Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Indonesia,s mangrove resources (soils and waters, flora and fauna ,and as an ecosystem all are called as mangrove biodiversity) are growing in importance....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alve Hadika
Abstrak :
Mangrove mempunyai luas 18 Ha di lokasi penelitian, yang mana luas ini masih jauh dari kondisi ideal. Permasalahan dari penelitian ini adalah adanya fluktuasi luas hutan mangrove karena peningkatan aktivitas pembangunan di wilayah pesisir. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis struktur vegetasi mangrove, menganalisis hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove, dan membuat model partisipasi masyarakat dan hubungannnya dengan struktur vegetasi mangrove di Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Metode yang digunakan untuk pengambilan data mangrove adalah plot sampling dan purposive sampling, sedangkan partisipasi masyarakat menggunakan accidental sampling. Pembuatan model partisipasi masyarakat menggunakan regresi ordinal. Hasil penelitian menunjukkan struktur vegetasi mangrove mempunyai kerapatan 841 Ind/Ha. Nilai indeks Keanekaragaman (H') dan Keseragaman (J') masuk dalam kategori rendah, yakni H' dengan nilai 0,0-0,3 dan J' sebesar 0,0-0,04. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mangrove masuk pada kategori rusak dan secara keseluruhan semua tahap partisipasi masuk pada kategori rendah. ......Mangrove has an area of 18 hectares in the research location, which is still far from ideal conditions. The problem of this research is the fluctuation of mangrove forest area due to increased development activities in coastal areas. The purpose of this study was to analyze the structure of mangrove vegetation, to analyze the relationship between internal and external factors with the level of community participation in mangrove ecosystem management, and to make models of community participation and its relationship with the structure of mangrove vegetation in North Pariaman District, Pariaman City. The methods used to collect mangrove data were plot sampling and purposive sampling, while community participation used accidental sampling. Making community participation models using ordinal regression. The results showed that the mangrove vegetation structure had a density of 841 Ind/Ha. The value of the Diversity index (H') and Uniformity (J') falls into the low category, namely H' with a value of 0.0-0.3 and J' of 0.0-0.04. The conclusion of this study is that mangroves are in the damaged category and overall all participation stages are in the low category.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Mahsa Asmara
Abstrak :
ABSTRAK
Vegetasi mangrove memiliki fungsi, manfaat serta peranan penting terhadap wilayah pesisir dan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persebaran vegetasi mangrove serta mengetahui perubahan luas vegetasi mangrove di Estuari Perancak dalam kurun waktu 10 tahun, serta mengetahui tingkat kehijauan vegetasi mangrove serta parameter lingkungan vegetasi mangrove saat ini, yaitu salinitas dan kondisi substrat. Metode yang digunakan adalah metode penginderaan jauh untuk dapat melihat persebaran dan perubahan luas vegetasi mangrove dengan melakukan klasifikasi terbimbing supervised pada citra satelit SPOT tahun 2007 dan 2017. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya penambahan luasan vegetasi mangrove di Estuari Perancak sebesar 18,7 hektar dengan tingkat kehijauan yang meningkat pula. Selain persebaran dan tingkat kehijauan, parameter lingkungan yang turut diamati adalah salinitas dan kondisi substrat, dimana nilai salinitas rata-rata 31,54 ppt dan kondisi substrat yang cukup baik tidak banyak sampah.
ABSTRACT
Vegetation of mangrove has a function, benefit and important role to coastal area and society that live in it. The purpose of this research is to know the distribution of mangrove vegetation, the change of mangrove vegetation area in Perancak Estuari area within 10 years, and to know the level of greenness and environmental parameters of mangrove vegetation salinity and substrate condition. To see the distribution and change of mangrove vegetation area, supervised classification is used on SPOT satellite imagery in 2007 and 2017. The result shows that the addition of mangrove vegetation area in Perancak Estuari area is 18.7 hectares with also increasing greenishness level. In addition to the distribution and greenness, the observed environmental parameters are salinity and substrate conditions, where the average salinity value is 31.54 ppt and the substrate conditions are good not much waste.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rahmi Y. Lutan
Abstrak :
