Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Fitri Arestria
"Skripsi ini membahas mengenai belum optimalnya sistem pengelolaan limbah medis di Rumkitpolpus R.S Sukanto. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan dan memaparkan gambaran pengelolaan limbah medis di rumah sakit tersebut. Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan wawancara singkat dengan beberapa orang cleaning service sebagai data primer serta telaah dokumen sebagai data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan limbah medis di Rumkitpolpus R.S Sukanto memang belum memenuhi persyaratan dalam KepMenkes No. 1204/Menkes SK/X/2004, ini merupakan akibat dari tidak adanya sosialisasi dan penegakkan terhadap kebijakan intern rumah sakit, terbatasnya tenaga cleaning service yang sekaligus dijadikan sebagai petugas pengangkut, terbatasnya petugas incinerator, tidak adanya anggaran khusus untuk limbah medis, dan fasilitas/peralatan yang kurang memadai.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas sistem pangelolaan limbah medis di Rumkitpolpus R.S Sukanto yaitu diadakan sosialisasi dari SOP yang telah ada, pengkajian yang benar mengenai karakteristik limbah, peningkatan jenjang pendidikan Kepala IPAL, peningkatan kualitas tenaga pengelola limbah medis (cleaning service dan petugas incinerator), pengadaan tenaga khusus pengangkutan limbah medis, penambahan tenaga cadangan buat operator incinerator, secara bertahap Rumkitpolpus R.S Sukanto mengalokasikan dana tetap untuk pengelolaan limbah medis, meningkatkan disiplin setiap petugas sehingga dapat melakukan pelaksanaan pengelolaan secara konsisten dan menyeluruh, mengadakan kerjasama dengan pelayanan kesehatan lainnya untuk melakukan pemusnahan/pembakaran di Rumkitpolpus R.S Sukanto sehingga mesin incinerator dapat dimanfaarkan secara optimal dan menambah pendapatan bagi rumah sakit.

This minithesis explained about Rumkitpolpus R.S Sukanto had not optimal in the medical waste management system. This research was a qualitative descriptive approach that aims to got a picture and explained the management of medical waste in this hospital. Dataes obtained in this research through in-depth interviews, observations, and short interviews with some of the cleaning service as the primary data and research documents as secondary data. Results of research indicate medical waste management in Rumkitpolpus RS Sukanto was not appropriate with the requirements in the KepMenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004, because lack of socialization and enforcement of the hospital's internal policies, the limited power of cleaning service at the same time serve as the official carrier, limited operator of incinerator, the absence of a budget specifically for medical waste, and facilities/equipments were inadequate.
Based on the research above, there are several things that can be done to improve the quality of medical waste management system in Rumkitpolpus R.S Sukanto are held the socialization of the existing SOP, the true investigation of characteristics from medical waste, increasing education of IPAL head, improving the quality of labor force (cleaning service and operator incinerator), the procurement of special medical waste carrier, the addition of incinerator operator, gradually Rumkitpolpus R.S Sukanto allocate funds to keep the management of medical waste, increase staff discipline so can make the implementation of medical waste management with consistent and comprehensive, a collaboration with other health services to do the destruction/burning medical waste in the Rumkitpolpus R.S Sukanto?s incinerator so that the engine can be used optimally and increase revenue for the hospital."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S4860
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Ritchi
"Pengelolaan Limbah Medik: Identifikasi, Castilant Limbah Medik yang dihasilkan oleh kegiatan operasional dokter praktek umum dapat mengakibatkan bahaya dan pencemaran terhadap lingkungan. Limbah medik seperti yang dihasilkan oleh kegiatan operasional rumah sakit, pengelolaannya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Mengapa limbah praktek dokter umum yang juga termasuk Iimbah medik tidak tercantum dalam Peraturan Pemerintah? Padahal sama-sama mengandung risiko sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Penelitian pengelolaan limbah medik identifikasi, karakterisasi dan evaluasi limbah praktek dokter umum di Jakarta bertujuan membuklikan, bahwa limbah yang dihasilkan oleh praktek dokter umum lama bahayanya dengan limbah rumah sakit, dengan melakukan perbandingan antara jenis limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum dan RS tipe D (Puskesmas Kecamatan, menemukan adanya risiko infeksius melalui pemeriksaan adanya kandungan darah dalam limbah praktek dokter umum, serta melihat salah satu solusinya dengan melihat adanya hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku di kalangan dokter praktek umum dalam pengelolaan limbah praktek. Dengan harapan agar dapat menjadi titik tolak bagi pihak yang berwenang dalam mengangani pengelolaan limbah praktek dokter umum.
