Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Foxe, John
"John Foxe lahir di Boston, Inggris pada tahun 1516 dan meninggal pada tanggal 18 April 1587. Tahun 1563, Foxe sangat terkenal dengan karyanya berjudul ?Acts and Monuments of These Latter and Perillous Dayes?. Anehnya, buku itu lebih dikenal sebagai ?Foxe?s Book of Martyrs?. Sejak itu, Foxe?s Book terus diperbarui oleh para penerusnya, sesuai dengan kejadian-kejadian yang ada.
Buku ini (ditulis dan diperbarui oleh Harold J. Chadwick) berisi kisah orang-orang Kristen yang meninggal karena iman mereka (dari tahun 35 ? 2001). Kita mengenalnya dengan ?martir?. Para martir ini tidak selalu meninggal atas penganiayaan kelompok di luar Kristen, kebanyakan malah oleh kelompok gereja sendiri, yang pada jaman tertentu mengalami banyak perseteruan internal.
Cakupan kisah di buku ini lumayan luas, termasuk di Indonesia. Beberapa tragedi atau konflik berdarah di Ambon dan daerah lain di Indonesia tercatat di sini, lengkap dengan gambarnya.
Membaca kisah-kisah penganiayaan di buku ini akan menyadarkan kita bahwa manusia bisa bertindak melebihi (maaf) binatang, dengan membawa nama Tuhan. Penyiksaan paling keji sepanjang masa ada di buku ini.
Agama dipercaya banyak orang sebagai jalan menuju kebaikan, tapi seringkali agama juga dijadikan alasan menuju neraka. Sejarah membuktikan itu. Karena itulah, jika manusia yang mengaku beragama tidak pernah belajar dari sejarah, maka hanya kesengsaraanlah yang akan menjelang?:(
------------------------------
Risensi oleh: Kalarensi Naibaho
"
Yogyakarta: Andi , 2006
272 FOX f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Glen Valentino
"ABSTRAK
Penelitian yang menggunakan metode pustaka ini membahas tentang pengaruh aspek martir Katolik dalam Pemberontakan Shimabara (1637-1638) di Semenanjung Shimabara. Pemberontakan ini dipicu oleh ketidaksukaan bakufu era Tokugawa terhadap masuknya agama Katolik yang dinilai tidak sesuai dengan kondisi Jepang saat itu. Agama Katolik dianggap dapat menggangu kesetiaan warga Jepang terhadap pemerintahan bakufu. Bakufu dan pengikutnya kemudian melakukan persekusi terhadap penganut ajaran Katolik hingga sampai ke Semenanjung Shimabara. Pemberontakan yang terjadi di Shimabara tersebut dipicu oleh mark-up harga tanah yang ditetapkan oleh daimyo Shimabara guna membangun kastel Shimabara sesuai dengan keinginan Bakufu Tokugawa. Seperti diketahui Bakufu Tokugawa meinginkan untuk membangun satu provinsi, satu kastel. Sebelum pemberontakan terjadi, warga Amakusa dan Shimabara menunjuk seorang anak remaja Katolik bernama Amakusa Shiro yang kisah hidupnya bagai legenda sebagai pemimpin pemberontakan. Pemberontakan Shimabara memakan hingga puluhan ribu korban, dari pihak bakufu maupun pemberontak hingga akhirnya baku hantam tersebut dimenangkan oleh bakufu. Amakusa Shiro bersama para pemberontak penganut ajaran Katolik berjuang untuk mempertahankan kepercayaan Katolik mereka hingga titik darah penghabisan. akhirnya Amakusa Shiro dan pengikutnya gugur di Kastel Hara sebagai seorang martir.

ABSTRACT
This research uses library study method to discuss the influence of Catholic s martyrdom in the Shimabara Rebellion (1637-1638) at the Shimabara Peninsula. This rebellion was triggered by the dislike of the Tokugawa era against the entry of Catholicism which was deemed incompatible with Japan s conditions at that time. Catholicism is considered to be able to disrupt the loyalty of Japanese citizens towards the Bakufu government. Bakufu and his followers persecuted Catholics as far as Shimabara Peninsula. The rebellion that took place in Shimabara was triggered by a mark-up of land taxes set by the Shimabara daimyo to build Shimabara castle in accordance with the wishes of the Tokugawa Bakufu. As is known, the Tokugawa Bakufu wanted to build one province, one castle. Before the rebellion occurred, residents of Amakusa and Shimabara appointed a Catholic teenage boy named Amakusa Shiro whose life story was like a legend as the leader of the rebellion. The Shimabara rebellion took up thousands of victims, from the Bakufu and the rebels, until finally the fight was won by Bakufu. Amakusa Shiro along with Catholic adherents struggled to maintain their Catholic beliefs until the last drop of blood. finally Amakusa Shiro and his followers died at Hara Castle as martyrs."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library