Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Anna Purnayati
Abstrak :
Di tengah ketatnya kompetitsi antar rumah sakit yang disebabkan antara lain oleh sistem dereguiasi dan peraturan dalam industri pelayanan kesehatan, akan berdampak terhadap perkembangan pasar. Karenanya perlu analisis dan perencanaan yang tepat bagi manajemen sebuah organisasi pelayanan kesehatan. Rencana pengembangan Poliklinik JMC menjadi rumah sakit yang didasari oleh meningkatnya jumlah pengunjung, dan sisa hasil usaha selama tiga tahun terakhir, relatif tingginya tingkat kembali pengguna jasa, memerlukan analisis bagi strategi pemasaran untuk mengantisipasi perubahan pasar yang berkembang dengan cepat. Pada penelitian kali ini disusun strategi pemasaran yang tepat untuk Polikiinik JMC dengan mempertimbangkan faktor eksternai dan internal melalui teknik SWOT analisis. Penyusunan strategi dilakukan dalam tiga tahap yaitu input stage, yang menganalisis situasi untuk menentukan peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan melalui proses Concensus Decision Making (CDM) dengan menggunakan alat bantu EFE dan IFE matrik, Tahap selanjutnya matching stage, menentukan tujuan dan alternatif strategi dengan menggunakan TOWS, IE, BCG dan Grand Strategy Matrik. Tahap terakhir decision stage, menetapkan prioritas strategi pemasaran menggunakan QSPM matrik. Berdasarkan analisis tersebut, posisi pelayanan Poliklinik JMC pada saat ini berada pada posisi problem children dan posisi hold and maintain. Kemudian dengan penyesuaian (matching) antara keempat analisis tersebut diperoleh alternatif strategi yang dianjurkan yakni market penetration, market development dan product development. Strategi yang terpilih sebagai prioritas dari hasil analisis menggunakan QSPM adalah market penetration. Strategi penetrasi pasar yang perlu dikembangkan dalam strategi operasional dikaitkan dengan bauran pemasaran adalah sebagai berikut : produk, kehandalan produk meliputi perbaikan kualitas pelayanan, dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia dan kelengakapan sarana prasarana, inovasi teknologi dan standarlsasi mutu; harga, strategi penurunan harga yang dapat meningkatkan penjualan; distribusi, meningkat distribusi yang dilihat dari aspek tisik dan peningkatan kemitraan dengan saluran distribusi; promosi, melakukan promosi secara optimal, sesuai dengan target pasar misalnya dengan leaflet atau buletin tentang kesehatan.
Abstract The tight competition between hospital (health care provider) caused among other by the deregulation system and the regulation on health care industries, may effect the market development. Therefore the management of health care provider need to develop nalysis and correct planning. The plan to develop JMC Policlinic into a hospital is based on the increase of user and profits for the past three years, high percentage of faithful customer, this requires analysis for marketing strategy to anticipate rapidly changing market. This research is the sustablemarketing strategy for JMC policlinic by considering external nad internal factors by SWOT technique analysis. The development of the strategy consist of three stages namely input stage, by analyzing the situation to determine opportunity and threat, strength and weakness by concencus decision making (CDM) process using EFE and IFE matrix. The next is the matching stage, by determining goals and alternative strategy using TOWS, IE, BCG and Grand Strategy Matrix. The last is the decision stage by determining marketing strategy priority using QSPM matrix. Based on the analysis, the JMC Policlinic cun/ently is on helping problem children and hold and maintain position. Then the for analysis is matched to obtain recommended alternative strategy, market penetration, market development, and product development. The alternative strategy chosen by QSPM matrix is market penetration. Market penetration attempts to improve revenues or market share by better satisfying current customers with current products. Product enhancement (modifying the product to make it more appealing to the target market) is fundamental component of market penetration strategies, although pricing, promotion and distribution are used as well. The market penetration need tobe developed on operation strategy related to marketing mix, product, product virtue consists of increasing service quality, performed by developing human resources and infra structure, technology inovation and quality standard; price, reducing price strategy which may increase sales; distribution, increasing distribution physically and partnership with distribusi channel; promotion, by promoting optimally, according to market target such as with leatiet or health bulletin.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T5696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Titiek Soerjandari
Abstrak :
Persediaan obat merupakan salah satu biaya operasional terbesar di rumah sakit, sementara itu pengelolaannya diatur dan sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah maupun profesi. Persediaan obat harus direncanakan sebaik mungkin agar tidak berlebihan karena banyaknya modal yang ditanam ataupun tidak kekurangan oleh karena akan mengganggu pelayanan dan hilangnya pemasukan. Masalah yang ada di RS MMC adalah setiap bulannya gudang farmasi menolak 206 kali permintaan ( 3,64% ) dari rata-rata 5.653 permintaan. Dengan alasan penolakan antara lain barang tidak ada didistributor, atau perencanaan yang meleset. Penelitian dilakukan pada persediaan obat di ruang operasi pada periode Juli 1992 sampai dengan Juni 1993. Penelitian merupakan studi kasus dengan analisa distribusi, sehingga diketahui distribusi kelompok persediaan yang kritis untuk pelayanan pasien. Persediaan obat ini dianalisa