Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tobin, Martin J.
New York: McGraw-Hill, Medical Publishing Division, 2006
615.836 TOB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chang, David W.
New York: Thomson/Delmar Learning, 2006
615.836 2 CHA i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Papadakos, Peter J.
Philadelpia: Saunders Elsevier, 2008
615.836 2 MEC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pilbeam, Susan P., 1945-, editor
St.Louis: Mosby , 6273
615.836 PIL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Iman Nugraha
"Latar Belakang: Coronavirus Disease (COVID-19) adalah penyakit yang menjadi pandemi diseluruh dunia sejak awal tahun 2020 dengan memiliki angka kematian yang tinggi. Derajat klinis COVID-19 beragam dari mulai ringan hingga kritis. Pasien COVID-19 derajat kritis dengan kondisi sindrom gawat napas akut (ARDS) yang menggunakan ventilasi mekanis memiliki angka kematian yang tinggi. Penelitian yang berfokus kepada lama kesintasan pasien COVID-19 derajat kritis dengan ventilasi mekanis terutama di Indonesia masih belum banyak dilakukan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan analisis kesintasan pada pasien COVID-19 derajat kritis yang menggunakan ventilasi mekanis dalam rentang Maret 2020 sampai September 2020. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan data subjek yang memenuhui kriteria inklusi diambil dari rekam medis.
Hasil Penelitian: Terdapat 70 subjek, 51 subjek memiliki kelengkapan rekam medis dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Mayoritas subjek merupakan laki-laki (58,8%), rerata usia subjek 55,98 tahun (+ 11,96) dengan median IMT 23,9 kg/m2(17-54). Median durasi penggunaan ventilasi mekanis 4 hari (1-20) dengan angka kesintasan 7,8% dan kematian 92,2%. Nilai median kadar PaO2/FiO2 72 mmHg (31-606) dengan mayoritas sindom gawat napas akut derajat berat (84,3%). Median kesintasan pasien COVID-19 derajat kritis dengan ventilasi mekanis adalah 4 hari (IK95% ; 3,139-4,861) dan rerata kesintasan 5,5 hari (IK95% ; 4,213-6,922). Median kesintasan subjek dengan sindrom gawat napas akut berat adalah 4 hari (IK95% ; 3,223-4,777). Median kesintasan subjek tanpa sindrom gawat napas akut berat adalah 6 hari (IK95% ; 2,799-9,201) HR 0,802 (IK95% ; 0,337-1,911) p = 0,619. Median kesintasan subjek dengan hiperkapnia adalah 2 hari (IK95% ; 0,00-4,006) HR 0,613 (IK95% ; 0,3030-1,242) dan p = 0,174. Median kesintasan subjek dengan hiponatremia adalah 3 hari (IK95% ; 2,157-3,843) HR 0,897 (IK95% ; 0,5-1,610) p = 0,716. Median kesintasan subjek dengan hiperkalemia adalah 2 hari (IK95% 2,0-2,0) HR 0,293 (IK95% ; 0,061-1,419) p = 0,127.
Kesimpulan: Angka kesintasan pasien COVID-19 derajat kritis dengan ventilasi mekanis pada awal pandemi memiliki angka yang rendah dengan lama kesintasan selama 4 hari. Derajat sindrom gawat napas akut sebelum intubasi, hiperkapnia, hiperkalemia dan hiponatremia memengaruhi lama kesintasan.

Background: The severity of Coronavirus Disease year 2019 (COVID-19) varies from mild to critical. Critically ill COVID-19 patients with acute respiratory distress syndrome (ARDS) receiving mechanical ventilation have a high mortality rate. Research that focuses on the survival time of critically ill COVID-19 patients receiving mechanical ventilationhas not been carried out especially in Indonesia.
Methods: This retrospective survival cohort analysis observed critically ill COVID-19 patients receiving mechanical ventilation treated at a national respiratory center in Jakarta, Indonesia, between March and September 2020. Sampling was carried out by consecutive sampling and data of subjects who met the study criteria were obtained from medical records.
