Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andam Dewi Saptarini
Abstrak :
Skripsi ini berisi penelitian mengenai tokoh mayat dalam drama Amedee ou Comment s'en debarrasser karya Eugene lonesco. Tujuan penelitian adalah untuk memahami hubungan mayat dengan keseluruhan karya serta untuk memahami makna mayat.

Metode yang dipakai adalah metode struktural. Teori yang digunakan untuk menganalis adalah teori tentang tearer yang dijabarkan oleh Anne Ubersfeld yang mencakup teori alur dan skema antar, tokoh, ruang dan waktu, serta teori tentang metafora dari Mariana Tutescu.

Hasil penelitian memperlihatkan hubungan mayat dengan unsur-unsur struktur karya yaitu dengan alur tokoh, ruang dan waktu. Analisis alur dilakukan dengan menyusun skema aktan. Hasil penelitian menunjukkan mayat berperan dalam alur. Keberadaan mayat mencetuskan konflik dan usaha subyek untuk membuangnya menyebabkan gerak alur. Pembahasan tokoh menunjukkan bahwa mayat mempengaruhi kondisi tokoh, tindakan tokoh dan hubungan antar tokoh. Tokoh menjadi terpenjara dalam rumah mereka, tidak bebas, tertekan, ketakutan dan menderita. Hubungan antar tokoh yang telah renggang atau tidak harmonis bertambah buruk dengan kehadiran mayat tersebut.

Dari analisis tokoh juga terlihat bahwa mayat adalah satu_satunya tokoh yang bebas dan menyebabkan tokoh lain tidak bebas. Mayat memenuhi ruang tempat tinggal tokoh. Dia mendesak tokoh. Selain mempengaruhi ruang fisik, kehadiran mayat juga mempengaruhi la vie interieure kedua tokoh yang lain. Ruang dalam drama ACS memiliki 3 fungsi yaitu fungsional, referensial dan simbolis.

Ruang yang tertutup rapat melambangkan manusia yang terasing dari sekelilingnya. Oposisi-oposisi ruang (ruang tertutup dan ruang terbuka, ruang penuh dan ruang kosong) mematerialisasikan perasaan_-perasaan tokoh-tokohnya yaitu tekanan dan kelegaan. Pertumbuhan mayat seiring dengan berjalannya waktu. Kehadiran mayat juga mempengaruhi waktu subyektif kedua tokoh yang lain.