dengan analisis Indeks Kritis ABC yang mencakup karakteristik persediaan yaitu banyaknya barang, biaya investasi dan kritisnya terhadap pelayanan kepada pasien ( diperoleh dari penilaian para dokter yang menggunakan obat tersebut ). Dengan mengetahui nilai investasi, nilai pemakaian dan nilai kritis, dapat diketahui indeks kritis dari masing-masing jenis obat. Persediaan obat dikelompokkan berdasarkan indeks kritisnya sehingga didapat kelompok dengan indeks kritis tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil penelitian ternyata perencanaan persediaan obat dipengaruhi oleh perilaku para dokter dalam menggunakan obat tersebut, terdapat obat dengan nilai investasi besar mempunyai indeks kritis rendah, sebaliknya terdapat obat dengan nilai investasi kecil mempunyai indeks kritis tinggi. Disarankan untuk mengikut sertakan para dokter dalam proses perencanaan persediaan obat dengan menerapkan analisis Indeks Kritis ABC pada persediaan obat disetiap bagian rumah sakit.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhyrusman
Abstrak :
Persaingan yang begitu ketat sekarang ini didalam usaha jasa kesehatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit, mengharuskan setiap rumah sakit termasuk Rumah Sakit Jakarta Medical Centre (RS JMC) untuk berupaya lebih keras lagi dalam menjaga kelangsungan hidup usahanya. Salah satu upaya itu adalah dengan membangun, menjaga dan meningkatkan citranya. Dalam rangka itu RS JMC yang sekarang ini sedang melakukan pengembangan dengan meningkatkan kapasitas rawat inapnya dari 20 tempat tidur menjadi 120 tempat tidur perlu diketahui citranya saat ini. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran citra RS JMC saat ini dimata masyarakat dan kemudian dilakukan trianggulasi dengan memperhatikan pendapat direktur RS JMC. Dalam penelitian ini juga dilakukan uji hubungan antara dimensi citra yang ada, yakni familiarity, kualitas dan kecocokan dengan citra RS JMC. Juga dilakukan analisa univariat terhadap atribut yang merupakan penjabaran dari tiap-tiap dimensi citra, yaitu : perasaan dekat, pengetahuan responden, keterkenalan, kepedulian dokter, kepedulian perawat, fasilitas, kebersihan, kenyamanan, frekuensi penggunaan pleb respondeni keluarga, frekuensi penggunaan pleb teman responden, kesesuaian harga dengan fasilitas. Hasilnya dapat dipakai untuk merekomendasikan bentuk komunikasi pemasaran yang sesuai bagi RS JMC. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra RS JMC dimata masyarakat maupun direksinya sudah cukup baik serta ada hubungan bermakna antara familiarity, kualitas dan kecocokan dengan citra RS JMC. Juga diperoleh atribut positif yaitu : perasaan dekat, terkenaI, kepedulian dokter baik, nyaman, bersih, harga sesuai fasilitas, juga atribut negatif yaitu : kurangnya kepedulian perawat ditambah atribut positif yang diperoleh dari hasil analisa organisasi fasilitas RS JMC, yaitu tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi. memiliki KID autisme dan atribut negatif, yaitu kepedulian perawat kurang baik, visi dan misi belum jelas, produk pelayanan belum lengkap, tugas dan rencana unit pemasaran belum jelas. Selanjutnya atribut positif dan negatif yang didapat dicocokan dengan teori yang ada untuk mendapatkan pilihan bentuk komunikasi pemasaran yang sesuai yaitu hubungan masyarakat (humas), iklan dan penjualan langsung. Disarankan kepada RS JMC untuk melakukan perbaikan terhadap kepedulian perawat. segera membuat visi dan misi. melengkapi produk pe!ayanannya serta memilih humas sebagai bentuk komunikasi pemasaran yang sesuai untuk RS JMC. ......Jakarta Medical Center Hospital Image Analysis Year 2002The competition of the healthy services which is provide by the hospital this day is so tight, therefore every hospitals its a must to work harder for surviving in this health business including the Jakarta Medical Center Hospital (JMCH). One of those efforts is with the developing, preserve and increase the image. In that frame work The Jakarta Medical Center Hospital now developing with increasing the over stay care from 20 beds become 120 beds that necessary to find out the hospital image at the moment. These research goals are to have an image perspective of the JMCH at the moment in the eyes of the community and the management, and after that are doing a comparison for the both side. In this research also did a relation test between an images dimension which existing that is familiarity, quality and suitable with the JMCH. The Univariat analysis to toward the attribute which a explanations of each image dimension are: close feeling, respondentknowledge, a popularity, the doctor care, the nurse care, facility, cleanness, a pleasure, utilization frequency by the respondent/Family, utilization frequency by the respondent friend, a suitable price with the facility. The result can be use to recommending a communication form of the marketing which suitable for the JMCH. The research result are showing that the JMCH in the community eyes or-the management are well enough also had a meaning relation between familiarity, quality and suitable with the ]MCH. Also had be found a positive attribute which is: a close feeling, popularity, a good care ness of the doctor, pleasure, cleanness. a suitable price. also had a negative attribute which is: a minority care ness of the nurse with added a positive attribute which had from the organization facility analysis of the JMCH that is a higher customer trust levels, have a kid autism and the negative attribute are the minority care ness of the nurses, point a view and the mission aren't explicit, incompletely product services, unclearly the marketing unit task and plan. There after the positive attribute and negative which can be suitable with the existing theory to have a suitable choice for the marketing communication form that is a public relation (PR), advertise and direct selling. The suggestion for the JMCH are to improving the nurse careness, make a point of view and mission, complete the services product also choosing a Public Relation form as a suitable marketing communication for the JMCH.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entis Sutisna
