Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sucitra
Abstrak :

Latar Belakang: FOXO3a (Forkhead Box O3a) merupakan faktor transkripsi yang berpotensi melindungi sel dari stres oksidatif. Stres oksidatif tersebut merupakan salah satu faktor yang memicu proses penuaan. Sampai saat ini belum diketahui bagaimana ekspresi FOXO3a pada populasi wanita lanjut usia yang diduga sebagai molekul anti penuaan dan berperan dalam regulasi stress oksidatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola ekspresi mRNA Forkhead Box O3a leukosit, kadar MDA dan aktivitas katalase plasma pada wanita lanjut usia.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional pada 60 subjek wanita lanjut usia (lansia) yang dikelompokkan menjadi 60-70 tahun dan >70 tahun. Isolasi RNA dilakukan pada sampel sel leukosit, kemudian ekspresi relatif mRNA FOXO3a dilakukan dengan menggunakan quantitative Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR). Kadar MDA plasma dan aktifitas spesifik katalase diukur dengan menggunakan spektrofotometri.

Hasil: Ekspresi relatif mRNA FOXO3a pada sel lekosit lebih rendah bermakna pada kelompok umur wanita lansia yang lebih tua (> 70tahun), sedangkan kadar MDA dan aktivitas sepesifik katalase plasma ditemukan meningkat pada kelompok wanita lansia yang lebih tua. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi mRNA FOXO3a baik dengan kadar MDA (p= 0,225) maupun dengan aktifitas spesifik enzim katalase (p =0,462).

Kesimpulan: ekspresi mRNA FOXO3a menurun seiring dengan peningkatan usia, namun aktifitas spesifik katalase meningkat seiring bertambahnya usia. Kadar MDA tidak meningkat seiring dengan bertambahnya usia pada wanita lanjuat usia.

 


Background: FOXO3a (Forkhead Box O3a) is a transcription factor that has the potential to protect cells from oxidative stress. Oxidative stress is one of the factors that trigger the aging process. Until now it has not been known how FOXO3a expression in the elderly female population is thought to be an anti-aging molecule and plays a role in oxidative stress regulation. The purpose of this study was to analyze Pattern of leucocytes Forkhead Box O3a  mRNA expression, plasma malondialdehyde (MDA) level and  activity of catalase  in elderly women 

Methods: This study was a cross sectional study in 60 elderly female subjects. RNA isolation was performed on leukocyte cell samples, then the relative expression of FOXO3a mRNA was carried out using quantitative Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR). Plasma MDA level and catalase specific activity was measured by spectrophotometer.

Results: The relative expression of FOXO3a mRNA in leukocyte cells was significantly lower in older age groups of older women (> 70 years), whereas MDA levels and specific plasma catalase activity were found to be increased in older groups of older women. There is no significant relationship between FOXO3a mRNA expression with MDA levels (p = 0.225) or with catalase enzyme specific activity (p = 0.462)

Conclusions: mRNA FOXO3a decreased with age, however catalase specific activity increased with age. There was no difference in MDA level with increased age in elderly women.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Oktarina
Abstrak :
Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit infeksi cacing filaria yakni 'wuchereria bancroftt, Brugia malayt dan Brugia timori. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk. Tahun 2000 WHO menetapkan kesepakatan global untuk eliminasi penyakit kaki gajah. Indonesia telah melaksanakan eliminasi ini secara bertahap pada tahun 2002 di 5 kabupaten. Obat fiariasis diberikan gratis dalam pengobatan massal di daerah endemis. Tujuan penelitian melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek minum obat filariasis di kabupaten Banyuasin tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan proporsi responden yang minum obat filariasis di wilayah Puskesmas Sukajadi 79,1% dan proporsi yang tidak minum obet 20,9%.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21799
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Melia Utami
Abstrak :
