Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Dwi Nindyati
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui apakah sex role identity (SRI) dan self: efficacy berperan sebagai mediator pada korelasi antara tiga kebutuhan menurut McClelland dengan kinerja. Dasar pemikiran untuk menguji apakah variabel tertentu dapat berfungsi sebagai mediator adalah penjelasan dari Baron dan Kenny. Bila ada beberapa IV yang dapat memperlihatkan adanya korelasi dengan DV. Antar IV tersebut terbukti berkorelasi, maka dengan analisis regresi dapat diuji apakah salah satu dan IV tersebut dapat berfungsi sebagai variabel mediator, yaitu variabel yang menjembatani korelasi IV dengan DV. Sejumlah penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa tiga kebutuhan menurut McCiellaand (n Achievement, n Affiliation dan n Power) dengan kinerja. Demikian juga ada beberapa hasil penelitian yang mendasari dugaan bahwa SRI dan sal-efficacy dengan kinerja juga terjadi korelasi. Selain itu, ada beberapa penelitian yang mendasari dugaan korelasi antara tiga kebutuhan menurut McClellaand dengan SRI dan set-efficacy. berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut peneliti menentukan hipotesis penelitian: SRI dan self efaacy berperan sebagai mediator pada korelasi tiga kebutuhan menurut McClelland dengan kinerja. Penelitian ini dilakukan di PT.SAI, dengan subjek penelitian beauty advisor, salah satu jabatan yang ada di bagian promosi. Subjek penelitian berjumlah 214, berasal dari cabang Jakarta 1, Jakarta 2 dan Jakarta 3, jenis kelamin perempuan semua. Alasan dipilihnya . beauty advisor sebagai subjek penelitian adalah adanya karakteristik tugas yang cukup otonom, sehingga relatif sesuai dengan konsep yang akan diteliti. Selain itu juga karena adanya alasan yang bersifat teknis yaitu mudahnya akses untuk pengambilan data penelitian. Alat ukur yang digunakan berupa angket untuk tiga kebutuhan McClelland digunakan self-report yang dikembangkan oleh Murray, untuk SRI digunakan PAQ (Personal Attribute Questionnaire) dikembangkan Spence dan Helmrich, sedangkan untuk self-efficacy digunakan angket yang dikembangkan oleh Hay dan Pond. Untuk mengukur kinerja digunakan BARS yang disusun berdasarkan perilaku yang menunjang tercapainya kinerja yang bagus dan diperlihatkan oleh beauty advisor. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi baik regresi sederhana maupun mutiple regresi, dengan mengikuti alur pengujian mediator yang diberikan oleh Baron dan Kenny. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan SR: tidak terbukti berperan sebagai mediator pada korelasi antara tiga kebutuhan menurut McClelland dengan kinerja. Hal ini berarti kinerja yang diperlihatkan oleh para beauty advisor lebih disebabkan adanya tiga kebutuhan menurut McClelland, dan SRI (femininitas dan maskulinitas) kurang dapat berperan pada terciptanya kinerja beauty advisor. Self-efficacy terbukti berperan sebagai mediator pada korelasi antara tiga kebutuhan menurut McClelland dengan kinerja. Hal ini dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan kinerja beauty advisor semakin bagus adalah self-efficacy dan bukan tiga kebutuhan menurut McClelland. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan kajian yang melibatkan SRI, khususnya dengan alat ukur yang lebih bagus. Selain itu juga sebaiknya dilakukan pengkajian yang melibatkan adanya pemilihan pekerjaan dan minat kerja untuk mengkaji peran SRI terhadap kinerja. Terbuktinya self-efficacy sebagai mediator pada korelasi tiga kebutuhan menurut McClelland dengan kinerja, sebaiknya dijadikan dasar pertimbangan untuk pembuatan pelatihan yang lebih menitik beratkan pada bagaimana menumbuhkan self-efficacy pada individu. Proses elisitasi dalam pembuatan BARS, sebaiknya dilakukan dengan individu yang mewakili semua cabang perusahaan, agar dimensi yang ditemukan dalam penilaian relatif merata. Referensi 85 buah, terdiri dari buku dan jurnal (1938 - 2002)
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T11495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markus Gunawan
Abstrak :
