikan komputer dan kurang dapat bekerja secara kelompok serta etos kerja yang masih rendah. Sebagai saran dalam penelitian ini adalah, bagi estimator yang bekerja di PT.PP, yang berlatar belakang pendidikan SMK Bangunan yang masih mempunyai kelemahan dalam menjalankan tugasnya, maka pihak perusahaan sebaiknya dapat meningkatkan kemampuan mereka dengan melalui pelatihan pelatihan yang diperlukan perusahaan. Hal ini apabila tidak segera diantisipasi, maka akan ada kesulitan untuk dapat memenuhi kualifikasi tenaga kerja estimator yang dipersyaratkan oleh PT.Pembangunan Perumahan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munawar Suwartono
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Aziz Putra
Abstrak :
Suatu proyek dalam pengerjaan tentu terdapat keterlambatan pekerjaan biasa dikarenakan adanya faktor manusia dan juga faktor alam yang tentunya sangat diperlukan tindakan pengendalian dari segi biaya dan waktu. Akan tetapi sebelum dilakukan tindakan pengendalian biaya dan waktu, perlu diperhatikan terlebih dahulu kinerja suatu proyek yang telah berlangsung. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja proyek adalah metode earned value analysis. Metode earned value analysis memadukan unsur jadwal dan biaya. Analisa earned value ini akan diterapkan pada proyek reparasi kapal BG MKR. Kinerja proyek didapatkan berdasarkan perhitungan cost performance index dan schedule performance index. Perhitungan didasarkan pada planned value, earned value dan actual cost. Pengontrolan kinerja ditinjau pada 1 Februari 2022, 4 Februari 2022 dan 7 Februari 2022. Hasil analisa pada 7 Februari 2022 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan lebih rendah dari biaya yang dianggarkan tetapi waktu pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang direncanakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CPI = 1.05 (CPI > 1) dan SPI = 0.97 (SPI<1). Kebutuhan man power dalam pengerjaan hull cleaning juga didapat bahwa dibutuhkan kurang lebih 16 man power. Pengerjaan bisa dilakukan lebih cepat dengan menambah man power ......A project in progress, of course there is a delay in ordinary work due to human factors and also natural factors which are of course very control measures are needed in terms of cost and time. But before cost and time control measures need to be considered first performance of an ongoing project. One way to know the performance project is the earned value analysis method. The earned value analysis method combines schedule and cost elements. This earned value analysis will be applied to the repair project the BG MKR ship. Project performance is obtained based on cost performance calculations index and schedule performance index. Calculation is based on planned value, earned value and actual cost. Performance controls reviewed on February 1, 2022, 4 February 2022 and February 7, 2022. The results of the analysis on February 7, 2022 show that the costs incurred are lower than the budgeted costs but time implementation later than the planned schedule. This is indicated by the value CPI = 1.05 (CPI > 1) and SPI = 0.97 (SPI<1). The need for man power in the process hull cleaning also found that it takes approximately 16 man power. Processing can be done faster by adding man power.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Gunardi
Abstrak :
Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan, pemerintah terus menerus meningkatkan upaya kesehatan, diantaranya dengan membangun Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Sementara itu pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Selatan belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang adanya hubungan kecukupan jumlah tenaga dengan pemanfaatan Puskesmas. Yang dimaksud dengan tenaga disini adalah tenaga medis, paramedis dan non medis, sedangkan pemanfaatan Puskesmas dilihat dari jumlah kunjungan, jangkauan program dan partisipasi masyarakat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian deskriptif analitik dengan uji regresi model kurva estimasi metode linier, kuadratik dan kubikus. Dimulai dengan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi, diteruskan dengan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel babas dengan variabel terikat. Populasi adalah seluruh Puskesmas di Kabupaten Aceh Selatan (total populasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tenaga mempunyai hubungan yang bermakna dengan partisipasi masyarakat. Sedangkan kecukupan tenaga medis dan paramedis mempunyai hubungan yang bermakna dengan jumlah kunjungan dan jangkauan program. Ditemukan juga bahwa rata-rata kunjungan ke Puskesmas yang dipimpin oleh paramedis lebih tinggi daripada yang dipimpin oleh tenaga medis. Untuk meningkatkan pemanfaatan Puskesmas di Kabupaten Aceh Selatan hendaknya tenaga baik medis, paramedis maupun non medis harus dipenuhi.Bagaimanapun, Puskesmas di daerah yang terpencil yang tidak memiliki tenaga dokter dapat juga di supervisi oleh dokter yang dekat dengan Puskesmas tersebut. Kebijakan yang direkomendasikan ini dapat mengurangi dampak kekurangan tenaga dokter secara signifikan tanpa mempengaruhi kinerja Puskesmas.