Radikal bebas merupakan senyawa reaktif yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Peningkatannya dalam tubuh menimbulkan kerusakan oksidatif. Salah satu organ yang rentan adalah otak. Antioksidan endogen tidak cukup menetralkan radikal bebas. Konsumsi antioksidan eksogen dibutuhkan untuk membantu menangkal radikal bebas, salah satunya adalah bekatul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bekatul terhadap otak tikus yang diinduksi CCl4 dengan parameter kadar MDA. Sampel menggunakan 24 ekor tikus jantan Sprague-Dawley berusia 6 - 8 minggu dengan BB + 100 - 200 g yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kontrol normal (P1), kontrol negatif diberi CCl4 (P2), bekatul 200 mg/kgBB (P3), bekatul 400 mg/kgBB (P4), bekatul 200 mg/kgBB+CCl4 (P5), bekatul 400 mg/kgBB+CCl4 (P6). Setelah perlakuan dilakukan pengukuran kadar MDA. Hasil penelitian diperoleh kadar MDA pada P3 dan P4 lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol normal. Dan kadar MDA pada kelompok P2 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol normal. Selain itu, kadar MDA pada kelompok P5 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol negatif sedang pada kelompok P6 lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif. Penelitian diuji dengan One-Way Anova memperoleh perbedaan bermakna dengan nilai p<0,05. Pemberian bekatul 400mg/kgBB pada otak yang diinduksi CCl4 menurunkan kadar MDA. Hal ini mengindikasikan potensi bekatul sebagai antioksidan. ...... Free radical is a reactive compound which has unpaired electron in its outer orbital. Its increased in the body cause oxidative stress. One of the organs which at risk to have oxidative stress is brain. Endogenous antioxidants are insufficient to neutralize free radicals in the body. Consumption of exogenous antioxidant is needed to support neutralizing free radicals, one of them is rice bran. This study was aimed to measure the effect of rice bran extract as antioxidant in rat's brain induced by CCl4. The parameter used was MDA levels. Samples were 24 male Sprague-Dawley 6-8 year old rats weighted + 100-200 g. Samples were divided into 6 groups. Those were normal control (P1), negative control were given CCl4 (P2), 200 mg/kg BW rice bran (P3), 400 mg/kg BW rice bran (P4), 200 mg/kg BW rice bran+CCl4 (P5), 400 mg/kg BW rice bran+CCl4 (P6). MDA levels were measured after intervention. The result shows MDA levels in P3 and P4 group lower than normal control group. And MDA levels in P2 group higher than normal control group. Moreover, MDA levels in P5 group higher than negative control group and MDA levels while in P6 group lower than negative control group. According to One-Way Anova test result, there was a significant difference with p value < 0.05. Effect of 400 mg/kg BW rice bran feeding to brain induced by CCl4 may reduce MDA levels. Those results indicated a potential rice bran as antioxidant.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani
Abstrak :
Hipoksia sistemik kronik dapat menyebabkan kekurangan oksigen pada otak sehingga metabolisme sel menjadi metabolisme anaerob. Konsekuensi metabolisme anaerob ini adalah kekurangan energi dalam bentuk ATP mengingat otak adalah organ yang sangat aktif. Akibat penurunan energi ini terjadi stimulasi yang berlebihan terhadap kanal Ca2+ sehingga terjadi influks Ca2+ yang berlebihan ke dalam sel memicu berbagai macam efek antara lain peningkatan penglepasan neurotransmiter ACh. Hipoksia sendiri memicu pembentukan radikal bebas dengan hasil akhir MDA. Pada kerusakan otak akibat hipoksia GFAP yang merupakan protein spesifik pada astrosit dapat mengalami peningkatan sintesis. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental dengan desain rancang acak lengkap menggunakan hewan coba tikus Spraque Dawley yang diinduksi dengan hipoksia sistemik kronik. Sampel penelitian ini menggunakan jaringan otak bagian korteks dan plasma tikus sebanyak 5 ekor pada tiap kelompok terdiri atas 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan yang terdiri atas tikus yang diinduksi hipoksia 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari. Parameter yang diperiksa adalah konsentrasi MDA otak dan plasma, aktivitas spesifik enzim AChE jaringan otak serta kadar GFAP jaringan otak. Hipoksia sistemik kronik tidak menimbulkan peningkatan konsentrasi MDA otak sementara dalam plasma terjadi peningkatan yang tidak bermakna konsentrasi MDA plasma. Induksi hipoksia sistemik meningkatkan aktivitas spesifik enzim AChE pada jaringan otak dan meningkatkan kadar GFAP jaringan otak secara bermakna. Sedangkan pada plasma tidak terjadi peningkatan kadar GFAP. Pada induksi hipoksia sistemik ini belum terjadi kerusakan oksidatif. Peningkatan aktivitas spesifik AChE dan kadar GFAP merupakan mekanisme adaptasi otak untuk mencegah terjadinya kerusakan karena hipoksia.