Persaingan industri perbankan yang semakin kompetitif menyebabkan kualitas pelayanan yang diberikan menjadi penting. Setiap bank bersaing untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabahnya.Hal ini juga dirasakan oleh PT.BII, sebagai salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Jakarta. Oleh karena itu, setiap bank perlu perlu mengelola sumber daya manusianya mengingat sumber daya manusia merupakan motor penggerak bagi suatu bank dalam menjalankan bisnisnya. Aspek penting yang harus diperhatikan adalah perancangan model kompetensi yang penting dimiliki suatu jabatan. Karena kompetensi meruapakan faktor kunci seseorang untuk sukses dan berhasil dalam melakukan pekerjaannya. Metode yang dipergunakan dalam penyusunan model kompetensi ini adalah metode desain studi singkat dengan menggunakan expert panel atau yang lebih seing disebut sebagai job competency assessment (JCA). Tahapan penyusunan meliputi: tahap persiapan awal, mengumpulkan data bersama dengan expert panel, identifikasi kompetensi, level indicator dan bobot kontribusi terhadap kompetensi inti perusahaan, analisa data, dan finalisasi. Hasilnya diperoleh model kompetensi untuk jabatan Teller yang terdiri dari Kerjasama Tim, Orientasi Pelayanan Pelanggan, Integritas, Manajemen Waktu, Ketelitian, Ketekunan, Pencitraan Diri. Sedangkan untuk jabatan customer service terdiri dari Kerjasama Tim, Orientasi Pelayanan Pelanggan, Komunikasi Efektif, Integritas, Ketelitian, Kontrol Diri, Pencitraan Model kompetensi ini nantinya akan dipergunakan sebagai dasar dalam aktivitas-aktivitas pengelolaan SDM di PT.BII, terutama untuk seleksi, penilaian kinerja, serta pelatihan dan pengembangan karyawan. ......The increasing competition in banking industry has caused the delivery of service quality to customers become essential. Every bank competes to deliver the best service to its customers. This issue has also been realized by PT.BII, as one of the well-known private banking company in Jakarta. As a result, a bank needs to manage their human resources. It cause human resources is important asset in banking industry for running their business. As a result, it is very important for all banking company to mapping competency model for all jobs in their organization. Because competency is a key success factor for worker, in order to do their job. A short study of McClelland Job Competency Assessment is a method study that using primarily data from expert panel may be used for designing and developing competency model for the job. The process of this method are consist of process, such initial preparation, data collection through expert panel, identification of job competencies, level indicator of competencies and relative weight about company core competence, data analyze and final decision. The output of this study is job competencies model of teller which consist of team work, customer service orientation, integrity, time management, order for stability, self image. Meanwhile for customer service consist of team work, customer service orientation, effective communication, integrity, self control and self. This competency model will be used as a standard in order to manage human resources, especially in selection, assessment, training and development process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50299
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabela Sinatryani
Abstrak :
Skripsi ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa sulung di Universitas Indonesia dengan batasan usia remaja. Variabel pola asuh orangtua diukur dengan menggunakan kuesioner Parental Authority Questionnaire dan motivasi berprestasi diukur dengan Achievement Motives Scale Revised. Responden pada penelitian ini adalah 243 mahasiswa Universitas Indonesia. Dengan menggunakan One-way Analysis of Variance (ANOVA), hasil korelasi menunjukkan bahwa pola asuh orang tua memiliki hubungan dengan hope of success dalam motivasi berprestasi yakni, ayah sebesar F(242)=7.042, p=0.001 dan ibu sebesar F(242)=14.138, p=0.000. Kemudian pola asuh orang tua juga memiliki hubungan dengan fear of failure dalam motivasi berprestasi yakni, ayah sebesar F(242)= 12.465, p=0.001 dan ibu sebesar F(242)=15.886, p=0.000. Pola asuh orang tua secara otoritatif membuat remaja memiliki hope of success dalam motivasi berprestasi dan pola asuh secara otoriter membuat remaja memiliki fear of failure dalam motivasi berprestasi. ......This quantitative research aim for the relationship between parenting style and achievement motivation among firstborn adolescent student in University of Indonesia. Using questionnaire as a instrument, Parental Authority Questionnaire was use to measure parenting style, and Achievement Motives Scale Revised was use to measure achievement motivation. 243 adolescents were asked to complete the questionnaires. Using One-way Analysis of Variance (ANOVA), parenting style has been found significance with hope of success dimension in achievement motivation, for father F(242)=7.042, p=0.001 and mother F(242)=14.138, p=0.000. This research also shows significance result between parenting style and fear of failure dimension in achievement motivation, for father F(242)= 12.465, p=0.001 and mother F(242)=15.886, p=0.000. Authoritative parenting style make adolescent have hope of success in achievement motivation and authotitarian parenting style make them have fear of failure in achievement motivation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library