Analisis mengenai makna mayat melalui kajian tema-tema memperlihatkan bahwa mayat dalam drama ini melambangkan kematian cinta kedua pasangan tersebut. Atau dengan kata lain, mayat itu metafora dari kematian cinta. Selain simbol dari kematian, mayat dalam ACS merupakan simbol dari kebebasan. Pemahaman makna mayat akan memperjelas pemahaman drama ini karena mayat menjadi kunci dalam drama.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andris Ahitra
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S21793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Made Ayu Mira Wiryaningsih
Abstrak :
Perkiraan saat kematian merupakan hal yang sangat penting terutama pada kasus forensik dan merupakan salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh penyidik. Penegakan perkiraan saat kematian pada pemeriksaan kedokteran forensik di Indonesia paling umum menggunakan parameter tanatologi (lebam mayat, kaku mayat dan perubahan suhu mayat). Parameter tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Berdasar belum ditemukannya penelitian terhadap lebam mayat, kaku mayat, dan penurunan suhu mayat pada iklim tropis di Indonesia, sehingga peneliti berharap dapat melihat ketiga perubahan tanatologi tersebut selama 24 jam postmortem untuk meningkatkan akurasi perkiraan saat kematian di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan menggunakan hewan coba tikus Sprague-dawley. Hasil penelitian menunjukkan fenomena lebam mayat yang hilang pada penekanan dipengaruhi oleh kadar hemoglobin dan hematokrit pada interval post mortem kurang dari 12 jam, ada tidaknya kaku mayat dipengaruhi terutama oleh suhu lingkungan, hilangnya kaku mayat pada iklim tropis dapat tumpah tindih dengan munculnya tanda-tanda pembusukan awal, serta penurunan suhu rektal tikus pada iklim tropis membentuk suatu kurva linear yang menurun mendekati suhu lingkungan hingga jam ke-6 postmortem, kemudian landai mengikuti pola perubahan suhu lingkungan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat akurasi penentuan saat kematian, terutama pada kondisi iklim tropis, tidak dapat ditentukan oleh satu faktor saja, melainkan harus dipertimbangkan berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Estimation time of death is important in forensic cases and is one of the question that is often asked by police investigators. Livor mortis, Rigor mortis and Algor mortis are the main parameters used to do so. These parameters are influenced not only by internal factors but also by external factors. No study has been yet conducted to analyze these parameters in Indonesia tropical climate. The author hopes to see the changes in these parameters during the first 24 hours postmortem period, which in the end will help increase the accuration of estimating the time of death in a tropical climate. This study is an experimental study, using Sprague-dawley rats. The results of this study shows that: internal factors (hemoglobin and hematocrite) influence the blanching of livor mortis only in the first 12 hours postmortem, rigor mortis is majorly influenced by the ambient temperature and is often overlapping with the early decomposition and the decrease of rectal temperature in tropical climates will form a linear curve that slopes down in the first 6 hours postmortem before it follows the changes in ambient temperature. In conclusion, to increase the accuracy in estimating time of death, especially in tropical climates, can not be determined by a single parameter and has to consider internal and external factors also.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Adiyan Wijaya
Abstrak :
Profesi dokter forensik merupakan profesi yang sangat erat kaitannya dengan sains hukum, khususnya hukum kesehatan dan hukum pidana dan acara pidana. Sebagai Dibagian profesi kedokteran, dokter forensik juga tak luput dari penataan mengenai persetujuan dan rahasia medis. Dalam skripsi ini, Masalah utama yang diangkat adalah tentang implementasi dan regulasi informed consent mengenai proses otopsi forensik yang dilakukan oleh dokter forensik, serta segala sesuatu yang termasuk dalam lingkup rahasia penyakit dalam proses otopsi jenazah. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, dengan metode pengumpulan data yaitu studi pustaka dan mewawancarai informan, serta pengolahan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan otopsi jenazah tidak perlu persetujuan (consent) dari keluarga korban untuk otopsi jenazah, yang dibutuhkan adalah pemberian informasi (informing) kepada keluarga korban. Ada rahasia medis yang harus dijaga oleh dokter forensik mencakup semua informasi medis mengenai jenazah, baik dari a menunjukkan tindakan kriminal atau tidak, dengan informasi medis menunjukkan bahwa semua tindak pidana harus diberikan hanya kepada penyidik polisi. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kementerian Kesehatan Harus lebih disosialisasikan bahwa otopsi jenazah tidak diperlukan persetujuan keluarga korban, serta dokter forensik, harus lebih hati-hati memberikan informasi medis kepada pihak manapun. ......The forensic doctor profession is a profession that is closely related to legal science, especially health law and criminal law and criminal procedure. As part of the medical profession, forensic doctors also do not escape the arrangement regarding consents and medical secrets. In this thesis, the main problem raised is about the implementation and regulation of informed consent regarding the forensic autopsy process carried out by forensic doctors, as well as everything that is included in the scope of disease secrets in the autopsy process of a corpse. This research is a normative legal research with descriptive research type. The research data used is secondary data, with data collection methods, namely literature study and interviewing informants, as well as qualitative data processing. The results showed that in carrying out the autopsy of a corpse, consent from the victim's family did not need consent for the autopsy of a corpse, what was needed was providing information (informing) to the victim's family. There is a medical secret that must be kept by a forensic doctor including all medical information regarding the body, whether from a indicate a criminal act or not, with medical information indicates that all criminal acts must be given only to investigators Police. Ministry of Law and Human Rights and Ministry of Health It should be more socialized that an autopsy of the body is not necessary the consent of the victim's family, as well as forensic doctors, must be more careful provide medical information to any party.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Jonathan
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai formulasi kebijakan penetapan tarif retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat di Kota Bogor. Penetapan tarif yang menyebabkan kenaikan dirasakan memberatkan masyarakat dan belum memenuhi aspek keadilan. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan proses formulasi penetapan tarif retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat beserta pertimbanganpertimbangan yang melandasinya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka dengan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pertimbangan keadilan (fairness) belum menjadi landasan dalam perumusan tarif yang diakibatkan oleh proses pembahasan yang menitikberatkan pada perspektif subyektif tanpa didasari data pembanding. ......This thesis discuss policy formulation on defining rates of burial and cremation charges in Bogor. Charges that have been imposed is being felt as an economic burden and yet met the fairness aspect. The purpose of this research is to describe formulation process on defining rates of burial and cremation charges and also reasoning behind of it. The approach used in this research is post positivis approach with method of data collection using in-depth interviews, observation and literature study and being processed using qualitative data analysis techniques. Results of this research shows that the consideration of fairness aspect has not form the basis on formulating charges which is caused by the process of discussion that have been focused on the asumption and not being followed by comparable data.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S53786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library