Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Triharyadi Fibrianto Setyawan
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk melakukan analisis di bursa saham, seorang investor bisa menggunakan 2 (dua) pendekatan/analisis. Pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan berdasarkan analisis fundamental. Dengan pendekatan ini, investor mengambil keputusan jual/tahan/beli berdasarkan data fundamental perusahaan. Sedangkan pendekatan- kedua menggunakan analisis teknikal. Pendekatan kedua ini digunakan oleh investor berdasarkan harga dan volume perdagangan di masa lalu.

Analisis teknikal - atau ada pula yang mengistilahkannya sebagai visual analysis atau chart analysis - meski secara teoritis agak bertentangan dengan metode analisis dan teori atau hipotesis yang telah ada dan lebih dipercaya sebelumnya - yakni analisis fundamental dan efficient market hyphotesis - para analis teknikal, atau dikenal juga dengan istilah technicians, meyakini bahwa jika metode tersebut jika diterapkan secara benar bisa memberikan keuntungan yang lebih optimal kepada pemodal di industri sekuritas manapun di dunia. Secara prinsip bahk:an oleh salah pakar analisis teknikal disebutkan bahwa "chartists are cheating, because it is a short cut form offundamental analysis".

Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan analisis teknikal sebagai salah satu tools dalam berinvestasi di pasar modal. Selain itu, output dari penelitian ini adalah agar adanya panduan bagi investor dalam melakukan investasi di pasar modal terkait dengan indikator analisis teknikal yang cocok diterapkan di Bursa Efek Jakarta.

Setelah melalui penyaringan, akhimya terpilih 3 saham yang digunakan sebagai objek penelitian. Ketiga saham tersebut adalah: saham PT Astra futemasioal Tbk. (ASII), saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Adapun indikator analisis teknikal yang digunakan adalah: simple moving average (SMA), weighted Moving average (WMA), exponential moving average (EMA), simple moving average crossover (2 garis), weighted moving average crossover (2 garis), exponential moving average crossover (2 garis), MACD centerline crossover, histogram MACD, RSI MACD dan aturan sebaran normal, RSI dan batasan oversold/overbought, RSI, batasan oversold/overbought berdasarkan aturan sebaran normal, directional movement (DM), directional indicator (DI), accumulation distribution dengan moving average.

Penelitian yang dilakukan memperoleh beberapa hasil. Hasil penelitian yang pertama didapatkan bahwa dengan menggunakan bantuan analisis teknikal dalam melakukan investasi di Bursa Efek Jakarta akan didapatkan hasil investasi yang lebih besar dibandingkan dengan hanya berpedoman pada strategi buy and hold saja.

Hasil penelitian kedua adalah bahwa 3 indikator yang memberikan return tertinggi untuk saham ASII berdasarkan pengamatan selama periode Januari 2001- Desember 2004 adalah: simple moving average crossover (2 garis) dengan periode jangka pendek sebesar 28 periode dan jangka panjang sebesar 45 periode dengan return sebesar 823,61% selama 4 tahun transaksi, weighted moving average crossover (2 garis) dengan periode jangka pendek sebesar 46 atau 47 periode dan jangka panjang sebesar 52 periode dengan return sebesar 816,68% selama 4 tahun transaksi dan exponential moving average crossover (2 garis) dengan periode jangka pendek sebesar 13 atau 12 periode dan jangka panjang sebesar 85 atau 88 periode dengan return sebesar 621,94% selama 4 tahun transaksi. 3 indikator yang memberikan return tertinggi untuk saham GGRM berdasarkan pengamatan selama periode Januari 2001- Desember 2004 adalah: RSI MACD dengan aturan sebaran normal dengan periode RSI sebesar 23 periode, periode deskriptif sebesar 49 periode dan Z sebesar 2,3 dengan return sebesar 114,33% selama 4 tahun transaksi; RSI dan batasan oversold/overbought dengan periode RSI sebesar 18 periode, periode pemulusan RSI sebesar 4 periode, batasan oversold sebesar 45 dan batasan overbought 60 dengan return sebesar 105,50% selama 4 tahun transaksi; RSI, batasan oversold/overbought dengan aturan sebaran normal dengan periode RSI sebesar 18 periode, periode pemulusan RSI sebesar 5 peri ode, peri ode deskriptif sebesar 100 peri ode dan nilai Z sebesar 2.3 dengan return sebesar 104,24% selama 4 tahun transaksi. 3 indikator yang memberikan return tertinggi untuk saham AALI berdasarkan pengamatan selama periode Januari 2001 - Desember 2004 adalah: RSI, batasan oversold/ overbought dengan aturan sebaran normal dengan periode RSI sebesar 15 periode, periode pemulusan RSI sebesar 5 periode, periode deskriptif sebesar 60 periode dan nilai Z sebesar 0,2 dengan return sebesar 1935,20% selama 4 tahun transaksi; RSI MACD dengan aturan sebaran normal dengan periode RSI sebesar 28 periode, periode deskriptif sebesar 48% dan Z optimal sebesar 0,4 dengan return sebesar 1092,07% selama 4 tahun transaksi; histogram MACD dengan peri ode RSI sebesar 14 periode, batasan oversold sebesar 39% dan batasan overbought adalah sebesar 97 atau 98% dengan return sebesar 854,58% selama 4 tahun transaksi.

