Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azka Nada Fatharani
"Dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Di Indonesia ditemukan data bahwa tingkat pernikahan sekaligus perceraian didominasi oleh pasangan dari kelompok dewasa awal. Untuk mengurangi perceraian, dibutuhkan kesiapan menikah. Salah satu aspek dalam kesiapan menikah adalah agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah religiusitas berhubungan dengan kesiapan menikah pada dewasa awal di Indonesia. Sebanyak 610 dewasa awal berusia 19-30 tahun di Indonesia menjadi partisipan pada penelitian ini. Perhitungan menggunakan Spearman Correlation dan ditemukan koefisien korelasi sebesar r=0.0373, N=610, P<0.00. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara religiusitas dengan kesiapan menikah. Hal tersebut menandakan bahwa semakin religius seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah yang dimilikinya.

Emerging adulthood is a period of transition from adolescence to adulthood. In Indonesia, it was found that the rate of marriage and divorce is dominated by couples from emerging adulthood. To reduce divorce, it takes readiness to marry. One of the aspect that can influence marriage readiness is religion. This study aims to determine whether religiosity is related to readiness for marriage in emerging adulthood in Indonesia. A total of 610 early adults aged 19-30 years in Indonesia were participants in this study. Calculations using Spearman Correlation and found a correlation coefficient r=0.0373, N=610, P<0.00. Based on these findings, it can be concluded that there is a significant and positive relationship between religiosity and marriage readiness. This indicates that the more religious a person is, the higher his marriage readiness will be."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahmah Fajriyah
"Fenomena perceraian di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu hal yang dapat menyebabkan meningkatnya angka perceraian adalah ketidaksiapan dewasa awal untuk menikah dan menjalani kehidupan pernikahan. Adanya dukungan sosial yang dipersepsikan dari orang lain dapat menjadi faktor penting bagi kesiapan menikah dewasa awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan menikah pada dewasa awal dan dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga, teman, dan significant other selama pandemi Covid-19. Partisipan penelitian ini adalah 174 dewasa awal Indonesia berusia 19-26 tahun yang telah memiliki pasangan dan belum menikah. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Inventori Kesiapan Menikah. Analisis regresi berganda dilakukan dengan mengontrol variabel jenis kelamin, usia, dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan dari significant other berhubungan secara signifikan dan positif dengan kesiapan menikah pada dewasa awal, namun tidak ditemukan hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga dan teman dengan kesiapan menikah dewasa awal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang dipersepsikan dari significant other, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah dewasa awal selama pandemi Covid-19.

The phenomenon of divorce in Indonesia has increased from year to year. One point that can cause the divorce rate is the individual's unpreparedness to marry and face challenges in married life. Perceived social support from others can be one of the important factors for marriage readiness among emerging adult. This study aims to find out the relationship between marriage readiness among emerging adults and perceived social support from family, friends, and significant other during Covid-19 pandemic. Participants involved in this study were 174 Indonesian emerging adults aged 19-26 years, who is currently in a relationship, and unmarried yet. The measurement applied in this study is using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and the Marriage Readiness Inventory. Multiple regression analysis conducted with gender, age, and income as control variable. The results showed that there is positive and significant relationship between perceived social support from significant other and marriage readiness among emerging adults, but there is no significant relationship between perceived social support from family and friends and marriage readiness. Therefore, it can be concluded that the higher perceived social support from significant other, the higher marriage readiness among emerging adults during Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahmah Fajriyah
"Fenomena perceraian di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu hal yang dapat menyebabkan meningkatnya angka perceraian adalah ketidaksiapan dewasa awal untuk menikah dan menjalani kehidupan pernikahan. Adanya dukungan sosial yang dipersepsikan dari orang lain dapat menjadi faktor penting bagi kesiapan menikah dewasa awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan menikah pada dewasa awal dan dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga, teman, dan significant other selama pandemi Covid-19. Partisipan penelitian ini adalah 174 dewasa awal Indonesia berusia 19-26 tahun yang telah memiliki pasangan dan belum menikah. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Inventori Kesiapan Menikah. Analisis regresi berganda dilakukan dengan mengontrol variabel jenis kelamin, usia, dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan dari significant other berhubungan secara signifikan dan positif dengan kesiapan menikah pada dewasa awal, namun tidak ditemukan hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga dan teman dengan kesiapan menikah dewasa awal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang dipersepsikan dari significant other, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah dewasa awal selama pandemi Covid-19.