Chronic systemic hypoxia induced hypoxia in the brain region thus brain cells produce energy by anaerobic metabolism. Anaerobic metabolism cause depletion in ATP synthesis. ATP depletion stimulates alterations on calcium ion in the sitoplasma of neuronal cells through the overstimulation of glutamate receptor. Alterations in intracellular calcium ions stimulates ACh release in neuronal cells. Hypoxia increased free radicals level in the cell, thus increased MDA as the final product of lipid peroxidation by free radicals. Due to respond the brain damage, astrocyte produces more spesific sitosceletal protein called GFAP. The aim of the study was to analyze the effects of chronic systemic hypoxia in brain damage by measuring the MDA level in brain tissue compared to plasma, spesific activity of AChE in the brain tissue and GFAP level in the brain tissue compared to plasma. Twenty-five male Spraque Dawley rats were subjected to systemic hypoxia by placing them in the hypoxic chamber supplied 8-10% of O2 for 0, 1, 3, 5, and 7 days, respectively. Cortex and hipocampus of brain tissue and blood plasma were used as the sample. MDA levels were measured using Will?s methode. AChE spesific activity was measured using RANDOX Butyrylcholinesterase Colorimetric Methode. GFAP was analyzed using Rat GFAP ELISA kit by CUSABIO. This study demonstrates that MDA level didn't increase during induced hypoxic systemic in the brain tissue, meanwhile there's no significance increased of MDA levels in plasma. There's significance increased of AChE spesific activity during induced hypoxic systemic in the brain tissue. This study also demonstrates significance increased in brain tissue's GFAP level but not in the plasma during induced systemic hypoxia. We conclude that there?s no oxydative damage in the brain tissue during this induced systemic hypoxia. The increased in AChE spesific activity and GFAP levels showed an adaptive mechanism to protect the brain tissue from hypoxic insult.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasser Jayawinata
Abstrak :
Penggunaan senyawa antioksidan akhir-akhir ini semakin berkembang dengan bertambahnya paparan terhadap radikal bebas. Bahan alami yang banyak ditemukan di Indonesia dan diduga memiliki manfaat antioksidan adalah jengkol (Archidendron pauciflorum). Jengkol mengandung asam jengkolat (djenkolic acid, C7H14N2O4S2) yang memiliki struktur hampir serupa dengan asam amino sistin yang dapat berperan sebagai antioksidan. Kandungan lain yang dapat berperan sebagai antioksidan adalah vitamin C dan flavonoid. Namun, sampai saat ini masih belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas biji jengkol sebagai antioksidan. Desain penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental dengan sampel berjumlah 32 tikus Sprague Dawley yang dibagi menjadi 4 perlakuan, yaitu tikus kontrol, tikus yang diberikan ekstrak biji jengkol, tikus yang diberikan CCl4, dan tikus yang diberikan ekstrak biji jengkol dan CCl4. Parameter yang digunakan untuk melihat keadaan stres oksidatif adalah MDA plasma. Uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok percobaan (p=0,902). Namun, terjadi penurunan kadar MDA plasma pada tikus yang diberikan jengkol dan CCl4 (1,0328 nm/mL) terhadap tikus yang hanya diberikan CCl4 saja (1,1722 nm/mL). Oleh sebab itu, belum dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji jengkol memiliki sifat antioksidan.