Results: Among 70 subjects, 51 subjects had complete medical records and met the study criteria. Subjects were predominately male (58.8%), mean age 55.98+11.96 years and median BMI 23.9 (IQR17-54) kg/m2. The median duration of mechanical ventilation was 4 (IQR 1-20) days with a survival rate of 7.8%. The median PaO2/FiO2 ratio was 72 (IQR 31-606)as the most of the subjects suffered from severe ARDS (84.3%). The median survival of critically ill COVID-19 patients with mechanical ventilation was 4 days (95%CI;3.139-4.861) and the mean survival was 5.5 days (95%CI;4.213-6.922). The median survival of subjects with severe ARDS was 4 days (95% CI;3.223-4.777). Median survival of subjects without severe ARDS was 6 days (95%CI; 2.799-9.201) with HR=0.802 (95%CI;0.337-1.911, p=0.619). The median survival of subjects with hypercapnia was 2 days (95%CI;0.00-4.006) with HR=0.613 (95%CI;0.3030-1.242, p=0.174). Median survival of subjects with hyponatremia was 3 days (95%CI;2.157-3.843) with HR=0.897 (95%CI; 0.5-1.610, p=0.716). Median survival of subjects with hyperkalemia was 2 days (95%CI;2.0-2.0) with HR=0.293 (95% CI; 0.061-1.419, p=0.127).
Conclusion: The survival rate for critically ill COVID-19 patients with mechanical ventilation at the start of the pandemic was low with a survival period of 4 days. The severity of ARDS before intubation, hypercapnia, hyperkalemia and hyponatremia influence the survival rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Prima Putri
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Parameter ektubasi yang ada saat ini masih belum akurat sehingga terjadi kesulitan penyapihan ventilasi mekanis pada pasien pneumonia. Salah satu sistem penilaian untuk diagnosis dan evaluasi pneumonia adalah skor modified clinical pulmonary infection score (MCPIS). Skor ini menilai faktor suhu tubuh, hitung jenis dan jumlah leukosit, volume dan sifat sekret trakea, oksigenasi dan rontgen toraks. Pemantauan MCPIS diharapkan dapat menjadi alat bantu untuk penilaian keberhasilan penyapihan, prediktor ekstubasi, serta gambaran prognosis pasien pneumonia di UPI.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif pada pasien UPI dengan diagnosis pneumonia dan penggunaan ventilasi mekanis di UPI RSUPN Cipto Mangunkusumo bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015. Subjek dengan diagnosis pneumonia yang dirawat di UPI dengan ventilasi mekanis dinilai skor MCPIS pada awal dan setelah 72 jam perawatan. Tanggal pasien diekstubasi dicatat untuk mengetahui lama ventiasi mekanis subjek.
Hasil: Sebanyak 48 subjek diikutsertakan dalam penelitian. Skor MCPIS awal (median 6) secara keseluruhan lebih tinggi dari pada skor MCPIS setelah 72 jam (median 5) dengan lama ventilasi mekanis berkisar 3-19 hari (median 7). Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara skor MCPIS awal dengan lama ventilasi mekanis (p=0,180; r=0,197). Terdapat korelasi yang bermakna antara skor MCPIS setelah 72 jam dengan lama ventilasi mekanis dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif (p=0,000; r=0,539).
Simpulan: Terdapat korelasi bermakna antara skor MCPIS setelah 72 jam dengan lama ventilasi mekanis pada pasien pneumonia di UPI.

ABSTRACT
Background: Extubation parameters that currently used is not accurate hence weaning from mechanical ventilation is difficult to perform in pneumonia patient so a scoring system is needed. One of scoring system for diagnosis and evaluation pneumonia is modified clinical pulmonary infection score (MCPIS) score. This score evaluates temperature, leucocyte count and differential count, volume and consistency tracheal secret, oxygenation and chest x-ray. MCPIS monitoring can be expected as tool for evaluating weaning process, extubation predictor and prognostic prediction for pneumonia patient in ICU.
