Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Salsabilla
"Siamang (Symphalangus syndactylus Raffles, 1821) merupakan spesies endemik asal Sumatera yang berstatus terancam/endangered akibat adanya degradasi habitat, fragmentasi, urbanisasi, hingga perburuan dan perdagangan hewan. Telah dilakukan penelitian mengenai interaksi siamang jantan dan betina serta pengaruh duet vokalisasi siamang di Zona Primata Gembira Loka Zoo Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perilaku interaksi jantan-betina pada siamang, menganalisis adanya kaitan interaksi jantan-betina siamang terhadap vokalisasinya, dan mengidentifikasi serta menganalisis keberadaan pengaruh yang diakibatkan duet vokalisasi siamang terhadap vokalisasi hewan lain dalam Zona Primata Gembira Loka Zoo Yogyakarta. Penelitian dilakukan terhadap sepasang individu siamang jantan dan betina menggunakan kombinasi metode scan sampling, ad-libitum sampling, dan all occurrence sampling dengan 30 pengulangan pada periode Januari sampai Maret 2024, pukul 09.00 – 15.00 WIB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis perilaku interaktif dengan total frekuensi tertinggi adalah approaching (436) dan terendah sharing food (0). Duet teramati pada 20 kali pengulangan dan selalu terjadi secara bersahutan dengan owa kalimantan (Hylobates albibarbis) yang letak kandangnya berdekatan. Adapun perilaku mating, berupa mounting hingga kopulasi, teramati pada sebagian besar pengulangan, dengan kopulasi yang berhasil teramati sebanyak sepuluh kali. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa sebagian besar interaksi siamang jantan dan betina dilakukan dalam kondisi close proximity, termasuk dalam melakukan duet. Duet yang dilakukan siamang dapat terdengar oleh H. albibarbis dan memicu vokalisasi balasan dari H. albibarbis sehingga terjadi vokalisasi secara antiphonal.

Siamang (Symphalangus syndactylus Raffles, 1821) is an endemic species from Sumatera which has been classified as endangered species due to habitat degradation, fragmentation, urbanization, hunting, and animal trade. Research on the interaction of male and female siamang and the influence of its duet vocalizations has been conducted in the Primate Zone of Gembira Loka Zoo Yogyakarta. This research aims to analyze the behavior of male-female interactions in siamang, analyze the relationship between its male-female interactions and its vocalizations, and to identify and analyze the countercall responses on siamang’s vocalizations from other animals in the Primate Zone. The research was conducted on one pair of male and female siamang using a combination of scan sampling, ad-libitum sampling, and all occurrence sampling methods and was held on 30 repetitions for the period of January to March 2024 at 09.00—15.00 WIB. The research results show that the highest and lowest total frequency of interactive behavior is approaching (436) and sharing food (0), respectively. The duets were observed in 20 repetitions and were always been responded by their neighboring group of singing primates, the bornean gibbon (Hylobates albibarbis). Mating behaviors (mounting and copulation) were observed in most of the repetitions, with ten successful copulations observed. Based on these results, it is concluded that most of the male-female siamang interactions are carried out in close proximity, including duets. The duet performed by the siamangs were heard by H. albibarbis and triggers H. albibarbis to produce their countercalls, resulting in antiphonal vocalizations."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Reksa Samudra
"Dengan menggunakan Survei Sosial Ekonomi Nasional Indonesia tahun 2013 studi ini ingin melihat ketimpangan dari perspektif perkawinan apakah perkawinan berdasarkan tingkat pendidikan ada serta apakah ada dampaknya terhadap ketimpangan pengeluaran di Indonesia Korelasi Kendall rsquos Tau digunakan untuk melihat kekuatan korelasi tingkat pendidikan suami dan istri Indeks Gini dibuat untuk melihat seberapa besar ketimpangan pengeluaran di Indonesia Dengan membandingkan kondisi nyata dan kontrafakta studi ini menemukan bahwa perkawinan berdasarkan tingkat pendidikan terjadi dan memiliki dampak terhadap membesarnya ketimpangan pengeluaran di Indonesia Studi ini juga menemukan bahwa partisipasi angkatan kerja status kerja kepemilikan anak dan lama kawin suatu pasangan secara signifikan membuat pengeluaran antar pasangan bervariasi dan menyebabkan memburuknya ketimpangan pengeluaran di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estiana Cahyawati
"Dengan menggunakan metode kuantitatif dari data IFLS5 dan metode tambahan dengan melakukan wawancara lapangan di Desa Pelumutan, studi ini menguji efek pola perkawinan terhadap partisipasi kerja perempuan dan efek tingkat pendidikan terhadap jam kerja di kelompok perempuan yang melakukan perkawinan asortatif dalam aspek pendidikan. Studi ini menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki suami dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dirinya secara signifikan mengurangi probabilitasnya untuk masuk ke pasar kerja sebesar 3,0 persen hingga 3,4 persen, sebaliknya perempuan yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dibanding suaminya memiliki probabilitas 3.7 hingga 4.1 persen lebih tinggi dibandingkan perempuan yang melakukan perkawinan asortatif dalam aspek pendidikan, ceteris paribus. Selain itu dalam kelompok responden yang melakukan perkawinan asortatif, peningkatan satu tahun sekolah akan mengurangi jam kerja sebesar 0.86 jam. Hasil wawancara lapangan menunjukkan bahwa jam kerja juga ditentukan berdasarkan sektor ekonomi dari pekerjaan yang dilakukan responden.