Antioxidants have mainly used nowadays due to the increase exposure of free radicals. One of Indonesian traditional food that estimated has antioxidants effect is jengkol (Archidendron pauciflorum). Jengkol consists of djenkolic acid (C7H14N2O4S2), which has the similarity structure with cystine, that can act as antioxidants. The other compounds that can act as antioxidants are vitamin C and flavonoid. However, there is still no researches that prove effectivity of jengkol as antioxidants. The design of this research was experimental with 32 samples of Sprague Dawley rats. There were 4 treatment groups, the control group, jengkol group, CCl4 group and jengkol along with CCl4 group. The parameter measured to see the oxidative stress condition in this research was MDA level of plasma. The statistical test showed that there was no significantly difference between groups (p=0,902). However, the plasma level of MDA decreased in rats given jengkol and CCL4 (1,0328 nm/mL) than the rats only given CCl4 (1,1722 nm/mL). Therefore, we still cannot conclude that the extract of jengkol bean can act as antioxidants.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktrian
Abstrak :
Perkembangan teknologi dan industri menyebabkan meningkatnya jumlah radikal bebas di lingkungan. Selain itu, Indonesia adalah negara tropis yang selalu terpapar oleh sinar UV sepanjang tahun yang menyumbang pembentukkan radikal bebas dalam tubuh. Jengkol (Archidendron pauciflorum) merupakan salah satu tanaman berbau khas didaerah tropis dan banyak terdapat di Indonesia. Jengkol telah digunakan sejak dahulu oleh masyarakat sebagai bahan pangan. Telah diketahui di dalam jengkol terdapat zat antioksidan seperti vitamin C, flavonoid dan asam jengkolat. Asam jengkolat mengandung sistein yang merupakan antioksidan. Namun aktivitas asam jengkolat sebagai antioksidan masih belum diketahui efektifitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan jengkol terhadap radikal bebas yang diinduksi CCl4 0,55 mg/KgBB. Penelitian ini menggunakan 32 tikus Sprague dawley jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok secara acak yaitu kelompok kontrol, kelompok jengkol, kelompok CCl4 dan kelompok yang diberikan jengkol ditambah CCl4. MDA hati sebagai indikator kerusakan sel hati diukur setelah 8 hari dengan menggunakan metode Wills. Dari analisis statistik didapatkan hasil bahwa jengkol dapat menurunkan kadar MDA hati pada tikus yang diberi CCl4 (p=0.026). Hal ini diperkirakan karena adanya aktivitas antioksidan dari sistein yang dihasilkan dari pemecahan asam jengkolat sehingga terjadi penurunanan kadar peroksida lipid yang diukur menggunakan indikator MDA hati.
The development of technology and Industry have caused increasing of free radicals in environment. Indonesia, a country that is located in tropical area, is exposed to the UV light during the years so that increasing the rate of free radical formation in the cells. Jengkol (Archidendron pauciflorum) is one of plants that grow on the tropical land. People have use it as food source since many years ago in Indonesia. As known, there are antioxidants contained in jengkol such as vitamin C, flavonoid and jengkolic acid. The jengkolic acid consist of cysteine that has antioxidant effect on free radical. However, the ability of jengkolic acid as the antioxidant is still unknown. This study was conducted to know the abiliy of jengkol seed extract against free radical induced by 0.55 mg/KgBB CCl4.This experimental study used 32 samples of Sprague Dawley rats. There were 4 random groups of experiments, the control group, jengkol group, CCL4 group and jengkol added with CCL4 group. The indicator of tissue damage was liver MDA which calculated after 8 days by using the Wills method. Form statistical analysis, we got the result that jengkol seed extract could decrease the level of liver MDA in the rats given CCl4 (p=0.026). This result was estimated because of the antioxidant activity of cysteine that cames from the jengkolic acid so that the level of lipid peroxidation decrease as indicated by the decreased in the liver MDA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Strenuous and moderate intensity physical exercises may enhance oxygen uptake , leading to increase metabolism, which in turn may increase the production of free radicall molecules. ....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yayok Witarto
