Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asrimaida
"ABSTRAK
Paduan 7075 dan 7050 adalah paduan alumunium seri 7xxx yang banyak digunakan untuk komponen-kompunen pesawat terbang yang membutuhkan rasio kekuatan terhadap berat yang tinggi. Proses peningkatan kekerasan dilakukan pada material ini adalah proses pengerasan presitasi, karena paduan seri 7xxx ini merupakan jenis paduan alurmmium yang paling besar memberikan respon terhadap proses peningkatan kekuatan tersebut. Sifat-sifat mekanik yang dihasilkan setelah proses pengerasan presipitasi dipengaruhi oleh beberapa parameter proses pengerasan presipilasi, seperti media quench, temperatur media quench, dan proses aging yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperature media quench dan proses aging pada proses penbrerasan presipitasi paduan 7075 dan 7050 tarhadap sifat kekerasannya, dengan demikian dapat diketahui kondisi temperatur media quench dan proses aging yung akan digunakan untuk meudapatkan nilai kekerasan yang diinginkau. Pada penelitian ini. Media quench yang digunakan adalah air, dengan temperatur -10, -20, 0, 20, dan 40℃. Sedangkan proses aging yang digunakan adalah T6 dan T7. Selanjutnya pada material hasil perlakuan panas tersebut, dilakukan pengujian kekersan dan foto struktur mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 7050-T6 terjadi peningkatan kekerasan dengan nai!rnya temperatur media quench, yaitu 105, 99, 141, 154 dan 167 gr/μm2. Untuk 7050-T7 nilai kekerasannya cenderung konstcn, yaitu 126, 110, 129, 112, 116 gr/μm2, begitu juga pada 7075-T6 yaitu 130, 157, 137, 120, dan 140 gr/μm2. sedangkan untu 7075-T7 terjadi penurunan nilai kekerasan dengan naiknya temperature media quench, tetapi hanya untuk range -10 sampai 0℃, setelah itu nilai kekersannya meningkat, yaitu 165, 126, 112, 119 dan 129 gr/μm2. Jadi pada penelitian ini terlihat bahwa tidak ada kecenderungan yang signifikan dari pengaruh perbedaan temperature media quench terhadap sifat kekerasan, baik pada paduan 7075 maupun 7050. Pengaruh yang terlihat lebih jelas adallah pengaruh perbedaan proses aging, dimana material yang mengalami proses aging T6 menunjukkan nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan material dengan aging T7.
"
2000
S41577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Richardo Elkana
"Pada penelitian ini membahas perbedaan pengaruh media quenching (air,air garam (5% NaCl), dan Oli SAE 5W-40) yang tidak diaduk atau diaduk dengan kecepatan 200 rpm terhadap kecepatan pendinginan,kekerasan,dan struktur mikro dari baja S45C dan D2.Penelitian ini memilih baja S45C dan D2 untuk membedakan pengaruh media pendingin yang signifikan pada baja S45C yang merupakan baja karbon sedang dan baja D2 yang merupakan baja perkakas.Pada penelitian ini sampel awalnya diuji OES untuk mengetahui komposisi baja S45C dan D2 apakah sudah sesuai standar,lalu dilakukan karakterisasi OM dan kekerasan sebelum diquenching,setelah diquenching baja di karakterisasi kecepatan pendinginan,kekerasan,dan struktur mikronya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pendingin yang di agitasi memberikan pengaruh pada kecepatan pendinginan,struktur mikro dan kekerasan baja.Kecepatan pendinginan air garam(5%NaCl) lebih tinggi dibandingkan dengan air dan oli SAE 5W-40.Proses pengadukan memberikan hasil martensit yang lebih banyak dari pada yang tidak diaduk serta homogenitas struktur mikro yang lebih baik dan mengurangi resiko retak karena distorsi martensite.Baja D2 memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari baja S45C karena unsur karbon pada baja D2 lebih tinggi dibandingkan dengan baja S45C,ditambah unsur Paduan yang lebih banyak pada baja D2 dibandingkan S45C membuat hidung CCT diagram baja D2 jauh lebih kekanan dari pada baja S45C.Hal ini mengakibatkan baja D2 lebih mudah membentuk martensit dibandingkan dengan baja S45C.Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi media quenching dan agitasi yang tepat akan menghasilkan sifat mekanik baja yang optimal untuk aplikasi industri.

This study discusses the differences in the effects of quenching media (water, saltwater (5% NaCl), and SAE 5W-40 oil) with and without agitation at 200 rpm on the cooling rate, hardness, and microstructure of S45C and D2 steels. The study selects S45C and D2 steels to differentiate the significant effects of cooling media on S45C, a medium-carbon steel, and D2, a tool steel. In this study, the initial samples were tested using OES to determine whether the chemical composition of S45C and D2 met the standard, followed by optical microscopy (OM) and hardness characterization before dequenching. After dequenching, the steel samples were characterized for cooling rate, hardness, and microstructure. The results showed that agitated quenching media had an effect on the cooling rate, microstructure, and hardness of the steel. Saltwater (5% NaCl) had a higher cooling rate than water and SAE 5W-40 oil. The agitation process resulted in a greater amount of martensite compared to the non-agitated samples, along with better microstructural homogeneity and reduced risk of cracking due to martensite distortion. D2 steel exhibited higher hardness than S45C steel due to the higher carbon content in D2 compared to S45C, along with a greater amount of alloying elements in D2. This made the CCT diagram for D2 shift significantly to the right compared to S45C, making D2 more susceptible to martensite formation. In conclusion, the study suggests that the proper combination of quenching media and agitation can optimize the mechanical properties of steel for industrial applications. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library