In order to form health development, the government continuously increases effort in providing health services such as develop health centers. While utilization of health center by community at Aceh Selatan District still lower than expectation. This research had objectives to describe relationship of manpower adequacy with health center performance. The manpower being studied is medical manpower, paramedical and non-medical staff While the health center performance were total visits in a month, program outreach and community participation. The design of this study was a cross sectional approach, which describe and analyze the relationship. The statistical analyses used are curve estimate regression models with linear, quadratic and cubical methods. The analysis started with univariate analysis to describe distribution of frequency, of each variable continued by bivariate analysis to examine relationship between independent variables and dependent variable. Sample of this study is all health centers in the Aceh Selatan District. This study showed that the number of manpower has significant relation with community participation. While adequate medical manpower and paramedical have significant relation with the number of visit and program outreach. It was also discovered that the visit average to health center, which headed by paramedical staff are higher than the center headed by medical manpower. In order to increase the health center utilization in the Aceh Selatan District, medical manpower, paramedical and non-medical should be available. However, health centers with no medical staff can be supervised remotely by medical staff from nearby health centers. This policy recommendation can significantly reduce impact of medical staff shortage without impacting is the health centers performance.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T1970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pekei, Dominikus
Abstrak :
Pembangunan merupakan perubahan sosial yang terencana (baik pada skala nasional maupun regional), untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Tidak ada pembangunan yang tidak menggunakan manusia, dan tidak ada pula pembangunan yang bukan untuk kepentingan hidup manusia. Pembangunan berwujud sebagai program-program dan diimplementasikan melalui proyek-proyek kegiatan. Berbagai program yang ditetapkan dengan suatu kebijakan di tingkat pusat (nasional), perlu dijalankan sesuai dengan keadaan (Bench Hark) regional dan selanjutnya disesuaikan pelaksanaannya dengan keadaan di tingkat Propinsi dan Kabupaten. Pada hakekatnya, pembangunan itu adalah pembangunan manusia seutuhnya dan meliputi seluruh masyarakat dan daerah. Karena itu, aspirasi dan kebutuban masyarakat (penduduk di desa terpencil dan pekerja informal diperkotaan) haruslah diperhatikan dan dimasukkan dalam Daftar Usulan Proyek (DUP) atau Daftar Isian Proyek (DIP) di tingkat Kabupaten dan Propinsi. Pembangunan Indonesia (termasuk Irian Jaya), kini telah berada pada PELITA ke VI- Tahapan dimana hendak memasuki periode lepas landas (Take off Period). Penerapan teori W.W. Rostow itu, dalam perspektif Indonesia mengandung sejumlah dimensi; diantaranya dimensi ekonomi (pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembagian pendapatan) dan dimensi sosial (menyiapkan suatu generasi manusia yang secara fisik, pendidikan, keterampilan, mental dan spiritual; akan menjadi asset pembangunan). Khusus di daerah Irian Jaya, kemajuan pembangunan ekonomi dari indikator pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto atau PDRB dan kegiatan ekspor-impor; memberi gambaran yang menggembirakan, dimana sejak Pelita I sampai dengan Pelita ke V selalu menunjukkan peningkatan pada tiap tahunnya. Namun, indikator lainnya, seperti : penyediaan lowongan pekerjaan, perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan pengembangan mutu modal manusia; gambaran perkembangannya belum diketahui secara memadai. Bahkan awal tahun 1995 (awal Pelita ke VI), telah muncul beberapa masalah di dalam masyarakat pedesaan, yang berkaitan dengan ketidak-merataan pembangunan di Irian Jaya. Kegiatan Ekonosi selalu berkaitan dengan aktivitas