Abstrak :
Service Quality of Public Medical Center Sub District of Cakung, East JakartaThe existence of Public Medical Center (Puskesmas) as the task force of performing the foremost medical service assigned by Local Government by its mission to give medical service required by public (community) soundly, rapidly and cheaply, as well as to the extent which service quality what had been given refer to as wished by large public. In other words, that service quality should always be oriented to public satisfaction as customers. Hence, in order that Public Medical Center at Sub District of Cakung, East Jakarta giving service quality to large public, then, necessary it should be analyzed by perception and wishing aspects of medical service users (public). Based on background above, the objective of this research is to explain service quality provided by Public Medical Center at Sub District of Cakung, East Jakarta. The used research is survey method in quantitative nature, while applying the main data collector tool such as questioner. Results of survey is directed to support research analysis descriptively, for revealing the current problems. To measure quality on perception and users wish of Public Medical Center at Sub District of Cakung, East Jakarta. Of 116 non-probability sample respondents randomly, it had been conducted using sample collection technique accidentally. Theoretical approach as conceptual reference using SERVQUAL model as revealed by Zeithaml-Parasuraman-Berry consist of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy dimensions. Subsequently, those dimensions is divided into 22 question variable indicators as had been asked by questioner. Based on research results had been found that service quality of Public Medical Center at Sub District of Cakung, East Jakarta satisfactorily, it had not been achieves as wished by users in which upon finding out mean-calculate for all dimensions it had been showed that total scores for both perception is 3.45 and wishing is 4.32 on average, so, there is a difference of -0.87. Whereas for satisfaction rate of customer the score value is 0.80 (80%) on average. It is indicated that service quality had not satisfied customer yet. However, it is necessary steps and efforts for increasing a better service in order to produce service quality suitable with needs. From those research results may be considered some recommendations so as to increase service quality in which all staffs and employees of Public Medical Center at Sub District of Cakung, East Jakarta should increase discipline by timely.practice schedule, increasing knowledge and expertise, sensitive to complaint or patients needs, more professional, augmenting medical practices or physicians, examination rooms/laboratory and equipment in order to treat patients more rapidly. Registration locket should be computerized, informational sending using understandable language along with direct socialization to large public. In order to build a better management system at Public Medical Center at Sub District of Cakung, East Jakarta. Because by improved quality management the program may be applied both effectively and efficiently.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
An Nisa Safitri
Abstrak :
Tugas khusus ini memberikan gambaran terkait praktik kerja profesi apoteker di beberapa institusi kesehatan selama periode Maret hingga Oktober 2022, antara lain Puskesmas Kecamatan Palmerah, Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Bogor, Apotek Kimia Farma 352 Margonda, PT. CKD-OTTO Pharma, dan Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan. Praktik kerja profesi apoteker bertujuan untuk memberikan pemahaman praktis dan pengalaman langsung di berbagai lingkungan pelayanan kesehatan. Penempatan di berbagai institusi kesehatan memberikan pengetahuan yang komprehensif serta pengalaman yang beragam di berbagai lingkungan pelayanan kesehatan, yang memungkinkan pengembangan keterampilan praktis serta pengetahuan mengenai industri kesehatan. Praktik kerja ini juga memperkuat pentingnya kerja sama tim, komunikasi yang efektif, dan pendekatan yang berorientasi pada pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan berkualitas. Secara keseluruhan, praktik kerja dalam profesi apoteker memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengembangkan keterampilan praktis, memperluas pengetahuan profesional, dan memahami peran penting apoteker dalam memberikan layanan farmasi yang berkualitas kepada pasien. Selain itu, praktik kerja ini juga menekankan pentingnya etika, kepatuhan terhadap regulasi, dan komunikasi yang efektif dalam menjalankan praktik farmasi yang aman dan efektif. ......This specialized assignment presents an extensive overview of the professional internship in the field of pharmacy across several prominent healthcare institutions, namely the Palmerah District Health Center, Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor Branch, Kimia Farma Pharmacy 352 Margonda, PT. CKD-OTTO Pharma, and Tarakan Regional General Hospital. The purpose of this internship is to provide comprehensive exposure and hands-on experience within diverse healthcare settings. These internships offer invaluable opportunities to acquire practical skills and expand knowledge within the healthcare industry. Additionally, they emphasize the paramount importance of collaborative teamwork, effective communication, and patient-centered care in delivering exceptional healthcare services. Overall, the pharmacist internship program enables participants to develop their practical expertise, enhance their professional acumen, and gain profound insights into the pivotal role of pharmacists in delivering superior pharmaceutical services to patients. Furthermore, these internships underscore the significance of adhering to ethical principles, regulatory compliance, and adept communication for the seamless execution of pharmaceutical practices.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Dini Handayani
