Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Toni
"Istiwa adalah salah satu alat untuk mengetahui waktu masuk shalat yang menggunakan petunjuk matahari yang ditemukan pada mesjid-mesjid kuno di Jawa Dalam bahasa Jawa penunjuk matahari ini disebut befzeer, sedangkan istilah istiwa dikenal dalam bahasa Sunda yang berasal dari bahasa Arab (lihat bahasa khat al-istiwa, equator) yang artinya sama dengan khatulistiwa atau paralet. Bahasa Arab yang sebenarnya untuk penunjuk matahari adalah mizala. DipiIihnya istiwa sebagai obyek penelitian, berdasarkan pada keunikannya dibandingkan komponen bangunan rnasjid lainnya Pada obyek ini secara langsung berhubungan dengan gejala alam yaitu sinar matahari untuk mengetahui berfungsinya obyek tersebut. Pembahasan komponen istiwa diharapkan dapat menerangkan beberapa hal, diantaranya penggunaan istiwa sebagai alat penunjuk waktu shalat di rnasa lalu terutama (dari terbit hingga terbenam matahari) dan bentuk - bentuk Istiwa yang ada serta bagaimana penerapan rnedia tersebut pada mesjid-mesjid kuno di Pulau Jawa. Tampaknya cara-cara mengetahui waktu masuk shalat melalui istiwa mulai ditinggalkan dengan digunakannya teknologi yang lebih modern dan rnekanik, yaitu teknologi jam. Akibatnya, istiwa yang berfungsi sebagai alat penunjuk waktu shalat di masa lalu pada mesjid-mesjid kuno, menjadi kurang berfungsi dan kurang terurus penanganannya. Istiwa pada umumnya digunakan pada mesjid ataupun tempat peribadatan untuk shalat lainnya (mushola, saran, langgar dan lain-lain). Ruang lingkup penelitian terhadap istiwa pada mesjid-mesjid di Jawa dibatasi pada periode masa abad XVI hingga abad XIX. Untuk istiwa mesjid-rnesjid kuno di Jawa yang dianggap tertua menunjukkan periode abad XVI. Konsep dasar pembuatan istiwa memang erat tautannya dengan hukum islam, tetapi wujud fisiknya sendiri sesungguhnya bersifat sekuler. la lepas dari ketentuan hukum dan dengan demikian memberi kesempatan kepada si-pembuat untuk mengembangkan daya kreasinya Dari ragam bentuk istiwa dapat disimpulkan persamaan umum yang menandakan dan nnembedakan karakteristik istiwa dibandungkan komponen lainnya yaitu pada kawat penunjuk waktu dalam penampangnya (gnomon)."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S12030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1998
R 726.2 IND m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nindiawati Nurhani
"ABSTRACT
Masjid Peneleh merupakan masjid tua yang berada di Surabaya yang dibangun berssamaan dengan Masjid Sunan Ampel pada tahun 1421. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan arkeologis yang berada di ruang utama Masjid Peneleh dengan membandingkan bangunan ruang utama Masjid Sunan Ampel yang meliputi bagian atap, pintu, jendela, mihrab, mimbar, bedug, tiang saka guru, pawestren, menara dan serambi. Beradasarkan hasil analisis dapat diketahui persamaan dan perbedaan bangunan Masjid Peneleh dan Masjid Sunan Ampel.