Methode: This is a prospective cohort study in ICU patient with pneumonia diagnosis and mechanical ventilation in Cipto Mangunkusumo hospital's ICU from October 2014 to February 2015. Subject diagnosed with pneumonia in ICU with mechanical ventilation was scored with early and after 72 hours MCPIS score. Date of extubation was recorded to find out mechanical ventilation duration.
Result: A total of 48 subjects enrolled in this study. Early MCPIS score (median 6) was higher than MCPIS score after 72 hours (median 5) with mechanical ventilation duration 3-19 days (median 7). There was no significant correlation between early MCPIS score with mechanical ventilation duration (p=0,180; r=0,197). There was significant correlation between MCPIS score after 72 hours with mechanical ventilation duration. The strength of correlation was moderate and the direction of correlation was positive (p=0,000; r=0,539).
Conclusion: There was significant correlation between MCPIS after 72 hours with mechanical ventilation duration in pneumonia patient in ICU.;Background: Extubation parameters that currently used is not accurate hence weaning from mechanical ventilation is difficult to perform in pneumonia patient so a scoring system is needed. One of scoring system for diagnosis and evaluation pneumonia is modified clinical pulmonary infection score (MCPIS) score. This score evaluates temperature, leucocyte count and differential count, volume and consistency tracheal secret, oxygenation and chest x-ray. MCPIS monitoring can be expected as tool for evaluating weaning process, extubation predictor and prognostic prediction for pneumonia patient in ICU.
Methode: This is a prospective cohort study in ICU patient with pneumonia diagnosis and mechanical ventilation in Cipto Mangunkusumo hospital's ICU from October 2014 to February 2015. Subject diagnosed with pneumonia in ICU with mechanical ventilation was scored with early and after 72 hours MCPIS score. Date of extubation was recorded to find out mechanical ventilation duration.
Result: A total of 48 subjects enrolled in this study. Early MCPIS score (median 6) was higher than MCPIS score after 72 hours (median 5) with mechanical ventilation duration 3-19 days (median 7). There was no significant correlation between early MCPIS score with mechanical ventilation duration (p=0,180; r=0,197). There was significant correlation between MCPIS score after 72 hours with mechanical ventilation duration. The strength of correlation was moderate and the direction of correlation was positive (p=0,000; r=0,539).
Conclusion: There was significant correlation between MCPIS after 72 hours with mechanical ventilation duration in pneumonia patient in ICU., Background: Extubation parameters that currently used is not accurate hence weaning from mechanical ventilation is difficult to perform in pneumonia patient so a scoring system is needed. One of scoring system for diagnosis and evaluation pneumonia is modified clinical pulmonary infection score (MCPIS) score. This score evaluates temperature, leucocyte count and differential count, volume and consistency tracheal secret, oxygenation and chest x-ray. MCPIS monitoring can be expected as tool for evaluating weaning process, extubation predictor and prognostic prediction for pneumonia patient in ICU.
Methode: This is a prospective cohort study in ICU patient with pneumonia diagnosis and mechanical ventilation in Cipto Mangunkusumo hospital's ICU from October 2014 to February 2015. Subject diagnosed with pneumonia in ICU with mechanical ventilation was scored with early and after 72 hours MCPIS score. Date of extubation was recorded to find out mechanical ventilation duration.
Result: A total of 48 subjects enrolled in this study. Early MCPIS score (median 6) was higher than MCPIS score after 72 hours (median 5) with mechanical ventilation duration 3-19 days (median 7). There was no significant correlation between early MCPIS score with mechanical ventilation duration (p=0,180; r=0,197). There was significant correlation between MCPIS score after 72 hours with mechanical ventilation duration. The strength of correlation was moderate and the direction of correlation was positive (p=0,000; r=0,539).
Conclusion: There was significant correlation between MCPIS after 72 hours with mechanical ventilation duration in pneumonia patient in ICU.]"