Abstrak :
Rumah sakit Omni Medical Centre merupakan rumah sakit swasta yang terletak di Pulo Mas Jakarta Timur. Salah satu usaha rumah sakit dalam menjalin hubungan yang kuat dengan pelanggan adalah melalui program rujukan dari dokter praktek swasta. Dokter Praktek Swasta { DPS ) yang dimaksud di sini adalah dokter praktek umum yang berpraktek dalam radius 7 km dari rumah sakit dan terdaftar sebagai dokter referral di bagian pemasaran RS Omni Medical Centre. Dari data jumlah rujukan dari dokter praktek swasta tahun 2000 didapatkan hasil bahwa jumlah rujukan pasiennya cenderung konstan dan ditambah dengan wawancara dari direksi RS mengenai jalannya program rujukan selama ini yang kurang berkembang, pihak rumah sakit merasa perlu untuk melakukan perubahan dengan terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan dari dokter praktek swasta ke RS Omni Medical Centre. Dengan demikian masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan dari DPS ke RS Omni Medical Centre. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan dari DPS ke RS Omni Medical Centre. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara terpimpin terhadap 80 orang responden dan wawancara mendalam terhadap 10 orang informan. Sementara data sekunder adalah laporan bulanan dan tahunan rumah sakit. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh pada rujukan dari dokter praktek swasta adalah penghasilan, waktu tempuh dari tempat praktek ke RS dan pengalaman merujuk sebelumnya. Pengalaman merujuk sebelumnya merupakan variabel yang memiliki hubungan terkuat dengan rujukan. Hasil penelitian kualitatif menggambarkan ketidakpuasan para dokter terhadap pelayanan yang dberikan oleh rumah sakit, pembinaan dari pihak pemasaran dan besarnya sharing profit. Disimpulkan bahwa variabel yang mempengaruhi rujukan dari dokter praktek swasta ke rumah sakit adalah penghasilan, waktu tempuh dari tempat praktek ke RS dan pengalaman merujuk sebelumnya. Pengalaman merujuk sebelumnya merupakan variabel yang memiliki hubungan terkuat dengan rujukan. Untuk meningkatkan rujukan dari dokter praktek swasta diperlukan adanya koordinasi pihak-pihak di dalam rumah sakit yang terkait dengan rujukan, perbaikan layanan, pembinaan dari pihak pemasaran yang lebih intensif, perbaikan fasilitas parkir dan peningkatan besarnya sharing profit. Saran yang diusulkan adalah dilakukannya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait program rujukan melalui rapat rutin bulanan yang membahas masalah-masalah yang ada, pemasaran internal agar karyawan mengetahui pentingnya program rujukan, perbaikan layanan melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku para pemberi layanan mengenai pelayanan yang berorientasi pelanggan, alternatif valet parking di RS, perlunya perekrutan staf khusus untuk mengadakan pembinaan secara rutin terhadap para dokter praktek swasta, sosialisasi value RS, penggolongan dokter berdasarkan kategori loyalist - splitter - excellent prospect - poor prospect, pengkajian ulang terhadap besarnya sharing profit yang dapat dberikan pihak rumah sakit, serta penelitian lanjutan di bidang rujukan dengan menggunakan variabel VALS ( Values and Life Style ). ......Factors Analysis which Related to Referral of Private Practiced Doctor Near Omni Medical Center to Omni Medical CenterOmni Medical Center Hospital is a private hospital Iocated at Pula Mas, East of Jakarta. One of hospital attempt to improve strong relation with its patience is through a referral program of Private Practiced Doctor near hospital area. Private Practiced Doctor (PPD) can be categorized as general practitioner doctors who practice within 7 km radius from the hospital and registered as referral doctor at Omni Medical Center Hospital Marketing Department. From year 2000 data of Private Practiced Doctor Referral and interview result from hospital board of director, can be concluded that referral number tend to be constant and showed no significant improvement. Based on the fact, hospital management is willing to improve the number by identifying Private Practiced Doctor referral factors to Omni Medical Center Hospital. Further, this Thesis is covering identification and analysis of those factors. Thesis Objective is to identify Private Practiced Doctor referral factors to Omni Medical Center Hospital. There fore, this thesis is a research report of problem analytical description with qualitative and quantitative approaches. Primary data collection is performed through guided interviews toward 80 respondents and depth interviews toward 10 informers, while secondary data is obtained from hospital monthly and yearly reports. Quantitative results shows that the most determining factors toward Private Practiced Doctor referral number to Omni Medical Center Hospital is Private Practiced Doctor previous referral experiences. Qualitative results also shows Doctor unsatisfaction toward: hospital services, hospital marketing department lack of concern to create strong ties with private practiced doctor and hospital sharing profit magnitude. Further this thesis concludes that in order to improve referral from