Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darmanto
"Tesis ini isinya membahas konsep ecomuseum pasar terapung Lok Baintan agar dapat dilestarikan sebagai identitas budaya Kalimantan Selatan, sebab setiap kebudayaan memiliki ciri dan karakteristik tersendiri berdasarkan lingkungan dan alam sekitarnya. Dengan pertanyaan penelitian ?Bagaimanakah Konsep Ecomuseum di Kalimantan Selatan Untuk Menjadikan Pasar Terapung Lok Baintan Sebagai Ecomuseum?. Penelitian ini adalah penelitian diskriptif kualitatif dengan tahapan pengumpulan data, analisis data dan pembahasan. Hasil dari penelitian ini, menyimpulkan bahwa Pasar Terapung Lok Baintan dapat dilestarikan dan diusulkan menjadi ecomuseum. Agar dapat terus berlangsung sebagai identitas budaya Kalimantan Selatan dengan pemberdayaan masyarakat setempat.
......
This thesis discusses the concept Ecomuseum contents Lok Baintan floating market in order to be preserved as cultural identity of South Kalimantan, because every culture has its own characteristics and characteristics based on the environment and natural surroundings. With the research question "How Ecomuseum concept in South Kalimantan To Make Floating Market Lok Baintan As Ecomuseum". This research is a descriptive qualitative research with the stages of data collection, data analysis and discussion. The results of this study, concluded that the Floating Market Lok Baintan can be preserved and promoted to the Ecomuseum. To be able to continue to take place as a cultural identity of South Kalimantan with the empowerment of local communities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eisya Hanina Hidayati
"Tradisi lisan seringkali menjadi sarana penting dalam menyimpan dan meneruskan pengetahuan ekologi dan biologi masyarakat lokal, termasuk pemahaman tentang pemanfaatan hewan dan tumbuhan lokal. Tatangar Banjar merupakan tradisi lisan yang mengandung beragam pengetahuan lokal dan pandangan masyarakat Banjar dalam bentuk pertanda-pertanda. Banyak spesies tumbuhan dan hewan lokal telah terdokumentasi sebagai pertanda Tatangar, namun dokumentasi pengetahuan lisan tersebut masih minim, dan penelitian etnobiologi yang mendalam belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian eksplorasi terhadap tumbuhan dan hewan yang berperan sebagai Tatangar dilaksanakan selama 10 bulan, dari Februari hingga November 2023, di Desa Mandiangin Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara semi-struktural terhadap 3 informan kunci, dengan total 32 responden dari berbagai kelompok generasi. Data etnobotani yang terkandung dalam Tatangar dianalisis menggunakan Use Value (UV) dan Index of Cultural Significance (ICS). Sementara itu, data etnozoologi yang termuat dalam Tatangar juga dianalisis dengan Use Value (UV) dan Cultural Significance Index (CSI). Masyarakat Banjar di Desa Mandiangin Barat menggunakan 35 spesies tumbuhan dari 20 famili dan 28 genus serta 40 spesies hewan dari 10 kelas dan 24 ordo sebagai pertanda Tatangar. Pengetahuan etnobiologi yang dikodekan dalam tradisi lisan tersebut mencakup pemanfaatan spesies sebagai indikator cuaca dan iklim, indikator ekologis yang juga meliputi asosiasinya dengan spesies lain, mitigasi bencana alam, serta simbolisme kepercayaan masyarakat Banjar. Meski banyak spesies tumbuhan dan hewan yang disebutkan memiliki nilai kegunaan dan indeks kepentingan budaya yang tinggi selain peran mereka sebagai Tatangar, sebagian besar hewan memiliki nilai UV dan CSI yang rendah karena digunakan hanya sebagai pertanda Tatangar, tanpa pemanfaatan lain. Beberapa spesies tumbuhan dan hewan yang disebutkan juga merupakan spesies yang dilindungi serta masuk dalam daftar merah IUCN dan Apendiks CITES. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan dan hewan yang berperan sebagai Tatangar memiliki nilai simbolik penting bagi masyarakat maupun dalam ekosistem dan dapat menjadi upaya mempromosikan kesadaran ekologis dan pengelolaan keanekaragaman hayati lokal di Kalimantan Selatan.
......Oral traditions often serve as vital repositories and conduits for passing on ecological and biological knowledge within local communities, encompassing insights into the utilization of local plants and animals. Tatangar Banjar is an oral tradition embodying diverse local knowledge and perspectives of the Banjar community in the form of omens or signs. Despite many local plant and animal species being documented as Tatangar signs, documentation of this oral knowledge remains limited, and in-depth ethnobiological research has not been previously undertaken. Exploratory research into the plants and animals that play a role as Tatangar signs was conducted over 10 months, from February to November 2023, in Mandiangin Barat Village, Banjar Regency, South Kalimantan. Data collection involved observational studies and semi-structured interviews with three key informants, totaling 32 respondents from various generational groups. Etnobotanical data within Tatangar were analyzed using Use Value (UV) and Index of Cultural Significance (ICS). Concurrently, etnozoological data within Tatangar were also analyzed using Use Value (UV) and Cultural Significance Index (CSI). The Banjar community in Mandiangin Barat utilized 35 plant species from 20 families and 28 genera, alongside 40 animal species from 10 classes and 24 orders, as Tatangar signs. The ethnobiological knowledge encoded within this oral tradition encompasses the utilization of species as indicators of weather and climate, ecological indicators including their associations with other species, natural disaster mitigation, and symbolism in Banjar community beliefs. While many mentioned plant and animal species hold significant utility and cultural importance beyond their roles as Tatangar signs, most animals have low UV and CSI values as they are solely used as Tatangar indicators without additional utilization. Some of the mentioned plant and animal species are also protected and listed in the IUCN Red List and CITES Appendices. These findings highlight the important symbolic value of plants and animals serving as Tatangar signs within both the community and ecosystem, serving as a means to promote ecological awareness and the management of local biodiversity in South Kalimantan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library