The phenomenon of divorce in Indonesia has increased from year to year. One point that can cause the divorce rate is the individual's unpreparedness to marry and face challenges in married life. Perceived social support from others can be one of the important factors for marriage readiness among emerging adult. This study aims to find out the relationship between marriage readiness among emerging adults and perceived social support from family, friends, and significant other during Covid-19 pandemic. Participants involved in this study were 174 Indonesian emerging adults aged 19-26 years, who is currently in a relationship, and unmarried yet. The measurement applied in this study is using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and the Marriage Readiness Inventory. Multiple regression analysis conducted with gender, age, and income as control variable. The results showed that there is positive and significant relationship between perceived social support from significant other and marriage readiness among emerging adults, but there is no significant relationship between perceived social support from family and friends and marriage readiness. Therefore, it can be concluded that the higher perceived social support from significant other, the higher marriage readiness among emerging adults during Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Tazkia Rafiq
"Adanya fenomena baby blues, individu yang menunda punya anak, serta individu yang tidak mau memiliki anak (childfree) menjadi fenomena kebelum siapan dewasa awal untuk menjadi orang tua. Individu dapat dikatakan sudah siap menjadi orang tua, salah satunya apabila sudah memiliki kesiapan menikah. Penelitian ini ditujukan untuk melihat hubungan antara kesiapan menikah dengan kesiapan menjadi orang tua pada dewasa awal. Partisipan penelitian ini adalah 628 dewasa awal yang berusia 19-30 tahun dan belum menikah se- Indonesia. Instrumen penelitian yang digunakan adalah alat ukur kesiapan menikah untuk mengukur kesiapan menikah dan Pre-parental Readiness Scale (PRS) untuk mengukur kesiapan menjadi orang tua. Analisis menggunakan Spearman menunjukkan bahwa kesiapan menikah berkorelasi positif dengan kesiapan menjadi orang tua dengan tingkat kekuatan moderat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kesiapan menikah pada seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan menjadi orang tua pada individu dewasa awal.

Baby blues, individuals who delay having children, and individuals who do not want to have children (childfree) are phenomena that are not yet ready for early adults to become parents. Individuals can be said to be ready to become parents, one of which is when they are ready to marry. Therefore, this study aims to find out the relationship between marriage readiness and parental readiness among emerging adult. Participants of this study were 628 emerging adults in the age range 18 to 30 years old and have not married in Indonesia. The instruments of this study were marriage readiness scale to measure marriage readiness and Pre-parental readiness scale to measure parental readiness. Analysis using Spearman showed that marriage readiness was positively correlated with parental readiness, with a moderate level of strength. Thus, it can be concluded that the higher a person’s readiness for marriage, the higher readiness to become a parent in emerging adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Puspitasari
"California Marriage Readiness Evaluation (CMRE)merupakan tes psikologi untuk mengukur kesiapan perkawinan yang disusun oleh Morse P. Manson Ph.D, dan dipublikasikan oleh Western Psychological Services (WPS) di Amerika Serikat. Tes ini rnengukur kesiapan perkawinan dalam 8 subkategori yang tercakup kedalam 3 kategori yang paling relevan dengan kesiapan perkawinan. Kategori Kepribadian terdiri dari 3 subkategori yaitu struktur karakter, kematangan emosi, dan kesiapan menikah. Kategori Persiapan terdiri dari 3 subkabegori yaitu pengalaman keluarga, keuangan dan rencana masa depan. Kategori yang terakhir adalah kategori interpersonal yang terdiri dari 2 subkategori yaitumotivasi menikah dan kesesuaian.
Tujuan penelitian ini adalah mengadaptasi CMRE sehingga akhirnya dihasilkan alat ukur kesiapan perkawinan yang dapat digunakan di Indonesia. Dan agar CMRE dapat dianggap sebagai tes psikologi yang balk dan memenuhi syarat, perlu dilakukan uji reliabilitas, validitas, serta norma.
Penelitian ini melibatkan 64 orang sarnpel yang terdiri 32 wanita dan 32 pria dengan rentang usia antara 20-30 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian tes secara individual. Pengolahan reliabilitas, menggunakan metode tes u1ang (test-retest method) yaitu CMRE diberikan 2 kali kepada subyek yang sama dengan selang waktu antara pengambilan tes pertama dan tes kedua 1 bulan. Kedua distribusi skor tes ini dikorelasikan dengan rumus Pearson Product Moment. Pengolahan validitas menggunakan pendekatan construct validity dengan rnelihat konsistensi internal CMRE. Perhitungan validitas ini mengkorelasikan item dengan skor total tes itu sendiri.
Dari hasil analisis secara umum, koefisien korelasi reliabilitas CMRE pada setiap subkategori mencapai alpha Iebih dari 0,60. Koefisien reliabilitas terendah adalah subkategori pengalaman keluarga ( 0, 6542) dan koefisien reliabilitas tertinggi adalah total CMRE ( 0,9035). Hal ini berarti tes ini memiliki stabilitas dan konsistensi yang cukup baik. Pengujian validitas CMRE menunjukkan koefisien validitas antara 0, 2125 sampai O, 6743, Dalam pengujian validitas ini, peneliti melakukan pembuangan terhadap item-item CMRE yang tidak valid pada setiap subkategori. Pembuatan norma untuk kelompok sampel ini menggunakan perhitungan persentil, dan profil norma terbagi dalam 4 kelompok yaitu minimum readiness, fair readiness, good readiness, dan maximum readiness.
Berdasarkan apa yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, baik yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian maupun hasilnya peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian ulang untuk mengembangkan CMRE sehingga lebih sesuai dengan kondisi sosial dan budaya di indonesia, dengan jumlah dan latar belakang subyek yang lebih bervariasi. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan terbuka kesadaran akan adanya kebutuhan pada suatu tes yang dapat mengukur dan mengevaluasi kesiapan perkawinan bagi pasangan-pasangan yang akan rnemasuki kehidupan perkawinan. Peneliti berharap dengan adanya alat ukur kesiapan perkawinan nantinya dapat membantu konseling-konseling perkawinan yang ada di Indonesia."
1997
S2490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayesha Kartika Ratri
"Individu yang telah menikah cenderung kurang memiliki kesiapan dalam membangun rumah tangga sedangkan untuk menciptakan kualitas keluarga memerlukan kesiapan yang matang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat kesiapan menikah dengan kualitas kesehatan keluarga pada pasangan baru. Jenis penelitian analitik yang digunakan adalah studi observasi cross-sectional dengan metode pengambilan sampel Simple Random Sampling terhadap 108 responden individu yang telah menikah di tahun 2020-2023. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen mengenai skala kesiapan menikah yang diadaptasi dari penelitian Rislicha (2020) dan Family Health Scale yang kemudian ditranslasi ke bahasa indonesia dengan penerjemah tersumpah. Analisis uji statistik yang digunakan yakni Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kesiapan menikah dengan kualitas kesehatan keluarga pada pasangan baru (p = 0,000). Peneliti merekomendasikan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasangan yang akan menikah.