Private Practiced Doctor to Omni Medical Center Hospital, hospital management is required to perform coordination with all entities that are connected toward referral program, services improvement, improvement from marketing department toward creating a stronger ties with Private Practiced Doctor, improvement of parking facility and improvement of hospital sharing profit magnitude. This thesis is also proposing suggestion to perform coordination with all referral program connected entities through a monthly regular meeting. On which such meeting can be conducted with topics of discussion regarding current matters and issues, closed monitoring toward improvement of professionalism attitude of practitioner and staff based on customer orientation frame, hospital valet parking services, needs and urgency of special task staff recruitments toward improvement of ties with Private Practice Doctors, hospital value socialization, Private Practiced Doctor categorized as loyalist - splitter - excellent prospect - poor prospect, re-evaluation of hospital sharing profit magnitude of Private Practice Doctors referrals and also further studies on referrals with VALS ( Values and Life Style ) variables.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Finley
Abstrak :
Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan penghasil berbagai jenis limbah khususnya limbah klinis infeksius, toksis, dan radioaktif. Limbah klinis yang tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan dampak kesehatan langsung bagi masyarakat dan lingkungan. Menurut hasil pemeriksaan BTKL Depkes Jakarta tahun 2003, menunjukkan bahwa effluent limbah cair Rumah Sakit Pusat Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso (RSPI-SS) tidak memenuhi baku mutu BOD5 34 mg/l, TSS 80 mg/l, dan NH3 0,18 mg/l. Pembakaran limbah padat klinis di insenerator menunjukkan gejala adanya pembakaran yang kurang sempurna, dimana suhu pembakaran tidak mencapai 1000°C. Dari latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian adalah: (1) Apakah IPAL RSPI-SS efektif menurunkan parameter BOD5, COD, TSS, NH3, PO4, dan bakteriologi serta berapakah efisiensinya? (2) Apakah suhu pembakaran limbah padat klinis sudah efektif? (3) Berapakah efisiensi pembakaran (EP) dan efisiensi pemusnahan (DRE) limbah padat klinis di insenerator? (4) Berapakah konsentrasi emisi udara untuk parameter NH3, C12, HCI, NO2, debu, S02, H2S, HF, CO1 dan CO2 dari insenerator?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kualitas effluent dan efisiensi IPAL. (2) Suhu pembakaran di insenerator, efisiensi pembakaran , serta efisiensi pemusnahan, penghilangan (3) Kualitas emisi udara dari insenerator dengan parameter NH3, CI2, HC1, NO2, debu, SO2, H2S, HF, CO, dan CO2. (4) Pengelolaan limbah klinis dan upaya minimisasi . Hipotesis kerja: adalah (1) Efisiensi IPAL yang masih rendah menyebabkan parameter BOD5, COD, TSS, NH3, PO4. dan bakteriologi melampaui baku mutu. (2) Temperatur pembakaran limbah klinis yang rendah di insenerator, menyebabkan EP dan DRE rendah. Pendekatan penelitian dilakukan secara kuantitatif, metode penelitian deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Pengolahan data dengan tabulasi, komparasi, dan teknik sampling secara purposive sampling. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Konsumsi air bersih rata-rata tahun 2003 adalah 3810,4 m3/bulan. Rasio BOD5 dan COD dari influent IPAL adalah 0,52 berarti limbah bersifat organik dan metode pengolahannya proses biologi. (2) IPAL berfungsi tidak efektif, dan hasil analisis kualitas effluent tidak memenuhi syarat Kep.MenLH No.58 /1995 lampiran B, IPAL yang mengolah air limbah sebesar 75,5 - 107 m3 hanya mampu menurunkan konsentrasi hari 1 : BOD5 44,2 mg/l, TSS 82 mg/1, dan koliform 8x104. Hari 2 : TSS 74 dan mg/l, PO4 7,7 mg/l, koliform 22x104. Hari 3 TSS 86 mg/l, NH3 0,23 mg/l, dan koliform 4x104. (3).Efisiensi IPAL hanya mampu menurunkan BOD5 16-49%, COD 14-44%, TSS 4-19%, NH344-52, %, PO4 0 0 ? 8 % dan koliform 0%. (4) Suhu pembakaran limbah padat klinis adalah 342°C belum mencapai suhu optimum (1000°C). Hasil analisis kualitas emisi insenerator tidak memenuhi syarat NH3 yaitu 0,82 mg/m3 menurut SK Gubernur DKI Jakarta No. 670 Tahun 2000. Efisiensi pembakaran 95% dan efisiensi pemusnahan/penghilangan 96% belum memenuhi syarat menurut Kep. Ka.Bapedal No.03/Bapedal 09/1995 yaitu 99,999%. RSPI-SS menangani pembakaran limbah padat klinis dari rumah sakit selain dari sumber internal. Penggunaan air bersih yang berlebih merupakan salah satu obyek untuk minimisasi limbah cair. Limbah fixer, kemasan infus, botol alkohol, botol bayclin, dan betadin merupakan limbah padat yang dapat di daur ulang. Kesimpulannya adalah bahwa pengelolaan limbah klinis di RSPI-SS baik limbah cair pada IPAL maupun penanganan limbah padat klinis di insenerator belum optimal. Demikian juga upaya minimisasi limbah belum optimal. Pengelolaan limbah klinis rumah sakit tersebut dapat ditingkatkan dengan menerapkan konsep minimisasi limbah dan kaidah dalam penanganan limbah B3 dan limbah non B3 sesuai dengan karakteristik limbah yang dihasilkan. Sebagai saran: untuk meningkatkan pengelolaan limbah klinis di RSPISS adalah perbaikan dan pemeliharaan peralatan IPAL, operasi IPAL sesuai SOP, menambah waktu aerasi, segregasi dan pre-treatment limbah sebelum masuk ke IPAL, memasang meteran di IPAL dan Instalasi air bersih, efisiensi penggunaan air bersih, serta mengkaji syarat mikrobiologi limbah cair pada Kep.MenLH No.58/1995 Lampiran B. Pengelolaan limbah padat klinis perlu upaya segregasi, mengendalikan suhu di insenerator, operasi insenerator sesuai dengan SOP, meningkatkan pengetahuan / ketrampilan petugas, dan uji TCLP abu hasil insenerasi serta penanganan abu sesuai prosedur limbah B3.