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui korelasi antara kadar vitamin C plasma dengan kadar MDA plasma berdasarkan gradasi merokok Tempat : PT. NATIONAL GOBEL - Cimanggis - Jawa Barat. Metodologi : Studi korelasi, pada 108 orang laki-laki berusia 20 - 55 tahun, perokok dan bukan perokok, yang terpilih secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi data umnm, kebiasaan mcrokok, konsumsi suplemen vitamin C, asupan makanan serta kadar vitamin C plasma dan MDA plasma. Hasil : Kebiasaan merokok terdapat pada 45.4% subyek penelitian. Berdasarkan Indeks Brinkman, 37,1% termasuk perokok ringan, 8,3% perokok sedang dan tidak didapatkan perokok berat. Nilai median kadar vitamin C plasma 0.51( ,04 - 1.36 ) mg/dl dan nilai median kadar MDA plasma 0,63 ( 0,22 - 4,74 ) nmol/ml. Didapatkan hubungan bermakna antara asupan energi, protein, serat, merokok dan konsumsi suplemen vitamin C dengan kadar vitamin C plasma serta hubungan bermakna antara konsumsi suplemen vitamin C dengan kadar MDA plasma. Didapatkan korelasi negatif antara kadar vitamin C plasma dengan kadar MDA plasma pada bukan perokok, perokok ringan dan perokok sedang namun korelasi tersebut tidak bermakna ( r-0,014; p=0,916; r--0,170; p=0,295; 1=a-0,317; Korelasi negatif, kuat dan bermakna antara kadar vitamin C plasma dengan kadar MDA plasma didapatkan pada perokok yang mengkonsumsi suplemen vitamin C (r=-0,943; p = 0,005 ). Kesimpulan : Didapatkan korelasi negatif antara kadar vitamin C plasma dengan kadar MDA plasma berdasarkan gradasi merokok, namun korelasi tersebut tidak bermakna. Walaupun tidak bermakna, ada kecenderungan korelasi semakin menguat sesuai peningkatan gradasi merokok. Korelasi negatif, kuat dan bermakna antara kadar vitamin C plasma dengan kadar MDA plasma didapatkan pada perokok yang mengkonsumsi suplemen vitamin C. ......Objective: To identify the correlation between plasma level of vitamin C and plasma level of MDA based on smoking gradation. Place : PT. National Gabel - Cimanggis - Bogor. Methods : The simple random sampling was used for correlation study of 108 subjects, smokers and non smokers, age between 20 - 55 years. Data collections including: general data, smoking habit, consumption of vitamin C supplement, food intake and plasma level of vitamin C and MDA. Result : The smokers found a total of 45.4% of the subjects. Using Brinkman's index, the gradation of light smokers were 37.1%, moderate smokers were 82% and there was no heavy smoker. Median value of vitamin C level in plasma was 0.51(0.04 - 1.36) mg/dl and for MDA level in plasma was 0.63 (0.22 -- 4,74) nmol/ml. Significant relationship was found between energy intake, protein, fiber, smoking habit and consumption of vitamin C supplement with plasma level of vitamin C. Significant relationship was found between consumption of vitamin C supplement with plasma level of MDA. Negative correlation was found between plasma level of vitamin C with plasma level of MDA of non smokers, light smokers and moderate smokers but not significant ( r -0.014, p=0.15; r=-0.170, p:'J.295; r=-0.317,p=0406). Smokers who consumed vitamin C supplement was found a negative, strong and significant correlation between plasma level of vitamin C and plasma level of' MDA( r = - 0.943, p = 0.005 ). Conclusion : Negative correlation was found between plasma level of vitamin C and plasma level of MDA based on smoking gradation, but not significant. Although not significant, there was a tendency of stronger correlation if smoking gradation increase. Smokers who consumed vitamin C supplement was found a negative, strong and significant correlation between plasma level of vitamin C and plasma level of MDA.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindiawaty Josito
Abstrak :
Tujuan: Mengelahui kadar karoten plasma, Malondialdehida plasma dan kebiasaan merokok pekerja laki-laki. Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar memperbaiki pola hidup untuk menurunkan risiko aterosklerosis. Tempat: PT Nasional Gabel Bogor Jawa Barat. Metodologi: Penelitian dengan desain cross sectional pada 115 pekerja laki-laki baik yang merokok maupun tidak memrokok, berusia 20 - 55 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, dan terpilih secara simple random sampling, menggunakan tabel bilangan acak. Data yang dikumpulkan meliputi: umur, pendidikan, penghasilan, IMT, persentase massa lemak tubuh, asupan lemak, asupan serat, asupan karoten, kadar karoten plasma dan MDA plasma Hasil: Median kadar karoten plasma subyek yang tidak merokok [0,38 (0,09 - 1,95) mmol/L] lebih linggi dari subyek yang merokok [0,34 (0,08 - 0,94) mmol/L]. Median kadar MDA plasma subyek yang tidak merokok [0,61 (0,22 -- 4,75) mmol/mL] lebih rendah dari subyek yang merokok [0,68 (0,32 - 3,01) mmol/mL]. Tidak didapat hubungan yang bermakna (p>0,05) antara asupan karoten, kadar karoten plasma, kadar MDA plasma dengan kebiasaan merokok. Terdapat korelasi negatif yang bermakna (p<0,05) antara IMT (r = - 0,23), persentase massa lemak tubuh (r = - 0.27) dengan kadar D-karoten plasma. Hampir tidak didapatkan korelasi (r = - 0.06) antara kadar 13-karoten dengan MDA plasma. Kesimpulan: Hampir tidak didapatkan korelasi antara kadar R-karolen plasma dengan kadar MDA plasma.