Penelitian dilakukan dengan melakukan studi cross sectional untuk mendapatkan: Identitas limbah praktek dokter umum, dengan cara melakukan pencacahan terhadap jenis-jenis limbah yang dikandungnya, serta membandingkan dengan jenis-jenis limbah yang terkandung dalam limbah yang dihasilkan oleh Puskesmas Kecamatan.
Karakter limbah praktek dokter umum, dengan melakukan pemeriksaan adanya kandungan darah, menggunakan test Peroksidase (Hematest®). Adanya hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku dokter praktek umum tentang pengelolaan limbah praktek.
Hasil penelitian menunjukkan: terdapat persamaan antara identitas limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum dengan Puskesmas Kecamatan. Sebagian besar (59,4% responden) dokter praktek umum menghasilkan limbah yang mengandung darah. Terdapat hubungan yang positif antara Pengetahuan dengan Sikap dan Perilaku dokter praktek umum dalam pengelolaan Iimbahnya. Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka peneliti menyarankan untuk:
1. Dikeluarkannya addendum dalam Peraturan Pemerintah No. 85/1999 , tanggal 7 Oktober 1999, yang mencantumkan Kegiatan Dokter Praktek Umum sebagal salah satu penghasil limbah klinis yang tergolong sebagai limbah B3.
2. Memberlakukan peraturan wilayah mengenai penggunaan insinerator rumah sakit di daerah oleh dokter praktek umum yang berpraktek di wilayah berdekatan.
3. Mengupayakan pembentukan badan usaha yang dapat melakukan pengangkutan, pengumpulan dan pengeloaan limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum.
4. Melakukan pengenalan tenting pengelolaan limbah medik pada taraf sedini mungkin pada masyarakat kedokteran di Indonesia, disertai dengan teladan yang baik di kalangan petinggi kedokteran yang menjadi panutan bagi masyarakat kedokteran Indonesia.
5. Memberikan penghargaan seperti sertifikasi "Green Doctor" bagi pelaksanaan pengelolaan limbah yang baik, dan konsekuensi hukum maupun administratif bagi pelanggaran terhadap peraturan yang sudah ditetapkan.

Medical Waste Management: Identification, Characterization and Evaluation of wastes produced by General PractitionersMedical waste or wastes produced by General Practitioners without good management could be harmful or endanger the environment. As a matter of fact, The Government Regulation No. 85/1999, about the management of toxic and dangerous waste, has ruled Medical wastes produced by hospitals. The problem is, why wastes produced by General Practitioners have not been managed by any particular government regulation, since they have the same risk as toxic and dangerous waste?
This Research, Medical Waste Management, was aimed to prove that wastes produced by General Practitioners are as dangerous as wastes produced by hospitals, by comparing the identity and character of the wastes and finding out the solution through the relationship between Knowledge, Attitude and the way the General Practitioners managed their clinical wastes.
This study was a cross sectional with a reference standard, to find: the identity of the wastes produced by General Practitioners; by using manual identification of every item contained in those wastes, and comparing them to the items produced by the hospitals.