Management of Hospital Clinical Waste (A Case Study at National Medical Center for Infectious Disease Prof. Dr. Sulianti Saroso Hospital Jakarta)Hospital is a healthcare facility, which generates variety of waste particularly infectious, toxic, and radioactive clinical waste. The improper management of hospital clinical waste will cause direct health impacts on the surrounding community and on the environment. Data from BTKL Department of Health Jakarta year 2003, obtained result analysis of effluent quality of RSPI-SS waste-water treatment plant (WWTP) was excessive compared to standard issued by Ministry of Environment regulation number 58 year 1995 attachment B on BOD5 34 mg/l, TSS 80 mg/l, NH3 0,18mg/l. Hospital clinical waste incineration was inadequate temperature which is less than 1000°C. Therefore based on the above data, research questions were as follow: (1) was the WWTP of RSPI-SS effective to remove BOD5, COD, TSS, NH3, PO4, and bacteria and what was its efficiency? (2) Was the combustion temperature of clinical solid waste effective? (3) What were the combustion efficiency (CE) and destruction removal efficiency (DRE)? (4) What was the concentration of emission quality of incinerator such as NH3, Cl2, HCI, NO2, dust, SO2, H2S, HF, CO, C02? This research aimed to assess management of hospital clinical waste on effluent quality of WWTP and its efficiency, combustion temperature in incinerator, CE, DRE, and also clinical waste management and minimization program. Working hypothesis are: (1) Low efficiency of WWTP caused excessive quality of effluent on BOD5, COD, TSS, NH3, PO4, and bacteria. (2) Low combustion temperature of clinical solid waste caused low on CE and DRE of incinerator. Research was conducted by quantitative approach and analytical descriptive research methodology. Research design was cross-sectional, purposive sampling technique, and data processing by tabulation and comparation. Results obtained from the research are as follows: (1) Average water use at RSPI-SS year 2003 was 3810.4 m3/monthly, and BOD5/COD ratio of influent quality was 0.52 which meant organic loading and treatment method was biological process. (2) WWTP functioned ineffective, in which result analysis of effluent quality was exceeded standard, observed parameters on: Day I: BOD5 44.2 mg/l, TSS 82 mg/l, and coliform 6x104. Day 2: TSS 74 mg/l, PO4s 7.7mg/l and, coliform 22x104. Day 3: BOD5 86 mg/l, NH3 0.23 mg/l, and coliform 4x104. (3) Treatment efficiency of WWTP was only enable to remove observed parameters on: BOD5 16 - 49%, COD 14 - 44%, TSS 4 -19%, NH3 44 - 52%, and PO4' 0 - 8% and coliform 0%. (4) Combustion temperature in the incinerator was only 342 °C, which unreached optimum temperature (1000°C). Result analysis of the incinerator emission quality indicated excessive concentration on ammonia refer to stationary source of air quality standard issued by Governor of Jakarta Decree number 670 year 2000). CE of clinical waste incineration was 95% and DRE was 96%, which meant below the standard requirement by ministry of environment which is 99,999%. RSPI-SS hospital incinerated clinical solid waste from out side source. Inefficiency of water use was one of the waste water minimization objects. The hospital waste minimization program covers the following action such as efficiency of water use, effluent re-use, fixer recovery , re-use of infuse bottle, alcohol, detergent, and betadine. Conclusions are as follows: Clinical waste management at RSPI-SS hospital which consisted of waste water on WWTP and clinical solid waste handling on incinerator were not optimum. Clinical waste management could be improved by application of minimization concept and method of hazardous waste and non hazardous waste handling based on generated waste characteristic. Recommendations are: repairing and maintenance of WWTP instrument, WWTP operation based on SOP, extend the period of aeration, segregate the waste water, install the flow rate meter on the WWTP and water plant, water efficiency, evaluation of microbiology standard of hospital effluent issued by ministry of environment, segregation of clinical solid waste, operation of incinerator based on SOP, to improve knowledge and skill of operator, and residual TCLP test of incineration and residual handling based on hazardous waste handling procedure.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T 11374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Talib Hamdani
Abstrak :
Keberhasilan pemasaran jasa pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh pemahaman organisasi terhadap perilaku konsumen yang menjadi pelanggannya, terutama pada organisasi yang ingin mengembangkan Relationship Marketing. Dengan memahami perilaku pelanggan, organisasi dapat menerapkan upaya-upaya pemasaran yang jitu dan bertumpu pada kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga mampu meningkatkan keuntungan dan citra perusahaan. RS Omni Medical Center dalam dua tahun ini meluncurkan program Member Club sebagai upaya mempertahankan pelanggan loyal dengan strategi Relationship Marketing. Namun dari 1000 pelanggan loyal yang ditawarkan hampir 80% memberikan respon negatif, meskipun sampai saat ini mereka tetap memanfaatkan pelayanan RS Omni Medical Center. Sebagai lanjutan dari pengamatan di atas, dilakukan suatu studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan pelanggan loyal memberikan respon negatif terhadap program tersebut, terutama dari sisi konsumen. Metode yang dilakukan adalah wawancara mendalam dengan beberapa pelanggan loyal yang tidak mengembalikan aplikasi dan memahami permasalahan, dilanjutkan dengan melakukan survey per telepon terhadap 83 responden serta melengkapinya dengan data sekunder dari rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun banyak alasan yang dikemukakan pelanggan terutama yang berkaitan dengan masalah pelayanan dan fasilitas Member Club yang ditawarkan, namun penelitian ini menyimpulkan bahwa respon negatif terhadap program Member Club ternyata berhubungan dengan Customer Behavior pelanggan loyal ini. Ditemukan tiga faktor dari Customer Behavior yang berhubungan dengan respon negatif tersebut yaitu motivasi, pengaruh kelompok dan sub-budaya pelanggan. Dan pengamatan diketahui bahwa program Member Club RS Omni Medical Center memang belum memperhatikan ketiga faktor tersebut. Untuk membuat Member Club ini menjadi program Relationship Marketing yang berhasil, manajemen RS disarankan mengevaluasi kembali program Member Club. Perlu dibuat program Member Club yang cocok dengan Customer Behavior pelanggannya dan memperhatikan faktor motivasi, pengaruh lingkungan dan sub-budaya pelanggan. Hal yang tidak kalah penting untuk keberhasilan program ini adalah menciptakan produk yang memenuhi karakteristik yang diinginkan pelanggan.