Individuals who are married tend to be less prepared to build a household, while creating a quality family requires careful readiness. This study aims to identify the relationship between the level of readiness for marriage with the quality of family health in new couples. The type of analytical research used is a cross-sectional observation study with the Simple Random Sampling sampling method of 108 married individual respondents in 2020-2023. The research instrument used was an instrument on the marriage readiness scale adapted from research by Rislicha (2020) and the Family Health Scale which was then translated into Indonesian with a sworn translator. The statistical test analysis used is the Chi Square Test. The results showed that there was a relationship between the level of readiness for marriage and the quality of family health in new couples (p = 0.000). Researchers recommend health workers to provide health education to couples who are getting married."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyifa Zulkifli
"Pola asuh ayah dan ibu dalam mengasuh anak menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam membangun kesiapan menikah sang anak saat di usia dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pola asuh ayah dan ibu yang berperan secara signifikan dalam memprediksi kesiapan menikah pada dewasa awal. Sejumlah 483 partisipan berusia 19-29 tahun diuji dengan Parental Authority Questionnaire (PAQ) dan Inventori Kesiapan Menikah untuk melihat nilai persepsi pola asuh orang tua dan kesiapan menikah. Analisis multiple regression menunjukkan bahwa pola asuh ayah otoriter dan permisif serta pola asuh ibu demokratis secara signifikan memprediksi kesiapan menikah dewasa awal. Berdasarkan temuan tersebut, disimpulkan bahwa semakin cenderung pola asuh otoriter dan permisif pada ayah, semakin rendah tingkat kesiapan menikah pada dewasa awal. Sementara, semakin cenderung pola asuh demokratis pada ibu, semakin tinggi tingkat kesiapan menikah pada dewasa awal.

Parenting styles from father and mother in growing children up are one of the factors that has an important role to develop marriage readiness when their children be an adult. Therefore, this study aims to determine whether there are differences between parenting styless of father and mother that has a significant role in predicting marriage readiness in early adulthood. 483 participants aged 19-29 years were tested using Parental Authority Questionnaire (PAQ) and Inventori Kesiapan Menikah to see perceived parenting styles and marriage readinessscore. Multiple regression analysis shows that authoritarian and permissive parenting style of father and authoritative parenting style of mother significantly predict readiness for early adulthood. Based on these findings, it can be concluded that the more authoritarian and permissive parenting styles of fathers, the lower level of marriage readiness in early adulthood. Meanwhile, the more authoritative parenting style of mother, the higher level of marriage readiness in early adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library