Asam humat merupakan senyawa bioorganik polimer multiligan yang diisolasi dari slam. Kelimpahan dan sifat asam humat ini bergantung pada iklim, jenis vegetasi, waktu, senyawaan asal dan topografi. Selain itu asam humat merupakan zat pengompleks organik alamiah yang banyak terdapat di tanah, sedimen maupun perairan. Asam humat mempuayai banyak gugus fungsi yang mengandung oksigen yang berperan dalam pembentukkan senyawa kompleks asam humat-logam. Penelitian ini bertujuan menyelidiki kemampuan asam humat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam berat kobal dan kadmium pada kondisi pH 4, 5, 6 dan 7, pada 6 lokasi penelitian dari sedimen hutan lindung bakau (mangrove) Muara Angke Teluk Jakarta. Pembentukkan kompleks asam humat-logam yang terjadi ditentukan dengan tetapan stabilitas kondisional (log IC) dengan menggunakaa metode pemadaman (quenching) fluoresensi. Isolasi asam humat dilakukan dengan mengekstraksi sampel sedimen kering pada kondisi alkali (campuran 0,1 M NaOH dan 0,1 M Na4P2O7 = 1 : 1). Selanjutnya pada fraksi larutan ditambahkan 6 M HC1 sampai pH 2. Hasil asam humat yang sudah murni ditentukan sifat kimianya melalui metode non degradatif (bobot molekul viskositas rata-rata, 111, UV-Tampak dan Fluoresensi) dan metode degradatif (analisis unsur, hidrolisis asam humat dengan HC1 serta analisis asam amino dengan HPLC). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa asam humat lebih bersifat alifatis, dimana dari analisis unsur menunjukkan bahwa perbandingan HIC > 1. Dari hidrolisis asam humat dengan HC1, hasil yng didapat mempunyai paling sedikit 10 jenis asam amino. Dan perhitungan konstanta stabilitas kondisional pada pH 4 lokasi F paling kuat mengikat kobal maupun kadmium, dan ikatan humat-kobal lebih kuat dari pada humat-kadmium. Pada pH 5 ikatan humat-kadmium pads lokasi F lebih kuat dari pada humat kobal pada lokasi E. Path pH 6 ikatan humat-kobal pads lokasi E sebanding dengan ikatan humat-kadmium pada lokasi A. Sedangkan pada pH 7, ikatan humat-kobal pada lokasi A lebih kuat dan pada humat-kadmium pada lokasi E. Secara umum daerah laut dan muara mempunyai asam humat yang kuat mengikat logam kobal dan kadmium, disusul pada daerah daratan.
Humic acid is a group of polymer bioorganic and multiligand compound isolated from nature. Abondance and character of humic acid depend on climate, vegetasion, time, mother compound and topografi. The other humic acid is a natural organic complex substance which is plenty in terrestrial (soil, sediment), and aquatic (river, lacustrine, lake and marine) area. Humic acid has a lot of function groups that contain oxygen that takes part in forming humic acid complex substance. The research is performed to investigate humic acid ability to form complex substance with heavy metal ions, cobalt and cadmium, in pH-4,5,6,7 condition, on 6 research locations from protected mangrove forest' sediment at Muara Angke, Jakarta Bay. The forming of humic acid - metal substances which happens in conditional stability constant (log K') by using fluorescence quenching method. The isolation of humic acid is performed by extracting dry sediment samples in alkali condition (the mixture 0,1 M NaOH and 0,1 M Na4P2O7 = 1 : 1). Then in aqueous solution, we give 6 M HC1 up to pH 2. The characteristic of the result of pared humic acid is determined by non degradatif method (the average of viscosity molecules weigh, IR., UV-Visible and fluorescence) and degradatif method ( elemental analysis, humic acid hydrolysis with HCI and humic acid analysis with HPLC). The result shows that humic acid more aliphatic, where elemental analysis shows that the comparison is HIC > 1. From humic acid hidrolisis with HCI, we get at least 10 types of amino acid. From the calculation of conditional stability constantan in pH 4, location F has the strongest ability to bound cobalt and cadmium, and the boundary of humic-cobalt is stronger than humic-cadmium. In pH 5 the boundary of humic-cadmium on location F is stronger than humic-cobalt on location. E. In pH 6 humic-cobalt boundary on location. E is the same with humic-cadmium boundary on location A. In pH 7, humic-cobalt boundary on location A is stronger than humic-cadmium on location E. The sea and the bay area generally have humic acid that strongly bound cobalt and cadmium and then the terrestrial area.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selsa Artika Ayujawi
Abstrak :
Muara Gembong merupakan wilayah yang rentan terhadap pencemaran sampah karena letaknya berada di pesisir. Keberadaan sampah tersebut berpotensi mempengaruhi kelimpahan burung karena sampah organik dapat menjadi sumber pakan burung, sementara sampah anorganik dapat menyebabkan perubahan struktur habitat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jenis burung yang memiliki kelimpahan tinggi dekat sampah, (2) mengetahui hubungan antara jumlah dan jenis sampah dengan kelimpahan relatif burung, serta (3) mengetahui faktor yang mempengaruhi probabilitas keberadaan burung dekat sampah. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2020 di wilayah Pantai Mekar dan Muara Blacan. Pengamatan burung dilakukan dengan metode jelajah dan kelimpahan relatif setiap jenis burung ditentukan berdasarkan nilai encounter rates. Adapun pendataan dan perhitungan konsentrasi sampah dilakukan berdasarkan protokol yang dikeluarkan oleh NOAA. Dilakukan uji korelasi Spearman antara kelimpahan tiap spesies burung dengan konsentrasi sampah, serta dilakukan Principal Component Analysis (PCA) terhadap kondisi habitat dan karakteristik burung dekat sampah. Hasilnya, bondol jawa (Lonchura leucogastroides) dan kuntul besar (Egretta alba) merupakan dua spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi dekat sampah dengan nilai encounter rates berturut-turut sebesar 39,13 dan 38,89. Selain itu, konsentrasi sampah anorganik berkorelasi negatif dengan kelimpahan relatif raja udang biru (Alcedo coerulescens), tekukur biasa (Streptopelia chinensis), dan dederuk jawa (Streptopelia bitorquata). Adapun berdasarkan analisis PCA, faktor yang mempengaruhi probabilitas keberadaan burung dekat sampah diantaranya yaitu tutupan kanopi (0,952), salinitas (-0,84), jumlah pohon (0,791), foraging habitat (0,782), jenis substrat (0,777), dan tipe habitat (0,749).