Transaksi pada tahun 2005 yang dilakukan dengan indikator yang terpilih pada saham AALI memberikan hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan hanya menggunakan strategi buy and hold saja, kecuali untuk indikator histogram MACD. Sedangkan transaksi pada tahun 2005 yang dilakukan dengan indikator yang terpilih pada saham ASII memberikan hasil yang lebih menguntungkan hanya pada satu indikator saja yaitu indikator exponential moving average crossover jika dibandingkan dengan hanya menggunakan strategi buy and hold. Di lain pihak, transaksi pada tahun 2005 yang dilakukan dengan indikatot yang terpilih pada saham GGRM semuanya memberikan hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan jika hanya menggunakan strategi buy and hold.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Wisnu Santoso
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penulisan karya akhir ini, saya akan mencoba menilai harga saham T.Century Textile Industry, Tbk. yang usahanya bergerak di bidang industri pertekstilan. Analisa fundamental akan dilakukan sebelum kita membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan masa depan. Analisa industri pertekstilan dan PT.Century Textile Industry,Tbk., pada dasamya, ditujukan untuk mengidentifikasi keadaan ekonomi makro Indonesia, kondisi industri pertekstilan Indonesia, prospek industri tekstil di Indonesia, dan kebijakan ekspor tekstil pasca kuota.

Secara umum, ada beberapa pendekatan yang dapat kita gunakan dalam melakukan penilaian fair value dari suatu saham (valuation). Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut, kemudian relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan melihat pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relatif terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales, selanjutnya adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option.

Terlepas dari model mana yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisa kitalah yang sebenamya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan. Karena prospek perusahaan terkait dengan faktor-faktor ekstemal di luar perusahaan itu sendiri, maka dalam membuat analisa fundamental ini, kita harus mempertimbangkan lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya.

Karena itu, sangat beralasan jika kita me!akukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan masa datang. Kita akan melakukan analisa mengenai keadaan makro dari negara di mana perusahaan melak:ukan usahanya dan dilanjutkan dengan analisa industri dimana perusahaan beroperasi serta melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Baru setelah itu, kita melakukan peramalan earning perusahaan masa depan dan melak:ukan penilaian dengan metode yang ada.

Dengan metode analisa di atas, terlihat jelas bahwa hasil dari valuation ini akan didasari pada asumsi-asumsi yang didapat dari analisa fundamental yang dibuat pada awal proses tersebut. Karena itu analisa fundamental dapat dikatakan sebagai kunci dari proses penilaian fair value dari saham ini. Analisa fundamental yang baik akan membuat proses valuation ini memberikan hasil yang maksimal sehingga tentunya dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi.

Pada kesempatan kali ini penulis mendapatkan nilai intrinsik saham PT.CENTEX,Tbk dengan pendekatan free cash flow to equity (FCFE) adalah sebesar Rp.3538 per lembar sahamnya. Harga saham PT.CENTEX,Tbk. di bursa adalah sebesar Rp.4500, maka melihat realita ini dapat dikatakan harga saham PT. CENTEX,Tbk. adalah overvalue.

