Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rusli Cahyadi
Abstrak :
"Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat Sasak, demikian judul yang digunakan dalam versi bahasa Indonesia. Buku ini merupakan terjemahan dari tesis John Ryan Bartholomew yang diajukan sebagai bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Doctor of Philosophy pada Department of Anthropology, Harvard University. Judul asli buku ini adalah Alif Lam Mim:Reconciling Islam, Modernity and Tradition in an Indonesian Kampung...[...] Anak judul 'Kearifan masyarakat Sasak' seakan-akan membawa kita pada kondisi masyarakat Sasak yang arif dan 'harmonis'. Padahal yang digambarkan dalam buku ini adalah hubungan yang saling bertentangan antara tema Islam, modernitas, dan tradisi yang dibingkai dengan kebijakan politik pemerintah Orde Baru."
2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Huliandari
Abstrak :
Budaya merariq (kawin lari) adalah model perkawinan yang unik dan dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Islam Sasak, seorang laki-laki harus melakukan mamulang (melarikan) perempuan sebagai bentuk tindakan riil atas tuntutan hati untuk menikah. Dilanjutkan dengan proses sejati, selabar, ngawinan, sorong serah, nyongkolan, dan bales nae. Berdasarkan hal tersebut, penulis hendak melakukan penelitian mengenai relevansi dan pandangan budaya merariq pada masyarakat Islam Sasak, serta tinjauan hukum perkawinan Islam terhadap praktik budaya merariq. Penelitian ini adalah penelitian yuridis-normatif menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan alat pengumpulan data berupa studi pustaka dan wawancara, sehingga menghasilkan data deskriptif-analitis. Pandangan masyarakat Islam Sasak terhadap budaya merariq ada dua. Pertama, bagi masyarakat yang memegang teguh budaya dan tradisi menganggap budaya merariq tidak masalah sebab sudah berlaku secara turun temurun. Kedua, pendapat tokoh agama dan kaum terdidik beranggapan merariq itu haram dan dapat menyebabkan pernikahan dini atau merariq kodeq. Untuk relevansi budaya merariq sendiri memperlihatkan pemahaman keagamaan yang khas, artinya antara budaya dan agama mempunyai relevansi antara keduanya. Terkait pandangan perkawinan hukum Islam budaya merariq pada prosesnya sudah memenuhi ketentuan sebagaimana yang diajarkan hukum Islam, namun dalam praktiknya masih terjadi penyimpangan dan pelanggaran, baik dari segi normatif maupun kemaslahatan umum. Sehingga budaya merariq ini perlu ditinjau kembali dan dibutuhkan keterlibatan semua pihak untuk mensosialisasikan terkait prinsip yang baik dalam perkawinan budaya merariq lebih diutamakan. ......The merariq (elopement) culture is a unique model of marriage and is carried out for generations by the Sasak Islamic society, a man must perform mamulang (escape) of women as a form of real action on the demands of the heart to marry. Continued with the true process, selabar, ngawinan, sorong serah, nyongkolan, and bales nae. Based on this, the author wants to conduct research on the relevance and views of merariq culture in Sasak Islamic society, as well as a review of Islamic marriage law on the practice of merariq culture. This research is a juridical-normative research using a descriptive type of research with data collection tools in the form of literature studies and interviews, so as to produce descriptive-analytical data. The Sasak Islamic community's view of merariq culture is twofold. First, for people who uphold culture and traditions, merariq culture does not matter because it has been valid for generations. Second, the opinions of religious leaders and the educated think that merariq is haram and can lead to early marriage or merariq kodeq. For the relevance of merariq culture itself shows a distinctive religious understanding, meaning that between culture and religion has relevance between the two. Regarding the view of Islamic law marriage, merariq culture in the process has met the provisions as taught by Islamic law, but in practice there are still deviations and violations, both in terms of normative and general benefit. So that this merariq culture needs to be reviewed and it takes the involvement of all parties to socialize related to good principles in merariq cultural marriage is preferred.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bartholomew, John Ryan
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001
306.697 BAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini dilatar belakangi adanya fenomena menarik dan unik Pura Lingsar Lombok pada setiap purnamaning sasih keenam berlangsung dua upacara berbeda di tempat yang sama yang dilakukan oleh dua kelompok masyarakat berbeda, yakni masyarakat Sasak melaksanakan upacara perang topat dan masyarakat Bali melakukan upacara Pujawali di Pura Lingsar.
2014
902 JPSNT 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library