Analysis Caused Factors that Loyal Customers of OMC Hospital Give Negative Responses to OMC's Member Club Program, 2002 Success in services marketing of hospital has been driven by organization understanding about behavior of the customers, especially in organization which wants to improve Relationship Marketing. By understanding behavior of customers, the organization can make right marketing efforts that based on customer needs and wants, makes profits and improves the organization image. In two recent year the Omni Medical Center Hospital released Member Club program as an effort to retain loyal customer with Relationship Marketing strategy. From 1000 loyal customers who were sent the applications, almost 80% gave negative responses, although they still use Omni Medical Center Hospital's services until now. As a follow up on the above observation, a case study was undertaken through qualitative and quantitative approaches. The study was designed to find factors that loyal customers gave negative responses to this program, especially from customers side. Deep interviews were conducted with five loyal customers who didn't turn back the applications and understood the topic, and continued with phone survey to 83 responder. The study was completed by the secondary data from this hospital. Although many reasons were told by customers especially related with services and Member Club facilities, the study concluded the negative responses were caused and related by Customer Behavior of the loyal customers. The study found three factors in Customer Behavior related with customer's negative responses. There were motivation, group influence and sub-culture. From observation, the Member Club was not focus on the three factors. To make the Member Club become successful Relationship Marketing program, the hospital management is suggested to re-evaluate this program. Focus to Customer Behavior especially on motivation, group influence and sub-culture are needed when the new Member Club will be made. The most important thing to success this program is creating product that meet customer needs and wants.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2535
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Roossita Anggraini
Abstrak :
Program penanggulangan tuberkulosis paru mempunyai tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit tuberkulosis dengan cara memutuskan mata rantai penularan, sehingga tidak merupakan masalah lagi bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Untuk mendeteksi dan mengobati tuberkulosis, strategi pengobatan yang dianjurkan oleh WHO adalah dengan penerapan DOTS (Direct Observe Treatment Shartcourse). Dalam DOTS tersebut faktor pencatatan dan pelaporan merupakan strategi yang penting dalam pemantauan dan evaluasi program penanggulangan tuberkulosis. Suskesnya strategi ini sangat bergantung kepada perilaku dan sikap dari petugas kesehatan yang melakukan pencatatan dan pelaporan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pelaksana program tuberkulosis dalam upaya pencatatan laporan TB-01 di Puskesmas. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan jumlah responden seluruh petugas pelaksana tuberkulosis di puskesmas wilayah Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan data sekunder laporan pencatatan TB-01, dan kemudian dilakukan wawancara mendaiam kepada 7 orang petugas TB puskesmas untuk memperkuat hasil penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kinerja mayoritas petugas pelaksana program tuberkulosis dengan rata-rata usia 44,5 tahun dan tingkat pendidikan rata-rata SLTA/SMK serta lama masa kerja lebih dari 5 tahun, adalah baik, namun kinerja 44,7% petugas tuberkolusis adalah buruk. Faktor-faktor yang diteliti untuk mengetahui hubungan dengan kinerja petugas pelaksana program tuberkulosis adalah umur, pendidikan, lama kerja, motivasi, kepemimpinan, supervisi, imbalan dan sarana. Sedangkan faktor-faktor yang paling berhubungan dalam menentukan kinerja petugas program tuberkulosis dalam pencatatan laporan TB-01 adalah supervisi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kinerja petugas pelaksana program tuberkulosis berimbang antara petugas yang berkinerja baik dan buruk. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas adalah pelatihan, motivasi dan supervise. Sedangkan faktor yang paling berhubungan dengan kinerja petugas adalah supervise kemudian motivasi. Dengan melihat kesimpulan penelitian ini, maka disarankan bagi puskesmas untuk meningkatkan kinerja petugas dengan cara membuat dan melaksanakan standar operasionai baku, meningkatkan pembinaan, kerjasama tim dan memberikan penghargaan atas prestai kerja kepada petugas, selain juga memperbaiki kualitas pencatatan laporan dengan siklus PDCA. Adapun untuk Suku Dinas Kesehatan Masyarakat disarankan untuk memfasilitasi pertemuan berkala guna meningkatkan kualitas pencatatan, meneruskan pelatihan petugas secara berkelanjutan dan selalu melaksanakan program studi banding untuk meningkatkan kualitas. Sedangkan untuk Dinas Kesehatan, disarankan agar sosialisasi kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan strategi DOTS tetap dinformasikan keseluruh UPK dan guna meningkatkan kualitas informasi suatu Sistem Informasi Kesehatan yang dapat diakses oleh seluruh UPK agar secepatnya dapat diselesaikan. ...... The aim of the lung tuberculosis prevention program was to reduce the mortality or sickness number caused by tuberculosis by way of cutting off the chain infection, in order to reduce the people healthcare problem in Indonesia. To detect and cure the tuberculosis, the cure strategy recommended by the WHO is implementing the DOTS (Direct Observe Treatment Short course). The reporting and report writing in DOTS was the important strategy in observing and evaluating tuberculosis prevention program. The success of this strategy relies on the behavior and attitude of the health officers who report and do the writing of the report. The purpose of this research is to obtain understanding on factors related with the performance of tuberculosis program's officers in the Puskesmas TB-01 report writing. This research was using a cross-sectional design with qualitative and quantitative approach with respondent were the entire tuberculosis officers at the South Jakarta's Puskesmas. Data collections were carried out by examining the secondary data on TB-01 report writing, and followed by in-depth interview to 7 officers to verify the examination results. The research shown that majority performance of tuberculosis program officer which average age were 44.5 years old and high school level of education and with length of service of 5 years was excellent, however the performance of 44.7% of the tuberculosis program officer were unsatisfactory. Factors examined from measuring the tuberculosis program officer's performance were age, education, length of service, motivation, leadership, supervision, rewards-recognitions