Objective: To study plasma 0-carotene concentration, plasma MDA concentration and smoking habit male workers. The results are expected to be used as one of basis to enhance life pattern, to decrease atherosclerosis risk. Place: PT National Gobel Bogor West Java Method: A cross sectional study was carried out among 115 male smoking workers and non smoking workers, age 20 - 55 years old, who fulfilled the inclusion and exclusion criteria and were selected by simple random sampling using random table. The collected data consist of age, education, income, body mass index, fat mass percentage, fat intake, fiber intake, carolene intake, plasma 0-carotene and MDA concentrations. Results: Median of plasma fl-carotene concentration among non smokers was higher [0.38 (0.09 - 1.95) µmol/L] than smokers [4.34 (0.08 -- 0.94) µmol/L]. Median of plasma MDA concentration among non smokers [0.61 (0.22 - 4.75) mmol/mL] was lower than smokers [0.68 (0.32 - 3.01) mmol/mL]. There was no significant relationship (p>0.05) between [carotene intake, plasma II-carotene concentration, plasma MDA concentration and smoking. There was significant (p<0.05) negative correlation between body mass index (r = -0.23), fat mass percentage (r = -0.27) and plasma [-carotene concentration. Almost no con-elation (r = -0.06) was found. between plasma [carotene and MDA concentrations. Conclusions: Almost no correlation was found between plasma carotene and MDA concentrations.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candrarukmi Yogandari
Abstrak :
Beberapa studi di bidang akupunktur mengemukakan bahwa akupunktur merupakan salah satu modalitas terapi untuk mengurangi radikal bebas pada atlet yang menjalani latihan teratur dengan intensitas tinggi dan durasi lama. Latihan dasar kemiliteran merupakan latihan intensif yang dijalani oleh setiap calon prajurit yang memungkinkan terjadinya stres oksidatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan apakah modalitas akupunktur manual dan elektroakupunktur mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar malondialdehid pada calon prajurit saat latihan dasar kemiliteran. Metode penelitian menggunakan uji acak tersamar tunggal dengan kontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap 34 calon prajurit saat latihan dasar kemiliteran dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok akupunktur manual dan kelompok elektroakupunktur yang masing-masing terdiri dari 17 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih rerata kadar MDA plasma pada kelompok akupunktur manual 0,228 ± 0,441 dan selisih rerata kadar MDA plasma pada kelompok elektroakupunktur 0,409 ± 0,415. ......Several studies in the field of acupuncture suggests that acupuncture is a treatment modality for reducing free radicals in athletes who undergo regular training with high intensity and long duration. Military basic training is intensive training undergone by each candidate that would allow soldiers to oxidative stress. The purpose of this study was to compare whether the manual acupuncture and electroacupuncture modalities have the same effect on levels of malondialdehyde in recruits during training military base. The research method uses a single-blind randomized trials with a control. This study was conducted on 34 recruits when basic military training and were divided into 2 groups: manual acupuncture and electroacupuncture group, each of which consists of 17 people. The results showed that the mean difference of plasma MDA concentration on manual acupuncture group 0.228 ± 0,441 and mean difference of plasma MDA concentration in electroacupuncture group 0.409 ± 0.415.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>