Using quantitative method on IFLS5 data and the additional method by field interview in Pelumutan Village, the study examines how marriage pattern affects female labor participation and how educational attainment affects women rsquo s working hour in an educational assortative mating group. The study shows that women who ldquo marry up rdquo are less likely to participate in labor force by about 3.0 percent to 3.4 percent, while women who ldquo marry down rdquo are more likely to participate by about 3.7 percent to 4.1 percent than those who are married as educational assortative mating, ceteris paribus. Moreover, only in an educational assortative mating group, increasing one year of schooling would decrease women rsquo s working hour by 0.86 hour, ceteris paribus. The field interview shows that the working hour is also differs by the economic sector in respondent rsquo's job."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juanita Joseph
"The green turtle, Chelonia my das, has suffered from population declines throughout its range, mainly due to a continuous over-exploitation of eggs and adults. To better understand the mating strategy of this endangered animal, paternity in egg clutches of 36 green turtles from two major rookeries in Malaysia were investigated using microsatellite markers. A high incidence of multiple paternity for the green turtles from Sabah was discovered, with 71% of egg clutches showing evidence of being sired by at least two different males. However, for the egg clutches from Terengganu, lower incidences I of multiple paternity (36%) were recorded. This study also documents the occurrence of sperm storage in the green turtles from both sites. Similar patterns of paternity were observed across successive clutches, consistent with the hypothesis of sperm being stored J from mating(s) prior to nesting and being used to fertilize all subsequent clutches of eggs for that season. These data provide the first examples of multiple paternity and sperm storage in the green turtle populations in Malaysia."
Terengganu: UMT, 2017
500 JSSM 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Bob Alvin
"Indonesia memiliki target pengurangan emisi sebesar 29% atau 835 juta ton CO2 pada tahun 2030, yang ditingkatkan menjadi 32% atau 912 juta ton CO2 pada tahun 2023. Sektor bangunan gedung merupakan salah satu penghasil emisi terbesar di Indonesia. Untuk mengurangi emisi tersebut, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan regulasi konservasi energi yang mengharuskan setiap sektor untuk mengurangi penggunaan energi. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2023, konservasi energi wajib dilakukan oleh pengguna energi di sektor bangunan gedung yang menggunakan sumber energi setara atau lebih dari 500 Ton Oil Equivalent. Di sisi lain, kenyamanan pengguna gedung harus diperhatikan dalam konservasi energi gedung. Kenyamanan pengguna memengaruhi produktivitas dan efisiensi kerja mereka di dalam gedung. Oleh karena itu, optimalisasi sangat penting untuk menemukan nilai optimal bagi penggunaan energi listrik dan kenyamanan pengguna. Dalam penelitian ini, kami menggunakan evolution mating algorithm (EMA) untuk menemukan nilai optimal bagi penggunaan energi listrik dan kenyamanan pengguna di gedung perkantoran di negara beriklim tropis. Model matematika dari penelitian sebelumnya telah diperbarui untuk melakukan optimalisasi di negara beriklim tropis. Variabel suhu dan pencahayaan yang memengaruhi kenyamanan termal dan visual pengguna di dalam bangunan digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan energi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dan menganalisis nilai optimal suhu dan pencahayaan untuk menghasilkan nilai optimal penggunaan energi listrik dan kenyamanan pengguna di negara beriklim tropis. Penelitian ini membandingkan kondisi gedung perkantoran sebelum dan sesudah optimalisasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa kondisi setelah optimalisasi menggunakan EMA berhasil mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan kenyamanan pengguna di dalam gedung perkantoran di negara beriklim tropis. Variabel suhu dan pencahayaan setelah optimalisasi berada pada titik optimal yaitu 23°C dan 358,6 lux, yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Indonesia.