2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Agustina Br
"Latar Belakang: Ventilasi mekanik diperlukan pasien kritis di unit perawatan intensif dengan tujuan menormalkan kadar gas darah arteri dan menyeimbangkan kadar asam basa, namun penggunaan ventilasi mekanik yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya Ventilator Associated Pneumonia, cedera paru, infeksi nosokomial, dan sepsis. Ketebalan diafragma memiliki korelasi signifikan dengan lama penggunaan ventilasi mekanik. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor risiko dengan ketebalan diafragma pasien kritis di ICU, sehingga dapat membantu untuk memprediksi lamanya penggunaan ventilasi mekanik.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional terhadap 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan selama periode September 2018- Desember 2018 di Ruang Perawatan Intensif RSUP Dr. Mohammad Hoesin. Ketebalan diafragma pasien kritis yang menggunakan ventilasi mekanik diukur pada hari ke-0, ke-3, ke-5 dan kemudian dibandingkan.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ventilasi mekanik didominasi oleh laki-laki (63,33 %), usia 40-70 tahun (63,33%), dengan status nutrisi kategori tidak obes (90%). Penurunan ketebalan diafragma signifikan terjadi pada hari ke-3 (nilai P = 0,026). Penurunan ketebalan diafragma memiliki hubungan yang bermakna dengan RNL (nilai P = 0,003), kadar prealbumin (nilai P = 0,025), IMT (nilai P = 0,015), sepsis (nilai P = 0,010), dan pemberian albumin artifisial (nilai P = 0,013). Sedangkan usia (nilai P = 0,603), jenis kelamin (nilai P = 0,906), opioid (nilai P = 0,315), dan kadar glukosa (nilai P = 0,303) menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik.
Simpulan: Penurunan ketebalan diafragma terjadi pada subjek yang menggunakan ventilasi mekanik dipengaruhi oleh RNL, kadar prealbumin serum, IMT, sepsis, dan penggunaan albumin intravena, namun tidak dipengaruhi usia, jenis kelamin, penggunaan opioid, dan pemberian infus albumin intravena.

Background: Mechanical ventilation required by critical patients in intensive care unit to normalizing arterial blood gas and balancing acid-base levels, but prolonged use of mechanical ventilation can cause ventilator associated pneumonia, lung injury, nosocomial infections, and sepsis. Diaphragm thickness has a significant correlation with the duration of mechanical ventilation uses. This study aims to analyze the relations of risk factors with the thickness of the diaphragm of critical patients in the ICU. Hopefully it can help to predict the length of the mechanical ventilation uses.
Methods: This study was an observational analytic study of 30 research subjects who met the acceptance criteria during the period September 2018-January 2019 in the Intensive Care Unit of Dr. Mohammad Hoesin Hospital. The diaphragm thickness of critical patients using mechanical ventilation was measured on the 0th, 3rd, 5th and then compared by days.
Results: The study showed that the use of mechanical ventilation was dominated by men (63.33%), ages 40-70 years (63.33%), with nutritional status in the category of not obese (90%). A significant decrease in the thickness of the diaphragm occurred on the 3rd day (p-value = 0.026). The decrease in diaphragm thickness has a significant relations with RNL (p-value = 0.003), prealbumin level (p-value = 0.025), BMI (p-value = 0.015), sepsis (p-value = 0.010), and artificial albumin (p-value = 0.013). Whereas age (p-value = 0.603), gender (p-value = 0.906), opioid (p-value = 0.315), and glucose level (p-value = 0.303) showed a relations that did not reach statistical significance.
Conclusion: The decrease in diaphragm thickness occurred in subjects using mechanical ventilation affected by RNL, serum prealbumin levels, BMI, sepsis, and intravenous albumin uses, but were not affected by age, sex, opioid use, and intravenous albumin infusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Agus Waluyo Jati
"Latar Belakang: Anemia atau kadar hemoglobin yang menurun dari nilai normalnya merupakan permasalahan yang biasa terjadi pada pasien kritis di Intensive Care Unit (ICU) dan 61% pasien anemia membutuhkan ventilasi mekanik. Anemia dapat mengganggu kemampuan ventilasi selama proses penyapihan dan ekstubasi. Namun pengaruh dari kadar hemoglobin yang menurun ini masih belum jelas dan diperdebatkan oleh karena itu telaah sistematis ini dibuat untuk mengambil kesimpulan apakah kadar hemoglobin berpengaruh terhadap proses penyapihan dan ekstubasi pada pasien kritis dengan ventilasi mekanik berdasarkan penelitian-penelitian yang tersedia.