Penulis juga melakukan valuasi perbadingan terhadap perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama dengan relative valuation dengan jalan membandingkan PER PT.CENTEX,Tbk dengan PER rata- rata industri. Dari hasil perhitungan diperoleh PER rata - rata industri adalah sebesar -176.14 sedangkan PER PT.CENTEX,Tbk. Sendiri adalah -30.08. Dari realita ini dapat dikatakan PER PT.CENTEX,Tbk. overvalue relatif terhadap PER rata - rata industri. Namun kemudian dilakukan subjective adjustment terhadap hasil tersebut dan kemudian dilakukan sectoral regression untuk mengontrol perbedaan yang timbul diantara perusahaan - perusahaan tersebut sehingga dapat ditentukan nilai predicted PER untuk semua perusahaan- perusahaan tersebut.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjep Karnadi, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis saham memiliki tujuan untuk mendapatkan return saham-saham perusahaan yang dianggap memiliki prospek untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi di masa mendatang dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung oleh investor. Pendekatan fundamental perusahaan merupakan salah satu indikator dalam penentuan return saham. Oleh sebab tersebut penting untuk memahami faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi return saham seperti nilai buku per lembar saham dan perubahannya yang dimaksudkan agar para investor dapat menentukan strategi investasi dalam bentuk saham tersebut.

Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh beberapa faktor yang diduga mempengaruhi return saham-saham yang terdafta.r pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) yaitu nilai buku (net assets) per lembar saham dan perubahannya. Periode amatan adalah tahun 2003 sampai dengan tahun 2004. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdiri dari berbagai macam industri dan telah terdafta.r di BEJ serta mempunyai data harga saham penutupan (closing price).

Sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling dan sampel yang digunakan adalah 24 perusahaan. Kriteria sampel adalah telah menjadi perusahaan publik minimal dua tahun dan mempunyai laporan keuangan dua tahun sebelum dan sesudah menjadi perusahaan publik. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Bapepam dan Pusat Referensi Pasar Modal di BEJ serta Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Dengan menggunakan studi replikasi model analisis multivariat dari Easton dan Harris terhadap perusahaan di BEJ, uji statistik secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai buku per lembar saham terhadap . return saham sedangkan perubahannya terdapat pengaruhnya terhadap return saham. Uji statistik secara serentak atau bersama-sama (uji F) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap return saham di BEJ hanya sebesar 26,9%. Angka tersebut relatif kurang memadai dalam menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap return saham tetapi walaupun demikian dapat dikatakan bahwa nilai buku per lembar saham dan perubahannya secara signifikan mempengaruhi return saham di BEJ. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Easton dan Harris (1991).
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harman Soesanto
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Dewi
Abstrak :
Perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary selalu berhubungan dengan risiko. Sehingga dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank harus dapat mengelola risikonya dengan baik. Selain itu, bisnis perbankan yang mengalami perkembangan pesat, juga membuat risiko kegiatan usaha perbankan menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu bank dituntut untuk menerapkan manajemen risiko agar memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan bisnis perbankan. Basel Committee on Banking Supervision pada bulan Januari 1996 mengeluarkan Amendment terhadap Basel Capital Accord (BCA) 1988, perbankan diharapkan untuk memasukkan unsur risiko pasar dalam perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR). Bank Indonesia (BI) sebagai regulator perbankan di Indonesia mewajibkan perbankan untuk menerapkan manajemen risiko di bank masing-masing sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Basel Committee on Banking Supervision tersebut. Salah satu risiko yang dihadapi perbankan adalah risiko pasar. Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar (adverse movement) dari portfolio yang dimiliki oleh bank yang dapat merugikan bank itu sendiri. Risiko pasar yang dibahas dalam karya akhir ini adalah risiko nilai tukar pada portfolio Bank XYZ yang terdiri dari tiga mata uang. Dalam BCA 1996 disebutkan baln-va pengukuran risiko dapat dilakukan dengan standardized approach maupun internal model. Basel mensyaratkan penggunaan Value at Risk (VaR) untuk melakukan penghitungan risiko karena VaR adalah tool yang efektif untuk menggambarkan dan mengkomunikasikan risiko. VaR mengukur maksimum potensi kerugian pada portfolio instrumen keuangan yang diyakini akan terjadi dimasa mendatang dengan tingkat kepercayaan tertentu dan pada holding period tertentu. Pengukuran risiko nilai tukar dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitan ini adalah variance covariance. Sedangkan metode yang dipakai untuk mengbitung volatilitas return mata uang asing adalah deviasi standar normal dan Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Aset yang dipilih adalab tiga jenis mata uang asing pada portfolio Bank XYZ, yaitu Dolar Amerika (USD), Euro (EUR) dan Dolar Singapura (SGD) pada periode 2 Desember 2002 sampai dengan 27 Februari 2004 atau sebanyak 298 titik. Pemiliban atas tiga mata uang tersebut dikarenakan USD, EUR dan SGD merupakan tiga aset terbesar didalam portfolio mata uang asing Bank XYZ. Untuk melakukan perhitungan VaR perlu dilakukan pengujian data terlebih dahulu, yang meliputi uji stasioneritas dengan ADF Test, uji normalitas dan uji volatilitas data (white heteroscedastic lest). Berdasarkan basil pengujian data diketahui bahwa data return USD dan SGD memiliki volatilitas homoscedaslic, sehingga perbitungan volatilitasnya menggunakan deviasi standar normal. Sedangkan data return EUR yang memiliki volatilitas heteroscedastic. perbitungan volatilitasnya menggunakan GARCH. Setelab didapat basil volatilitas untuk ketiga mata uang tersebut, kemudian dilakukan perhitungan VaR untuk masing-masing mata uang dan portfolio dengan menggunakan confidence level 95% dan holding period I hari. Dari basil perhitungan VaR. diketahui potensi kerugian maksimum yang dihadapi Bank XYZ pada tanggal 27 Februari 2004 akibat memegang posisi mata uang USD adalah sebesar Rp3.582.910.169; akibat memegang posisi mata uang EUR adalah sebesar Rp19.193.059 dan akibat memegang posisi SGD adalah sebesar Rp2.118.359.962. Sedangkan potensi kerugian maksimum yang dihadapi Bank XYZ pada tanggal 27 Februari 2004 pada portfolio yang terdiri dari USD, EUR dan SGD adalah sebesar Rp5.720.463.191 dengan menggunakan metode undiversified VaR. Sedangkan potensi kerugian maksimum pada portfolionya dengan menggunakan metode diverstfied VaR adalah sebesar Rp5.417.153.223. Uji validasi model perlu dilakukan untuk mengetahui apakah model volatilitas untuk masing-masing mata uang tersebut valid. Uji validasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Kupiec Test berdasarkan Total Number of Failures (TNoF) maupun Time Until First Failure (TUFF). Dari hasil uji validasi dapat disimpulkan bahwa model volatilitas untuk mata uang USD, EUR dan SGD adalah valid, karena nilai likelihood ratio (LR) yang lebih kecil dari 3,841. Sehingga, nilai VaR yang dihasilkan dapat rnenangkap pergerakan actual loos yang ada dan nilai akumulasi penyimpangan (overshooting) yang terjadi masih berada didalam batas toleransi sehingga dapat memberikan hasil yang cukup akurat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagaol, Surya Dharma