Indonesia has set a target to reduce emissions by 29% or 835 million tons of CO2 by 2030, which was increased to 32% or 912 million tons of CO2 in 2023. The building sector is one of the largest contributors to emissions in Indonesia. To reduce these emissions, the Indonesian government has issued energy conservation regulations requiring each sector to reduce energy consumption. According to Government Regulation No. 33 of 2023, energy conservation is mandatory for energy users in the building sector who use energy sources equivalent to or greater than 500 tons of oil equivalent. On the other hand, the comfort of the building's users must be considered in the energy conservation of a building. User comfort impacts their productivity and efficiency inside the building. Therefore, optimization is essential in order to find optimal values for energy use and user comfort. In this study, we used the evolution mating algorithm (EMA) to find optimal values for energy use and user comfort in office buildings in a tropical-climate country. The mathematical model from the previous research has been updated to perform optimization in tropical-climate countries. The temperature and lighting variables that will affect the thermal and visual comfort of the user inside the building are used to optimize the use of energy. The aim of this research is to determine and analyze the optimal values of temperature and lighting to generate the optimal value of energy use and user comfort in a tropical-climate country. This study compares the state of an office building before and after optimization. The results prove that conditions after optimization using EMA succeeded in reducing energy consumption and increasing user comfort inside office buildings in tropical-climate countries. The temperature and lighting variables after optimization are at the optimal point of 23 oC and 358.6 lux, which are in line with Indonesia Government Regulations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugraha Pukuh
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan pola pernikahan asortatif Assortative Mating menurut usia dan pendidikan serta pengaruhnya terhadap perilaku fertilitas pasangan di Indonesia pada tahun 1996 dan 2016, dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional. Pernikahan homogami dalam usia meningkat sebesar 7,34 persen dan jarak usia pasangan menurun dari 5,48 menjadi 4,38 tahun selama dua dekade. Hasil Korelasi Kendall rsquo;s Tau menunjukkan bahwa pada periode yang sama telah terjadi pernikahan asortatif positif dalam pendidikan di Indonesia. Sementara itu, hasil Regresi Poisson menunjukkan bahwa pola pernikahan asortatif baik dalam usia maupun pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku fertilitas pasangan. Pasangan hipergami baik dalam usia maupun pendidikan merupakan pasangan dengan kecenderungan rata-rata Anak Lahir Hidup ALH tertinggi di kedua periode. Selanjutnya dengan pendekatan Dekomposisi Oaxaca diperoleh hasil bahwa perubahan pola pernikahan asortatif dalam usia dan pendidikan berkontribusi sekitar 12 persen terhadap penurunan rata-rata ALH antara tahun 1996 dan 2016. Program dan kebijakan yang bertujuan mengendalikan tingkat fertilitas harus mengakomodir strategi yang berfokus pada karakteristik pasangan dalam pernikahan.

Using the Indonesian National Socio economic Surveys, this study aims to analyze the changes in assortative mating patterns by age and educational attainment and their effects on fertility behavior in Indonesia between 1996 and 2016. Homogamy marriage in age increased about 7,34 percent and the spousal age gap has declined from 5.48 to 4.38 years within the two decades. The result of Kendall's Tau Correlation shows that there has been a positive educational assortative mating in Indonesia in the same period. Meanwhile, the results of Poisson Regression indicate that the assortative mating patterns both in age and education significantly affect the couple's fertility behavior. Hypergamy couples in both age and education were the couples with the highest Children Ever Born CEB in both periods. Furthermore, with the Oaxaca Decomposition, it was found that changes in the assortative mating patterns in age and education contributed about 12 percents to the decrease of average CEB between 1996 and 2016. Programmes and policies aimed at controling fertility should incorporate strategies that focus on the characteristics of couples in marriage. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Fawziya Zulfah
"Pendidikan suami dalam pola pernikahan diduga memiliki hubungan terhadap partisipasi kerja perempuan, salah satunya adalah assortative mating, yaitu fenomena ketika perempuan menikahi laki-laki dengan pendidikan setara. Untuk mengkaji hubungan ini, digunakan data SUSENAS 2020 yang diolah dengan metode regresi logit biner. Hasilnya, perempuan dalam pola marry-up high, assortative mating mid, marry-down low, marrydown high, dan assortative-mating high memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk bekerja dan bekerja di sektor formal daripada perempuan dalam pola assortative-mating low. Akan tetapi, hasilnya sebaliknya untuk perempuan dengan pola marry-up low. 

The husband’s education is believed to be related to female’s job participation, one of which is assortative mating, a phenomenon when individuals married those with the same level of education. To examine this relationship, the study analyzed the SUSENAS 2020 data using the binary logistic regression method. The results show that females in the marriage pattern of marry-up high, assortative mating mid, marry-down low, marry-down high, and assortative-mating high tend to work and engage in formal sector work compared to female in the assortative-mating low. However, the effect is the opposite for females in the marry-up low."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Hananinta
"Pola pernikahan hipogami adalah pola pernikahan dengan pasangan perempuan (istri) berpendidikan lebih tinggi dibandingkan suami. Pola pernikahan dan capaian pendidikan dari suami dan istri dianggap berpengaruh terhadap realisasi fertilitas, namun belum ada yang melihat pengaruhnya terhadap intensi fertilitas atau intensi memiliki anak dari perempuan atau istri. Dengan menggunakan data IFLS 5 serta selisih lama sekolah pasangan sebagai proksi pola pernikahan hipogami, studi ini membahas pengaruh hipogami terhadap intensi fertilitas dari perempuan. Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), hasil pada studi ini menemukan bahwa adanya pengaruh negatif dari pola pernikahan hipogami terhadap intensi fertilitas perempuan.

Educational hypogamy is an assortative mating where women are marrying men with lower education. With rising education among women across the world, educational hypogamy in couples has increased over the last few years in Indonesia. Using the Indonesian Family Life Survey 2014 (IFLS 5), this study aims to analyze the effect of educational hypogamy on women's fertility intention in Indonesia. Using Ordinary Least Square (OLS) method, this study found that educational hypogamy significantly affects women's fertility intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library