Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hertog Nursanyoto
"Masalah gizi mutakhir di Indonesia mempunyai fenomena unik dan disebut sebagai double burden in health problem karena ditandai oleh dua masalah yang berbeda yang terjadi pada saat bersamaan. Sementara penyakit infeksi akibat kekurangan gizi belum sepenuhnya dapat diatasi, pada saat yang sama penyakit degeneratif akibat kelebihan gizi mulai meningkat secara tajam.
Salah satu masalah gizi lebih yang menjadi sorotan pada dewasa ini adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Secara umum penyakit ini didefinisikan sebagai gangguan akibat adanya penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) dan secara spesifik ditandai dengan adanya kelainan metabolisme lipoprotein.
Diantara berbagai faktor etiologi yang teridentifikasi sebagai faktor risiko, terdapat enam faktor yang dianggap memiliki kontribusi penting. Keenam faktor tersebut menarik untuk dikaji iebih lanjut, karena memiliki akronim yang bisa dipakai sebagai slogan untuk pencegahan risiko. Oleh Hamilton faktor risiko ini dibuat menjadi matriks H.E.A.L.T.H yang merupakan singkatan mnemonik dari [H]eredity, [E]xercise, [A]ges, [L]bs, [T]obacco dan [H]abits of fat consumption.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis model hubungan yang terjadi antara faktor risiko pada matriks H.E.A.L.T.H dan peningkatan kadar kolesterol plasma. Diharapkan model hubungan ini dapat diaplikasikan sebagai bahan pertimbangan bagi terapi pencegahan aterosklerosis, karena dengan diketahuinya model hubungan yang terjadi dapat dirancang suatu tindakan preventif untuk mengurangi besarnya risiko dari masing-masing faktor.
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel penduduk usia dewasa ( _> 18 tahun) yang berte mpat tinggal di kotamadya Denpasar. Analisis data dilakukan dengan strategi model regressi linier berganda dengan menempatkan kadar kolesterol plasma sebagai variabel dependen.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh gambaran bahwa diantara keenam faktor yang ada dalam matriks H.E.A.L.T.H., faktor [H]eredity dengan OR 4,375(95% CI : 2,149-8,908) dan faktor {ff]abits of fat consumption dengan OR 3,038(95% CI : 1,317-7,009) merupakan kandidat terkuat sebagai determinant factor. Kedua faktor tersebut memiliki kontribusi yang dominan dalam model untuk menerangkan pola hubungan antara matriks H.E.A.L.T.H. dan hiperkolesterolemia Jana keberadaan keduanya sekaligus pada individu akanmemberi efek interaksi yang sinergis dalam mempertinggi risiko ateroskerosis. Faktor [E]xercise dan [L]bs pada dasarnya merupakan faktor yang mengukur gejala yang sama. Secara statistik keduanya memiliki hubungan linier dengan [E]xereise sebagai prediktor. Atau dengan kata lain [L]bs memang merupakan indikator dari level [E]xercise individu. Penyertaan keduanya didalam model akan menimbulkan gejala kolinieritas sehingga menghasilkan model yang over parameter. Dengan pertimbangan praktis di lapangan, penyertaan faktor [L]bs akan menghasilkan model yang lebih balk (well formulated model) dibandingkan penyertaan faktor [E]xercise ke dalam model.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol plasma dan matriks H.E.A.L.T.H. ternyata menghasilkan matriks rumusan yang sederhana dan dapat digunakan secara self asessment untuk mengukur risiko aterosklerosis individu. Meski demikian, sebelum diaplikasikan secara meluas, masih diperlukan penelitian gold standard untuk mengukur sensitifitas dan spesifisitas dan matriks rumusan tersebut, agar secarapositifdapat diprediksi peluang terj adinya aterosklerosis, jika berdasarkan rumusan matriks H.E.A.L.T.H. individu dinyatakan sebagai kelompok yang berisiko."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Ratnasari
"Proses kerja pada area Hydro Cracking Complex HCC memiliki risiko bahaya kesehatan kimia dan fisika bagi pekerja. Penelitian ini menilai gambaran bahaya risiko kesehatan dan Health Risk Assessment HRA dengan menggunakan metode semi kuantitatif untuk menentukan skor durasi, eksposure, konsekuensi, dan likelihood yang selanjutnya akan dihitung dalam Risk Assessment Matriks RAM . Pedoman yang digunakan untuk menghitung yaitu International Petroleum Industry Environmental Conservation Association IPIECA dan International Association of Oil Gas Producers OGP tahun 2006.
Berdasarkan hasil perhitungan proritas pengendalian risiko di area HCC bahaya kesehatan fisika dan kimia berada pada 4 tingkat yaitu: tidak perlu dilakukan tindakan segera, prioritas pertama, kedua, dan ketiga untuk dilakukan tindakan.Penilaian HRA menunjukkan terdapat bahaya fisika berupa bahaya pencahayaan, heat stress, dan bising. Sedangkan bahaya kimia yang ditemukan yaitu uap Hidrocarbon, Fuel Gas CO, Fuel Gas H2S, Fuel Gas CO2, Ammonia NH3 , Benzene Toluene Xylene BTX , Soda Api NaOH , Katalis, Steam H2, Ceceran fuel oil, N2, SO2, LPG, Indoor Air Quality CO, CO, O2,Nox, SOx , dan Lube oil. Tingkat risiko bahaya kesehatan dapat dikurangi dengan melakukan hirarki kontrol, yaitu dengan mengeliminasi bahaya, menambah intensitas cahaya, pembatasan area kerja, rotasi pekerja, penggunaan APD yang sesuai, dan perhitungan kadar paparan bahan kimia.

Working processess at Hydro Cracking Complex HCC have chemical dan physical hazards for the workers. This study asssessed about health risk hazard and Health Risk Assessment HRA by using semiquantitative method to determine score, exposure, consequence, and likelihood, then we rsquo ll calculate them into Risk Assessment Matriks RAM . The guideline that we use is from International Petroleum Industry Environmental Conservation Association IPIECA and the International Association of Oil Gas Producers OGP.
Based on the calculation we found 4 level of risk hazard control for chemical dan physical hazards, there are, no need immediate action, first, second, and third priority of action.HRA result shows there are some physical hazards, lighting, heat stress and noise. There were also found chemical hazards, they are Hidrocarbon, Fuel Gas CO, Fuel Gas H2S, Fuel Gas CO2, Ammonia NH3 , Benzene Toluene Xylene BTX , NaOH, Katalis, Steam H2, fuel oil, N2, SO2, LPG, Indoor Air Quality CO, CO, O2,Nox, SOx , and Lube oil. The level of risk can be reduced by applying control of hierarchy, such as eliminating hazard, increasing light intensity, limiting working area, worker rotation, using appropriate PPE, and measure chemical hazard exposure.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library