Abstrak :
PT. Garuda Indonesia adalah perusahaan jasa penerbangan nasional milik Negara yang melayani jalur dalam negeri dan internasional dan berdiri sejak 26 Januari 1949 dengan nama Indonesian Airways. Sampai saat ini, Perusahaan telah memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu: PT. Aerowisata, PT. Abacus Distribution System Indonesia, PT. Garuda Maintenance Facilities Aero Asia dan PT. Gapura Angkasa. Dan memiliki tiga Strategic Business Unit (SBU), yaitu: Garuda Education Training Education, Garuda Sentra Medika dan Garuda Cargo. Pada tahun 2004, industri penerbangan telah menunjukkan peningkatan permintaan seteiah setelah lama mengalami penurunan yang mengakibatkan kerugian yang dipicu oleh isu keamanan, wabah penyakit. Memasuki tahun 2005, industry penerbangan Indonesia khususnya mengalami goncangan yang cukup kuat, seiring dengan terus meningkatnya harga minyak dunia yang telah tembus U$ 60 per barrel. Dan telah membuat beberapa perusahaan penerbangan Indonesia mengalami kerugian yang cukup besar, beberapa bangkrut dan sebagian terpaksa menjual/ diakuisisi oleh perusahaan lain. Rencana PT. Garuda Indonesia untuk go public ataupun private placement sebagai langkah memperoleh dana segar untuk meningkatkan daya saingnya adalah langkah strategis yang perlu untuk direalisasikan. Penilaian PT. Garuda Indonesia dilakukan dengan pendekatan Free Cash Flow to the Firm. Untuk memperoleh nilai perusahaan, dilakukan proyeksi laporan keuangan perusahaan yang dibuat dengan memperhitungkan kondisi ekonomi makro: pertumbuhan ekonomi inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga, perkembangan industri: menggunakan pendekatan jive forces, dan kinerja perusahaan. Yang dilakukan dalam analisa perusahaan, antara lain: analisa terhadap laporan keuangan, strategi perusahaan dan perhitungan nilai perusahaan. Berdasarkan analisa fundamental yang dilakukan dengan pendekatan Free Cash Flow to the Firm, diperoleh nilai saham perusahaan sebesar Rp. 1.284.284,00 (Nilai Buku Rp. 1.000.000,00). Selanjutnya investor ataupun pihak lain yang berkepentingan dapat membandingkan nilai perusahaan lain yang dapat dijadikan benchmark, baik dari segi PE ratio ataupun PBV untuk dapat menentukan harga wajar yang layak apabila PT. Garuda Indonesia melakukan penawaran saham kepada publik (IPO) ataupun sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Tetapi dengan berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan ketidakpastian, dapat menyebabkan proyeksi yang telah dibuat perlu diperbarui karena tidak sesuai dengan yang terjadi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Hidayat
Abstrak :
Penelitian ini' bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA) dan pengukuran kineija lainnya seperti Laba sebelum Pos Luar Biasa, Arus Kas Operasi dan Residual Income dalam menjelaskan variasi atas imbal hasil saham (stock return) di Indonesia. Penelitian ini sekaligus bertujuan untuk menguji klaim dari Stem Stewart yang menyatakan bahwa EVA mengungguli pengukuran kineija lainnya dalam asosiasinya terhadap imbal hasil saham. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komponen EVA dalam menjelaskan variasi pada imbal hasil saham. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pooled ordinary least square atau regresi dengan data panel terhadap 121 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode tahun buku 2001 hingga 2003. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan relative information content yang melihat perbedaan pengaruh relatif masing-masing pengukuran secara individu dan incremental information content yang melihat pengaruh masing-masing pengukuran secara individu dan bersamaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara relative information content, EVA tidak mengungguli Laba sebelum Pos Luar Biasa dalam menjelaskan imbal hasil saham. Sedangkan secara incremental information content EVA tidak mengungguli Laba sebelum Pos Luar Biasa dan Arus Kas Operasi dalam menjelaskan imbal hasil saham. Hasil penelitian ini sekaligus membantah klaim dari Stem Stewart yang menyatakan bahwa EVA mengungguli pegukuran kinerja lainnya dalam asosiasinya terhadap imbal hasil saham, setidaknya di Indonesia. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari komponen EVA, hanya Akrual dan Arus Kas Operasi yang secara signifikan mempengaruhi imbal hasil saham. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian sebelurnnya bahwa Laba sebelum Pos Luar Biasa mengungguli kinerja lainnya dalam menjelaskan imbal hasil saham, karena komponen yang membentuk Laba adalah Arus Kas Operasi ditambah Akrual.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sistha Dahwanti
Abstrak :
ABSTRAK
Karya akhir ini membahas mengenai Credit Scoring sebagai alat untuk menghitung risiko default pada seleksi nasabah kartu kredit. Model Credit Scoring yang biasa disebut dengan scorecards di-disain secara empiris untuk menjalankan evaluasi penerimaan kredit dan strategi perusahaan.