ABSTRACT
Peneleh Mosque is an old mosque which is located in Surabaya. It had been built simultaneously with Sunan Ampel Mosque in 1421. This research aims to know the archaeological observation that is kept in the main room Peneleh Mosque by comparing the main room in Sunan Ampel Mosque which consist of the roof, doors, windows, mihrab, pulpit, drum, pillar of saka guru, pawestren, tower and porch. According to the results of analysis, we can find out the similarities and differences between buildings of Peneleh Mosque and Sunan Ampel Mosque."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfan Firmanto
"Sejarah perkembangan agama Islam di pulau Haruku Ambon tidak bisa dilepaskan dari para tokoh ataupun ulama yang berasal dari pulau Jawa. Bukti pengaruh Islam dari Jawa dapat dilihat dari bentuk arsitektur masjid di pulau tersebut yang mengambil bentuk dari masjid-masjid Wali di Jawa. Terlihat dari bentuk Atapnya yang bertumpang dan denah masjid yang berbentuk bujur sangkar, dari segi ini pengaruh arsitektur masjid Jawa sangat kuat. Meskipun demikian secara adat dan budaya tidak terlihat pengaruh budaya Jawa pada struktur masyarakat di Haruku. Masjid di pulau Haruku, tidak sekedar berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi mempunyai fungsi lain yaitu sebagai simbol persekutuan antar negeri dan adat, juga sebagai simbol eksistensi sebuah masyarakat adat. Pengaruh hukum Adat lebih kuat daripada hukum syariat utamanya di negeri Rohomoni. Sehingga terkesan Masjid lebih dominan digunakan sebagai simbol adat daripada bangunan ibadah."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahdini
"ABSTRAK
Bangunan masjid merupakan salah satu peninggalan masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar yang memiliki keberagaman dari segi bentuk dan ragam hias. Masjid-masjid kuna ini memperlihatkan adanya keselarasan antara adat dan agama Islam. Adat telah menjadi pegangan hidup bagi masyarakat Minangkabau dan juga menjadi identitas budaya bagi pengikutnya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk dari keempat masjid serta identitas budaya yang terepresentasikan pada bangunan masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa pada masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar ini tercerminkan dua identitas budaya, yaitu identitas budaya Koto Piliang dan identitas budaya Bodi Caniago. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa identitas budaya yang terlihat pada masjid kuna tersebut memperlihatkan jenjang status sosial masyarakat, yaitu identitas dari seorang raja dan identitas seorang pemimpin yang berasal dari rakyat biasa.

ABSTRACT
Old mosques is one of Minangkabau heritages in Tanah Dasar Regency that have various form and decoration. Old mosques shows the harmonious life of tradition and Islamic religion in this regency. Tradition has become guidance of life for Minangkabau society and also has become cultural identity for its disciple. This research focus on the physical forms of the four mosques and also the cultural identity that is represented by those old mosques in Tanah Datar Regency. This research resulting in indication of two distinct cultural identities, that is Koto Piliang culture and Bodi Caniago culture. The study also shows that cultural identity in those mosques indicating social ladder in society, which is identity of the king and identity of a leader from common folks.
"
2017
S68155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talulla Rachma Augia
"Penelitian ini membahas mengenai tata ruang antara makam, masjid, dan pemukiman di Desa Hitu dan Hila di Ambon, Maluku. Data yang diambil adalah Masjid Hitu, Masjid Hena Lua, Masjid Hassan Sulaiman, Masjid Wapauwe, Rumah Raja Desa Hitu, Rumah Raja Desa Hila, kompleks makam kuno Hitu, dan kompleks makam Hassan Sulaiman. Penelitian terfokus pada kajian spasial atau tata ruang antara makam, masjid, dan pemukiman untuk melihat pemisahan yang sakral dan yang profan. Sakral adalah suatu benda atau objek yang dikeramatkan, dalam penelitian ini makam merupakan tempat yang disakralkan. Profan adalah yang bersangkutan dengan duniawi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat makna makam bagi para masyarakat desa Hitu dan Hila. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pemisahan antara yang sakral dan profan. Batas pemisah antara yang sakral dan profan tidak dapat terlihat secara fisik, batasan baru dapat terlihat dari penggambaran yang diambil dari udara. Makam atau yang disakralkan berada di dalam hutan dan jauh dari pemukiman dan masjid.

This thesis discuss about the layout between tombs, mosques, and settlements in Hitu Village dan Hila Village, Maluku. The data which has been taken such as, Hitu Mosque, Hena Lua Mosque, Hassan Sulaiman Mosque, Wapauwe Mosque, The House of The Hitu Villages King, The House of The Hila Villages King, The Ancient Tombs Complex of Hitu, and The Tomb Complex of Hassan Sulaiman. This thesis focuses on the spatial study or the layout between tombs, mosques, and settlements to separate the sacred and the profane. Sacred is the object which sanctified and hieratic, in this thesis for example, the tomb is a sacred place. Whereas, profane is concerned with the worldly.
This thesis aims to see the meaning of the tomb for the villagers of Hitu and Hila. The results of this thesis conclude that there is a separation between the sacred and the profane. The separation is that the dividing boundary between the sacred and the profane can not be seen physically, the new boundary can be seen from the drawing which taken from the air. The tombs or the sacred places are in the forest and away from the settlements and the mosques.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library