Muara Gembong is vulnerable to waste pollution because it is located on the coast. The existence of such waste is potential to affect the bird abundance because organic waste can be a source of bird food, while inorganic waste can cause changes in habitat structure. This study aims to (1) determine the types of birds that have a high abundance near trash, (2) determine the relationship between the amount and types of trash with the relative abundance of birds, and (3) determine the factors that influence the probability of the presence of birds near trash. The study was conducted in June 2020 in Pantai Mekar and Muara Blacan areas. Observation of birds was done using the exploration method and the relative abundance of each species of bird was determined based on the encounter rates. The data collection and calculation of trash concentration was carried out based on the protocol issued by NOAA. The Spearman correlation test was carried out between the abundance of each bird species and the concentration of trash. Principal Component Analysis (PCA) was performed on the habitat conditions and characteristics of birds near the trash. As a result, the Javan munia (Lonchura leucogastroides) and Great egret (Egretta alba) are the most abundant species near trash with encounter rates of 39.13 and 38.89, respectively. Moreover, the concentration of inorganic waste is negatively correlated with the relative abundance of Cerulean kingfisher (Alcedo coerulescens), Spotted dove (Streptopelia chinensis), and Sunda collared dove (Streptopelia bitorquata). Based on PCA analysis, factors that influence the probability of birds being near trash include canopy cover (0.952), salinity (-0.84), number of trees (0.791), foraging habitat (0.782), substrate type (0.777), and habitat type (0,749).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhanuddin Gala
Abstrak :
Menghilangnya ekosistem hutan bakau merupakan salah satu ciri dari munculnya masalah kerusakan di lingkungan pesisir pantai. Hilangnya hutan bakau ini yang sebagian besar dikonversi menjadi lahan tambak ikan dan udang merupakan cerminan dari faktor-faktor yang saling terkait seperti sistem kepemilikan dan model pengelolaan. Untuk menghindari semakin rusaknya wilayah pesisir dan juga untuk mengembalikan kelestariannya, banyak usaha ditempuh oleh berbagai kalangan seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun organisasi atau individu lain yang memiliki kepedulian terhadap wilayah pesisir. Tesis ini berangkat dan upaya-upaya tersebut di atas, khususnya yang dilakukan oleh masyarakat yang langsung bersentuhan dan hidup di wilayah pesisir yang mengalami kerusakan. Dengan mengambil kasus Tongke-tongke yang terletak di pesisir kecamatan Sinjai Timur kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, penulis berusaha memperlihatkan bagaimana wilayah pesisir yang dulunya hancur oleh abrasi berhasil diselamatkan dengan usaha penanaman bakau oleh penduduk sekitarnya, yang bekerja sebagai nelayan dan mencari nafkah di laut. Secara detail penulis juga memperlihatkan bagaimana lingkungan fisik yang ada disiasati untuk dapat ditanami bakau, bagaimana hubungan pekerjaan kenelayanan dengan keberhasilan penanaman, dan motivasi apa yang membuat penduduk begitu giat melakukan penanaman terus menerus hingga kini. Akan diperlihatkan pula bagaimana hubungan kekerabatan yang mendasari modal sosial (social capital) yang mengarah ke terjadinya kerjasama dapat memberi dukungan terhadap upaya penanaman. Sejauh mana kerjasama tercipta dan dalam konteks apa saja, juga termasuk dalam pembahasan di sini. Fokus utama tesis ini adalah menyoroti bagaimana institusi sosial yang diciptakan penduduk nelayan Tongke-tongke mendukung keberhasilan usaha mereka menyelamatkan wilayah pesisir, dan mengembalikan ekosistem hutan bakau. Dengan menggunakan konsep institusi sosial Ostrom beserta prinsip-prinsip pengembangannya, penulis berusaha memperlihatkan proses penciptaan institusi tersebut sampai akhirnya dapat disepakati penduduk. Konsep Bourdieu mengenai struktur objektif dan teori schema dan Strauss dan Quinn juga digunakan untuk melihat perkembangan dari institusi yang tercipta.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T2108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library