Credit Scoring ini lebih cocok dan ditunjukan untuk produk pinjaman kredit yang sifatnya masal, dengan plafon kecil. Salah satu contohnya adalah Credit Scoring dipakai untuk menyeleksi aplikan Kartu Kredit. Kartu Kredit merupakan salah satu jenis kredit ritel yang populer. Dan hal ini ditunjukkan dengan maraknya promosi iklan yang menawarkan kemudahan dan fasilitas yang dimiliki oleh kartu kredit dan sambutan yang antusias dari masyarakat.

Kepopuleran kartu kredit disebabkan karena jenis kredit tersebut ditujukan untuk dimanfaatkan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi pemiliknya. Disamping itu, keberadaan kartu kredit bukan saja memenuhi kebutuhan bagi para nasabahnya tetapi juga menjadi marketer bagi pihak penerbit kartu kredit dengan para merchant.

Credit Scoring dibangun dengan menggunakan metode statistik dan ekonometrika tertentu untuk menjelaskan adanya kemungkinan pemberian kredit kepada aplikan memiliki kinetja yang baik atau buruk. Sistem Scoring terdiri dari formula yang berdasarkan pada prosedur tertentu untuk mengevaluasi setiap aplikasi kredit terhadap serangkaian karakteristik yang memiliki keterkaitan dalam memprediksi pembayaran kredit.

Sistem Scoring menggunakan infonnasi sehubungan dengan tradisional 5 C's of Credit, yaitu: 1. Character, merupakan kemauan untuk membayar hutang 2. Capacity, yaitu kemampuan finansial untuk membayar hutang 3. Capital and Collateral, yaitu kontrol dan ekuitas untuk dapat dilaksanakannya pembayaran hutang 4. Condition, merupakan refleksi dari kondisi ekonomi, atau kondisi spesial yang diterapkan kepada debitur atau pada tipe kredit.

Keutamaan yang dimiliki Sistem Scoring atau Scorecards adalah konsistensi dalam memberikan penilaian. Sistem Scoring dalam memprediksi kinerja sebuah loan bila dibandingkan dengan pengambilan keputusan pemberian kredit secaraa Judgmental, adalah sebagai berikut: 1. Akurasi proyeksi risiko Dengan adanya penurunan atau kenaikan jumlah minimum poin yang diberikan kepada aplikan untuk mendapatkan sebuah kredit, maka Credit Scoring sistem dapat mengurangi atau meningkatkan credit loss rate. 2. Meningkatkan revenue Bank Pelaksanaan Credit Scoring dalam situasi pertumbuhan ekonomi yang padat seperti ekspansi geografis atau dealer sourcing, fonnula yang menetapkan rata-rata tertimbang (poin atribut) dari karakteristik aplikan dapat menunjukkan risk profile. 3. Pemahaman Terhadap Nasabah Credit Scoring menyediakan informasi demografi yang detil yang dapat digunakan untuk membedakan profil target pasar dengan aktual profil pasar; mengukur keefektifan dari current sales dan marketing; dan srategi promosi. 4. Efisiensi Credit Scoring tidak selalu tergantung pada laporan biro kredit dan menghemat waktu yang dibutuhkan untuk memproses aplikan kartu kredit. 5. Kemampuan Memberikan Informasi Manajemen Sistem Scoring memiliki kemampuan untuk mengambil database dalam berbagai hal kebutuhan, memberikan monitoring, dan validasi bagi sistem MIS yang lebih baik.

Sistem Scorecards yang sudah diotomasi dengan menggunakan piranti lunak dapat membantu efisiensi operasional analisis kredit. Dan untuk menghasilkan model Scorecards yang baik, dibutuhkan tanggungjawab model developer yang memiliki kriteria yang cukup seperti memahami statistika; memiliki pengetahuan bisnis yang relevan dengan project yang dibuat; memiliki pengalaman dan training yang cukup; dan memiliki kemampuan untuk mernadukan antara seni dan science.

Revaluasi kinerja Scorecards yang dilakukan secara berkala penting untuk dilakukan sebagai langkah monitoring dari manajemen risiko, yang secara umum bertujuan untuk melakukan improve terhadap portfolio manajemen.