memproduksi, konsu'si, dan distribusi. Selanjutnya, ekonomi modern ini bertumpu pada ekonomi uang maka aktivitas ekonomi tertuju pada usaba-usaha pembentukan kapital (Capital Formation) atau akumulasi kapital (Capital Accumulation). Sedang kegiatan ekonomi berarti semua aktivitas (pada seseorang atau suatu masyarakat) yang bertujuan memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas jumlah dan mutunya. Dengan demikian, keterlibatan seseorang dalam aktivitas ekonolm, membutuhkan kesehatan fisik, pengetahuan (Knowledge), keterampilan (Skill), watak atau sikap (Attitude) dan lain-lain, untuk dapat menawarkan tenaga kerja (Supply of Labor) ke "pasar kerja* maupun untuk memenuhi persyaratan permintaan pekerja (Demand of Labor), hingga orang bersangkutan dapat memiliki pekerjaan yang layak (sebagai karyas4n/buruh) atau dapat berwiraswasta dan memperoleh pendapatan per bulan yang memadai. Pada kesempatan ini penulis menyajikan sebuah tulisan hasil penelitian mengenai : " Kinerja Kegiatan Ekonomi Angkatan Kerja", kasus Dati I Propinsi Irian Jaya selama tahun 1980 - tahun 1990. Topik tulisan sekaligus merupakan tujuan utama penelitian dan selanjutnya diperinci menjadi lima tujuan khusus. Fokus perhatian utama diarahkan pada upaya pemahaman komponen-komponen kegiatan ekonomi angkatan kerja, sehubungan dengan pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama di Irian Jaya. Sumber data utama diperoleh dari data hasil Sensus Penduduk tahun 1980, Survei Penduduk Antar Sensus tahun 1985 dan Sensus Penduduk tahun 1990. Data tambahan berasal dari sumber instansi terkait di Irian Jaya dan suinber informasi lainnya. Kegiatan ekonomi terwujud sebagai aktivitas mencari peluang usaha dan atau mencari lowongan pekerjaan. Di dalam pekerjaan yang ditekuninya, terdapat pula komponen-kosponen jenis pekerjaan, status pekerjaan, jumlab jam kerja per bulan dan kemampuan berproduksi. Imbalan atas kerja yang dicurahkannya, para pekerja akan memperoleb sejumlab uang (atau barang) baik sebagai upab (Wage) maupun sebagai pengbasilan usabanya sendiri. Imbalan atau peroleban pendapatan dari hasil pencurahan kerja ini adalah labor incose. Sedang pendapatan total (Total Incase) merupakan penjumlahan labor lncose dan non labor incose. Selanjutnya, pendapatan ini akan dipergunakan untuk memenubi berbagai kebutuban bidup pekerja dan keluarganya (consumption). Bila memungkinkan, maka sebagian pendapatan akan disimpan sebagai tabungan (Saving). Tingkat pemenuhan kebutuban akan menunjukkan apa yang disebut taraf bidup atau tingkat kesejahteraan. Beberapa temuan menarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1). Sekitar 72 % - 75 % pekerja terkonsentrasi pada lapangan pekerjaan utama pertanian. Lapangan pekerjaan utama kedua yang relatif penting adalah jasa kemasyarakatan yang menampung sekitar 15 % pekerja. Sisanya pada lapangan pekerjaan utama lainnya. Jenis pekerjaan atau jabatan yang paling dominan adalah petani (72 % - 74%), disusul oleh produksi/angkutan (5% - 10%) dan Tata usaha atau administrasi (5% - 8%). Sisanya tersebar pada jenis pekerjaan lainnya. Berdasarkan Status Pekerjaan maka pekerja keluarga berkisar 31,75 %, bekerja dengan dibantu anggota keluarga berkisar 29,24% dan berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain sekitar 14,40%. Hal ini berarti sekitar 75 % pekerja berstatus pekerjaan sebagai usaha keluarga. Sekitar 52,72 % pekerja, tergolong setengah menganggur karena jumlah jam kerjanya kurang dari 35 jam per minggu. Jumlah dan prosentase pekerja setengah menganggur ini diperkirakan akan meningkat pada waktu mendatang bila perluasan kesempatan kerja belum memadai. Perluasan kesempatan kerja dibutuhkan, bukan hanya diperuntukan bagi angkatan kerja baru tetapi juga untuk memberi peluang kerja yang lebih layak bagi sekian banyak pekerja setengah menganggur. Dari segi kemampuan berproduksi , tampak bahwa Produktivitas Marginal (PM) lebih tinggi daripada Produktivitas rata-rata per pekerja (PR), atau wilayah operasi berkisar titik optimun (dalam kurva produksi, pada wilayah A ). Keadaan ini berarti bila ada penambahan pekerja pada masa kini dan waktu berikutnya, make akan diikuti dengan peningkatan produksi. Pendapatan