Tujuan: Mengetahui efek kadar hemoglobin terhadap proses penyapihan dan ekstubasi pada pasien kritis dengan ventilasi mekanik.
Metode: Dengan menggunakan kata kunci spesifik, dilakukan pencarian artikel potensial secara komprehensif pada PubMed, EMBASE, Scopus dan Cochrane database dengan pembatasan waktu 2013 sampai dengan 2022. Protokol studi ini telah di registrasi di PROSPERO (CRD42022336646) pada tanggal 7 Agustus 2022.
Hasil: Total 7 penelitian dengan 2.054 pasien dengan ventilasi mekanik memenuhi kriteria untuk penelitian ini dan dimasukkan dalam tinjauan sistematis. Setelah pemeriksaan database menyeluruh, dilaposkan satu studi tidak menemukan korelasi antara hemoglobin dan keberhasilan proses penyapihan dan ekstubasi. Enam penelitian menyatakan bahwa kadar hemoglobin berhubungan dengan keberhasilan proses penyapihan dan ekstubasi pada pasien sakit kritis dengan ventilasi mekanik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kadar hemoglobin mempengaruhi proses penyapihan dan ekstubasi pada pasien sakit kritis dengan ventilasi mekanik. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkonfirmasi hasil tinjauan sistematis ini.
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan kadar hemoglobin mempengaruhi proses penyapihan dan ekstubasi pada pasien kritis dengan ventilasi mekanik. Namun dibutuhkan penelitian yang lebih banyak untuk mengkonfirmasi hasil telaah sistematis ini.

Background: Anemia or hemoglobin levels that decrease from average values ​​is a common problem in critical Intensive Care Unit (ICU) patients, and 61% of anemic patients require mechanical ventilation. Anemia can impair ventilation ability during weaning and extubation. However, the effect of decreased hemoglobin levels is still unclear and debated; therefore, this systematic review was made to conclude whether hemoglobin levels affect weaning and extubation processes in critically ill patients with mechanical ventilation based on available studies.
Objective: To determine the effect of hemoglobin levels on the process of weaning and extubation in critically ill patients with mechanical ventilation.
Methods: Using specific keywords, a comprehensive search of potential articles was carried out on PubMed, EMBASE, Scopus, and Cochrane databases with a time limit of 2013 to 2022. This study protocol was registered at PROSPERO (CRD42022336646) ) on August 7th, 2022.
Result: A total of 7 studies with 2,054 patients with mechanical ventilation met the criteria for this study and were included in a systematic review after a thorough database check. One study found no correlation between hemoglobin and the successful weaning and extubation process. Six studies stated that hemoglobin levels were associated with the success of the weaning and extubation process in critically ill patients with mechanical ventilation.
Conclusion: This study concludes that hemoglobin levels influence the weaning and extubation processes in critically ill patients with mechanical ventilation. However, more research is needed to confirm the results of this systematic review.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Julianti Norva Nemba
"Kadar kalium merupakan salah satu biomarker prognostik yang banyak digunakan untuk memprediksi luaran klinis berbagai penyakit. Kadar kalium yang rendah atau hipokalemia berhubungan dengan perlunya pemasangan ventilasi mekanik pada pasien sakit kritis. Berbagai kondisi seperti status nutrisi dan komorbid dapat menyebabkan hipokalemia. Hipokalemia dapat memengaruhi fungsi otot respirasi dan memengaruhi durasi penggunaan ventilasi mekanik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara status kalium terhadap kejadian sulit weaning ventilasi mekanik pada pasien sakit kritis di ICU RSCM dan RSUI. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif pada subjek berusia ≥18 tahun yang dirawat di ICU RSCM dan RSUI. Diperoleh 52 subjek dengan kelompok yang hipokalemia sebanyak 26 subjek dan kelompok yang normokalemia sebanyak 26 subjek. Rerata usia subjek 49,3±15,1 tahun, jenis kelamin laki-laki 65,4%, status nutrisi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) berat badan normal 34,6%, dan komorbid penyakit keganasan 36,5%. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status kalium dengan kejadian sulit weaning ventilasi mekanik selama perawatan di ICU. Sebagian besar subjek yang mengalami hipokalemia tidak mengalami sulit weaning ventilasi mekanik. Penelitian lanjutan diperlukan dengan menggunakan subjek yang lebih banyak dan menganalisis faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kejadian sulit weaning ventilasi mekanik dan status kalium pada pasien sakit kritis yang dirawat di ICU.