Pada karya akhir ini akan terdiri dari bahasan yang mencakup proses dan komponen­ komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan model Scorecards : metodologi empiris penelitian yang digunakan; menentukan cut off score yang paling optimal; dan evaluasi kinerja Scorecards.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Baskoro
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan harga saham dan tingkat pengembalian (return) saham suatu perusahaan mencerminkan nilai saham perusahaan tersebut. Tingkat pengembalian (return) saham yang terjadi dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya adalah faktor fundamental perusahaan itu sendiri. Faktor fundamental perusahaan ini menggambarkan keadaan internal perusahaan, yang dapat dilihat dari data-data laporan keuangan perusahaan ditambah dengan literatur penelitian dari peneliti sebelumnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara serentak (bersama-sama) ataupun secara parsial terhadap variabel tingkat pengembalian (return) saham dan seberapa besar kontribusinya. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat mengetahui bagaimana menghitung dan memprediksi tingkat pengembalian (return) saham perusahaan tersebut sehingga saham itu menjadi menarik untuk dibeli oleh investor. Selain itu dapat juga digunakan sebagai acuan untuk memutuskan kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk menjual dan membeli saham untuk dapat memperoleh keuntungan atau menghindari kerugian yang mungkin timbul.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen secara serentak (bersama-sama) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian (return) saham. Sedangkan jika dilihat secara parsial baik variabel nilai buku (book Value) dan variabel perubahan nilai buku (change book value) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Dan dari variasi semua variabel independen tersebut yang dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh tingkat pengembalian (returnl saham hanya sebesar 6,9%, dimana angka tersebut sangat kecil sekali pengaruhnya sehingga dapat dikatakan tidak ada pengaruhnya atas perubahan variabel dependen sedangkan sisanya sebesar 93,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Febriany, Author
Abstrak :
Industri ban menjadi komoditi penting di Indonesia, karena itu dimasukkan dalam kategori industri strategis. Selain dibutuhkan modal yang besar untuk masuk industri ini juga dibutuhkan ketersediaan sumber energi yang tidak murah serta potensi pemasaran yang besar. Industri ini memiliki skala ekonomi yang besar sehingga kestabilan bisnis dipengaruhi oleh adanya kepastian kondisi ekonomi, untuk memudahkan proyeksi produksi jangka panjang. Perekonomian Indonesia pada tahun 2003 sudah menunjukkan kemajuan yang berarti. Sejumlah persoalan ekonomi dalam negeri masih berlanjut namun telah membawa dampak yang lebih baik Keberadaan industri komponen otomotif sebagai industri pendukung (supporting industry) memiliki kesempatan berkembang di tengah pasar kendaraan yang kian tumbuh subur. PT. Goodyear Indonesia. Yang menjadi objek penelitian dalam karya akhir ini adalah salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi ban di Indonesia. Pada bulan Februari 1994, PT. Goodyear Indonesia menjadi perusahaan ban pertama di Indonesia yang meraih pengakuan standar mutu internasional, ISO 9002. Perusahaan ini menawarkan 15% dari total saham kepada masyarakat atau sebanyak 6.150.000 saham yang terdaftar di bursa saham Jakarta dan Surabaya. Modal dasar perusahaan Rp 41 M dan modal disetor Rp 41 M. Pemegang saham terbesar adalah The Goodyear and Rubber Company, yang menguasai saham secara total betjumlah 85%. Karya tulis ini dimaksudkan untuk menganalisis kinetja PT. Goodyear Indonesia. Analisis dilakukan pada laporan keuangan yang dihasilkan periode 1999 - 2003. Adapun tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang industri ban, menentukan nilai intrinsik saham yang wajar, serta memberikan kesimpulan dan saran, baik bagi investor dan perusahaan. Anal isis yang dilakukan terdiri atas analisis industri (dengan menerapkan pendekatan five forces dari Porter), analisis laporan keuangan (yang meliputi analisis horisontal, analisis vertikal, dan analisis rasio), serta anal isis prospektif. Sedangkan metode evaluasi yang digunakan adalah metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) dan Abnormal Earning. Untuk laporan keuangan, dilakukan pengamatan untuk periode 1999-2003, kemudian dibuat proyeksi laporan keuangan untuk 5 (lima) tahun ke depan, yaitu untuk periode 2004-2008. Berdasarkan analisis industri dengan pendekatan five forces dari Porter, dapat disimpulkan untuk industri banbahwa: rivalry among competitive firms adalah high, threat of new entry adalah low, threat of subtituJe product cenderung low, bargaining power of buyer adalah high, bargaining power of supplier adalah high. Dari hasil analisis rasio laporan keuangan dapat diketahui bahwa PT Goodyear Indonesia mengalami stagnancy / kemandekan dalam kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) maka didapat nilai intrinsik saham PT Goodyear Indonesia sebesar Rp 11.883 per lembar saham (undervalued) dan berdasarkan Abnonnal Earning didapatkan nilai intrinsik saham PT Goodyear Indonesia sebesar Rp 10.597 per lembar saham (undervalued). Sehingga penulis menyarankan bagi caJon investor untuk segera membeli (buy) saham perusahaan, sedangkan untuk perusahaan agar lebih efesien dan memaksimalkan pendayagunaan sumber daya dan modal yang tersedia.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>