and facilities. However, factor which related most with tuberculosis program officer's performance in TB-O1 report writing was supervision. Research results summarized that the tuberculosis program officer's performance were balanced between excellent and unsatisfactory performers. Factors related to officer's performance were training, motivation and supervision, but the dominant factors in officer's performance were supervision followed by motivation. Looking into the results summaries, it is therefore suggested that the Puskesmas should improved officer's performance by way of developing and implementing the standard operational procedures, increased activities in supervision and team works, giving rewards and recognition to officers' performance, as well as to improve the quality of report writing using a PDCA cycle. As to the District Public Health, it was suggested to facilitated regular meeting to improve the officers' report writing quality, continue the sustainable training for officers and carrying out the comparative study exercise for performance improvement. For the Province Health Office, it was suggested that it continues the policy related to the DOTS' implementation be informed to every Health Services Units and to improve the information quality, a Health Information System which can be access by every Health Services Units be developed quickly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yefrida
Abstrak :
Pemberian Air Susu Ibu secara baik dan benar merupakan bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif yaitu pemberian hanya Air Susu Ibu saja tanpa makanan dan minuman pendamping hingga bayi berusia 4 bulan, dalam hal ini termasuk pemberian kolostrum. Namun angka pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif ini masih rendah, serta adanya penurunan dalam pemberian Air Susu Ibu ini. Dan hal tersebut di atas untuk mendapatkan gambaran bagaimana perilaku ibu dalam Air Susu Ibu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif, maka dilakukan penelitian di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas. Jenis penelitian ini tergolong jenis penelitian survey dengan menggunakan quistioner sebagai alat pengumpul data, populasi dan sampel adalah ibu-ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 4-6 bulan yang terdaftar sebagai warga di Kelurahan Depok, dan penentuan sampelnya dilakukan secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden masih memberikan Air Susu Ibu pada bayinya secara eksklusif sehanyak 75,6%, namun masih ada yang memberikan secara non eksklusif 24,4%, hubungan antar dua variabel yang menunjukkan hasil yang bermakna adalah keyakinan ibu dalam pemberian Air Susu Ibu, sikap ibu dalam pemberian Air Susu Ibu, Dukungan Petugas Kesehatan dalam Pemberian Air Susu Ibu, Dorongan keluarga ibu dalam pemberian Air Susu Ibu, Status pekerjaan ibu dalam hubungannya dengan pemberian Air Susu Ibu. Beberapa variabel walaupun tidak bermakna namun menunjukkan pola hubungan yang jelas yaitu pada ibu yang berada pada usia <35 tahun mempunyai perilaku eksklusif dalam pemberian Air Susu Ibu dan masih ada yang non eksklusif, sedangkan yang usia > 35 tahun ada yang mempunyai perilaku eksklusif dan juga non eksklusif dalam pemberian Air Susu Ibu. Demikian juga variabel tingkat pendidikan, ibu yang mempunyai pendidikan tinggi ada yang mempunyai perilaku eksklusif dan non eksklusif dalam pemberian Air Susu Ibu dan yang berpendidikan rendah demikian juga halnya. Dan mengenai status ekonomi dalam hal ini mengenai pendapatan keluarga dalam satu bulannya, yang berpendapatan tinggi, sedang dan rendah masing-masing ada yang mempunyai perilaku eksklusif dan non eksklusif dalam pemherian Air Susu Ibu pada bayinya. Dan dari hubungan Multi variabel menunjukkan bahwa variabel yang dominan yang benar-benar sigrufikan adalah variabel keyakinan ibu dalam pemberian Air Susu Ibu, dari hasil persamaan regresi yang didapat ternyata mampu menjelaskan 75,63% terhadap populasi. Dan berdasarkan hasil penelitian disarankan, perlu lebih ditingkatkan penyuluhan dan pengembangan materi penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui tentang perilaku pemberian Air Susu ibu yang baik. Bagi Puskesmas dan kader-kader Posyandu yang tidak harus dilakukan di Posyandu saja tetapi lebih luas lagi jangkauannya ke masyarakat, serta bagi penentu kebijakan perlu diberlakukan rawat gabung di tempat tempat bersalin. Dan bagi peneliti lebih lanjut, perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai pengaruh program yang dilakukan Puskesmas tentang pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif dengan melihat lama, tempat tinggal, pengaruh suku dan lainnya sesuai dengan perkembangan penelitian. ......Feeding Air Susu Ibu (ASI) in a proper way a very mean to increase the human resources specially when it is presented in Exclusive method, that the only ASI and colostrums are given without any supplementary foods or beverages until the baby get its age of 4 month. Unfortunately such method is still rarely applied, show up in low number, even decreased. Those circumstance drives a research at Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, to figure of mother behaviors with ASI and any related factors to that Exclusive behavior.The research was a questioner based survey to absorb much datas, populations and samples of baby at Kelurahan Depok. The sample determination is a total sampling. Results proven all the respondents feed ASI Exclusively 75,6% to babies, while 24,4% un Exclusive significant result are Convictions of ASI feeding, Mother's Attitude, Health Ulcers Supports, Mother's Family Supports, and the Work Position of Mothers. Though still it present couple of unsignificant variables, however, it indicates a clear - relationship pattern with is happened to less than 15 - years aged. Either does this is happened to those aged more than 35 - years. High-level educational variable has an influence to Exclusive and un-Exclusive behaviors ASI feeding, either does the-level one. Economically it happens to all mothers that has high, medium, or low priced income per month. Relationship of multi-variables indicate that the most-significant one is Mother Convictions to ASI feeding. Regressional equation show it by 75,63% of population. Based on research itself, it is recommended to share knowlegment to pregnant mother and to those feeding, of about how to give ASI in proper ways. To Puskesmas and youths of Posyandu it is recommended share widely in community. And to the discretioners are necessarily have to enable common-cares of patient in confined places. Evantually, researches quiet necessary to take some next seeking about the influence of Puskesmas program of ASI feeding. It is should have done by looking upwards the time it took, the place it got surrounded tribal-impact analysis. and other factors according to future research propagation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>