Potassium levels are one of the prognostic biomarkers that are widely used to predict clinical outcomes of various diseases. Low potassium levels or hypokalemia are associated with the need for mechanical ventilation in critically ill patients. Various conditions such as nutritional status and comorbidities can cause hypokalemia. Hypokalemia can affect respiratory muscle function and influence the duration of mechanical ventilation. This study aims to examine the relationship between potassium status and the incidence of mechanical ventilation weaning difficulty in critically ill patients in the ICU at RSCM and RSUI. This study used a retrospective cohort design on subjects aged ≥18 years who were treated in the ICU at RSCM and RSUI. Total 52 subjects obtained, with 26 subjects in the hypokalemia group and 26 subjects in the normokalemia group. The mean age of the subjects was 49.3±15.1 years old, male gender 65.4%, nutritional status based on body mass index (BMI) of normal weight 34.6%, and comorbid of malignant disease 36.5%. There was no significant relationship between potassium status and the incidence of mechanical ventilation weaning difficulty during treatment in the ICU. Most subjects who experienced hypokalemia did not experience mechanical ventilation weaning difficulty. Further research is needed using more subjects and analyzing other factors that may influence the incidence of mechanical ventilation weaning difficulty and potassium status in critically ill patients treated in the ICU."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Kusumaningrum
"Masalah pernafasan merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi. Ventilasi mekanik adalah tindakan yang sering dibutuhkan pada perawatan bayi baru lahir yang mengalami suatu penyakit dan masalah pernafasan termasuk pada bayi prematur. Tindakan non invasif juga dilakukan untuk meningkatkan efektifitas ventilasi dan perfusi. Salah satu tindakan non invasif yang menyokong terapi oksigen adalah pengaturan posisi. Studi literatur tentang posisi pada bayi yang mengalami masalah pernafasan menunjukkan bahwa terdapat keuntungan Posisi Pronasi (PP) dibandingkan dengan Posisi Supinasi (PS). Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian posisi pronasi terhadap status oksigenasi bayi yang menggunakan ventilasi mekanik di ruang NICU RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental.
Rancangan yang dilakukan adalah jenis one group pretest-postest. Jumlah sampel sebanyak 18 bayi dengan karakteristik umur rata-rata 44,78±25,06, laki-laki 61%; perempuan 39%; berat lahir 2008,33±977,84; mode ventilator dibatasi pada presure support, synchronized intermitten mandatory ventilation dan asist control,dan lama ventilator 36,67 ±19,57. Pengukuran dilakukan dengan melihat saturasi oksigen dengan Pulse Oximetry, frekwensi nafas dan fraksi oksigen yang diinspirasi sebelum dilakukan PP, pengukuran dilakukan lagi setelah PP selama 30 menit, 1 jam dan 2 jam.
Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen dengan pulse oximetry (SpO2) pada bayi yang menggunakan ventilasi mekanik sebelum dan sesudah pemberian posisi pronasi (P=0,001, α=0,05), dan frekwensi nafas (P=0,027, α=0,05). Kesimpulan lain didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit jantung dengan FiO2 bayi. Implikasi keperawatan yang direkomendasikan bahwa perlu ditingkatkan penerapan PP pada bayi dalam kondisi stabil dan dalam proses weaning. Implikasi penelitian diharapkan adanya penelitian dengan jumlah sampel yang besar dan dengan desain quasi eksperiment atau true eksperiment dengan pengontrolan terhadap variabel perancu yang lebih ketat. Analisa dan pembuktian untuk mengetahui waktu PP yang tepat juga diperlukan. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-26567
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>