pekerja di Irian Jaya tidak seimbang dengan Pendapatan regional bruto yang relatif besar tiap tahunnya. Pendapatan pekerja ini juga tidak seimbang dengan ketersediaan cumber daya alam yang berlimpah dan ketersediaan lahan pertanian yang relatif luas. Bahkan dijumpai adanya perbedaan pendapatan yang mencolok antara pekerja disektor modern dengan pekerja di desadesa jauh dari kota. Setelah para pekerja yang bekerja setengah menganggur itu disetarakan dengan bekerja penuh (menjadi bekerja penuh equivalent) maka diketahui bahwa jumlah pengangguran tak kentara relatif besar. Dengan kalimat lain, Jumlah jam kerja yang terbuang atau tidak terpakai (tersirat dalam pekerja setengah menganggur) relatif besar. Setelah mempelajari hubungan antara variabel pendidikan pekerja dan variabel lapangan peker-jaan terhadap variabel jumlah jam kerja, maka diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan proporsi setengah menganggurnya semakin rendah pada semua lapangan pekerjaan. Dengan kalimat lain, semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja semakin tinggi pula proporsi bekerja penuh pada semua lapangan pekerjaan. (9) Dengan memperhatikan beberapa temuan ini maka penulis memberi saran bahwa Di Irian Jaya perlu membentuk suatu lembaga recruitment labor. Saran tersebut disajikan sebagai sumbangan pemikiran untuk arah implementasi perluasan kesempatan kerja di Irian Jaya. Tulisan ini adalah "Tesis", Program Pascasarjana Universitas Indonesia, bidang Multidisipliner, Program Studi Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Sehingga latar belakang permasalahan, cakupan pengamatan, metode, hasil penelitian dan beberapa kesimpulan dibahas sebagaimana penulisan ilmiah. Harapan penulis, kiranya bermanfaat dalam memahami Bench Mark regional dimasa kini dan kiranya menjadi salah satu cumber informasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Selain itu, diharapkan tulisan ini dapat menjadi pemicu bagi studi evaluasi atau penelitian lain yang lebih lengkap di Irian Jaya.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Qodir Ramsah
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam pelaksanaannya proyek-proyek yang ada seringkali mengalami kegagalan. Menurut hasil survey kegagalan proyek standish group international, 2009 53 proyek mengalami kegagalan atau di bawah performa dan sebagian besar faktor penyebabnya adalah Organisasi dan praktik manajemen proyek yang kurang baik, Tujuan proyek yang tidak terdefinisi dengan baik, Perencanaan proyek yang tidak efektif, Personel yang kurang terampil, Permasalahan dengan supplier danTechnical Problem. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode CPM untuk aktivitas utama dan menggunakan simulasi monte carlo untuk memprediksi perkiraan perencaan sub-aktivitas pekerjaan pemipaan. Hasil dari simulasi monte carlo akan di compile dengan analisa CPM sehingga terbentuklah suatu pendjadwalan proyek yang di tampilkan dalam gannt chart scheduling. Peneliti juga menganalisa kebutuhan akan peralatan kerja dan tenaga kerja untuk suatu proyek dengan mengcompile kebutuhan tenaga kerja dan peralatan kerja pada masing masing aktivitas dengan gannt chart scheduling sehingga didapatkan pengorganisaian tenaga kerja dan peralatan kerja.
ABSTRACT
In the implementation of existing projects often fail or under perform. 53 of projects have failed and most of the contributing factors are poor organization and project management practices, poor definied or missing project objective, ineffective project planning, standish group international, 2009 . This study was analyzed by using the CPM method for the main activity and using monte carlo simulation to predict the approximate planning of the pipework sub activity. The results of monte carlo simulation will be compiled with CPM analysis so that a project scheduling is formed in the gannt chart scheduling. Researchers also analyzed the need for work equipment and labor a project by compiling the needs of labor and work equipment in each activity on the gannt chart scheduling so that it got the organizing of labor and work equipment.
Depok: 2018
T49123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library