The character of the wastes produced by General Practitioners, by finding the blood containment in those wastes, using Peroksidase test (Hematest®). One of the solutions of those problems through finding out the relationship between Knowledge, Attitude and The way General Practitioners managing wastes produced in their clinics.
The results were: There were similarity between items of wastes produced by General Practitioners and Hospitals. Most of wastes produced by General Practitioners (59,4% sample) were contaminated by blood. There were positive relationship between Knowledge, Attitude and The way General Practitioners managing wastes produced in their clinics.Based on those results above, writer would recommend to:
1. Revise The Government Regulation No. 85/1999, dated on 7 October 1999, by adding the activity of General Practitioner as one of the producers of medical waste or toxic and dangerous waste.
2. Create local regulation, concerning the utilization of local hospital incinerators by General Practitioners in their vicinity.
3. Create specific institution, which would transporting, collect and manage all the wastes produced by General Practitioners.
4. Introduce Medical Waste Management or Procedure as soon as possible in the early medical community.
5. Provide Rewards, such as certification of "Green Doctor" for those who comply with the regulations, and enforcement of legal or administration sanction for those who disobey the regulations."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudian Roviah Burano
"Limbah rumah sakit dihasilkan dari aktivitas pelayanan kesehatan, yang mana salah satu limbahnya berupa limbah medis padat. Apabila limbah medis padat rumah sakit tidak dikelola dengan baik, maka limbah tersebut dapat berubah menjadi salah satu sumber risiko penularan penyakit. Namun, masih terdapat rumah sakit yang belum melaksanakan pengelolaan limbah medis padat sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan pada Permen LH No 56 tahun 2015 dan permenkes No 7 tahun 2019 dimana limbah medis padat rumah sakit harus dikelola secara 100% sehingga hal ini menjadi alasan utama penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan rumah sakit pada setiap kelas A, B, C, dan D baik milik pemerintah maupun swasta dalam pengelolaan limbah medis padat rumah sakit. Penelitian ini menggunakan data hasil pelaksanaan e-monev tahun 2019, yakni 229 rumah sakit yang melapor di bulan Oktober - Desember. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dianalisis secara univariat dan bivariat. Seluruh rumah sakit pemerintah kelas A patuh dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat. Namun rumah sakit pemerintah maupun swasta pada kelas B, C, dan D belum sepenuhnya patuh dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis padat yakni 13,5% RS belum memiliki TPS berizin dan 15,7% RS belum memiliki pengolahan limbah medis padat secara internal maupun eksternal, serta 11,4% RS belum memiliki unit kerja khusus. Berdasarkan hasil analisis chi-square dijelaskan bahwa ketersediaan unit kerja khusus memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit yaitu sebesar 2,623 (95% CI 1,139 – 6,042) kali.

Hospital waste is generated from health service activities, one of which is solid medical waste. If hospital solid medical waste is not managed properly, this waste can turn into a source of risk of disease transmission. However, there are still hospitals that have not implemented solid medical waste management in accordance with the SOPs stipulated in Permen LH No. 56 of 2015 and Permenkes No. 7 of 2019 where hospital solid medical waste must be managed 100% so this is the main reason for the research. This study aims to determine the description of hospital compliance in each class A, B, C, and D, both government owned and private in the management of hospital solid medical waste. This study uses data from the implementation of e-monev in 2019, namely 229 hospitals that reported in October - December. This research is a descriptive quantitative research design with cross sectional study design which is analyzed by univariate and bivariate. All class A government hospitals comply with the implementation of solid medical waste management. However, both public and private hospitals in classes B, C, and D are not yet fully compliant in implementing solid medical waste management, namely 13.5% of hospitals do not have a licensed TPS and 15.7% of hospitals do not have solid medical waste treatment internally or externally. and 11.4% of hospitals do not have special work units. Based on the results of the chi-square analysis, it was explained that the availability of a special work unit had a significant relationship with the compliance of hospital solid medical waste management, which was 2,623 (95% CI 1.139 - 6,042) times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library