Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junaedi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membuat eksipien ko-proses dari campuran kappa dan iota karagenan pada perbandingan tertentu yang dikombinasi dengan pragelatinisasi pati singkong propionat (PPSP), selanjutnya mengkarakterisasi eksipien ko-proses dan menggunakannya dalam formulasi sediaan gastroretentif tablet mengapung. Pada penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan famotidin sebagai model obat. Formulasi tablet mengapung dibuat dengan eksipien koproses karagenan dan PPSP dengan perbandingan tertentu. Daya mengembang dan keterapungan tablet mengapung dievaluasi. Pelepasan obat dari tablet mengapung diteliti dan dianalisa dengan menggunakan beberapa model persamaan kinetika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula A dengan eksipien koproses karagenan : PPSP (1:1) sebanyak 60 % dengan HPMC 10% menghasilkan formula yang terbaik dengan waktu mengapung 11,42 ± 1,53 menit dengan lamanya keterapungan selama 20 jam. Formula tersebut juga menunjukkan profil pelepasan yang terkendali dengan model kinetika Higuchi serta mekanisme difusi non Fickian.
The aim of this study was to make a coprocess excipients from the mixture of kappa and iota carrageenan on specific comparisons, combined with the pregelatinized cassava starch propionate (PPSP) , further characterized the coprocess excipients and used the formulation in processed gastroretentif preparation of floating tablet. In this study, tablets were made by wet granulation method and using famotidine as a model drug. Some formulations of floating tablets were prepared by varying the composition of the excipients coprossed carragenan with a certain ratio. The swelling and buoyancy of the floating tablets were evaluated. Furthermore, the drug release from the floating tablets were studied and analyzed using several models of kinetic equations. The results showed that formula A with excipients coprocessed carragenan (1:1) as much as 60% with 10% HPMC produce the best formula and floating lag time 11.42 ± 1.53 minutes and total floating time for 22 hours. The formula also revealed a profile of controlled drug release and approached to Higuchi kinetics model and the non Fickian diffusion mechanism.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
T31802
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yanah Nurjannah
Abstrak :
Bakteri helicobacter pylori H. Pylori merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit radang lapisan pada lambung. Pengobatan terhadap infeksi bakteri tersebut dengan sediaan obat amoksisilin trihidrat yang sekarang ini memiliki waktu retensi yang sangat pendek di lambung yaitu sekitar 1-1,5 jam. Sistem penghantaran obat mengapung diharapkan memiliki waktu retensi yang lama di dalam lambung sehingga efisiensi obat dapat tercapai. Pada penelitian ini, telah disintesis matriks hidrogel kitosan- poli N-vinil pirrolidon secara semi-IPN dengan agen pembentuk pori CaCO3 sebesar 7,5. Amoksisilin dienkapsulaksi dalam matriks hidrogel untuk diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat mengapung dengan metode in situ loading dan post loading. Efisiensi enkapsulasi dan disolusi pada hidrogel in situ loading dan post loading dilakukan secara in vitro pada pH lambung. Hidrogel in situ loading menunjukan persen efisiensi enkapsulasi dan persen disolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan hidrogel post loading. Persen efisiensi in situ dan post loading berturut-turut adalah 92,1 dan 89,4 sedangkan persen disolusinya berturut-turut adalah 97 dan 73,2. Studi mekanisme disolusi obat dilakukan dengan model persamaan matematika agar diketahui kinetika dan mekanisme disolusinya Kinetika pelepasan hidrogel in situ cenderung mengikuti kinetika orde satu, sedangkan hidrogel post loading mengikuti orde higuchi. Mekanisme disolusi yang terjadi pada kedua hidrogel adalah erosi.
Helicobacter pylori H. pylori is a type of bacteria that causes inflammation in the lining of the stomach. The Treatment of the bacterial infection by using conventional medicine which is amoxicillintrihidrate has a very short retention time in the stomach which is about 1 1,5 hours. Floating drug delivery system is expected to have a long retention time in the stomach so the efficiency of the drug can be achieved. In this study, has been synthesized matrix of semi IPN Chitosan Poly N Vinyl Pyrrolidone hidrogel with a pore forming agent of CaCO3 under optimum conditions. Amoxicillin is encapsulated in a matrix hydrogel to be applied as a floating drug delivery system by in situ loading and post loading methods. The efficiency of encapsulation and dissolution of hydrogels in situ loading and post loading are performed in vitro on gastric pH. In situ loading hydrogel shows higher percentage of encapsulation efficiency and dissolution compared to post loading loading hydrogel. The efficiency level of in situ and post loading were 92.1212 and 89,4321, respectively. while the percentage of dissolution were 99.68 and 62.6335 respectively. The aim of drug dissolution by mathematical equation model is to know kinetics and the mechanism of dissolution The kinetics of release of in situ hydrogel tends to follow first order kinetics, while the post loading hydrogel follows the higuchi order. The dissolution mechanism in both hydrogels is erosion.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erny Sagita
Abstrak :
ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik. Sifat kationik tersebut membuat kitosan dapat berinteraksi dengan polimer anionik membentuk kompleks polielektrolit (KPE). Dalam penelitian ini, pektin digunakan sebagai polimer anionik yang berinteraksi secara ionik dengan kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi KPE kitosan-pektin yang akan digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet mengapung. Larutan kitosan dan pektin 0,3% b/v dicampur dengan perbandingan 1:9, 3:7, 1:1, 7:3 dan 9:1 pada pH 4,5 dan 5,0. Kondisi terbaik untuk menghasilkan KPE adalah pada pH 5,0 dengan perbandingan larutan kitosan dan pektin = 3:7. Perbedaan karakteristik KPE kitosan-pektin dengan polimer asalnya ditunjukkan dengan analisis gugus fungsi, analisis termal, daya mengembang dan kekuatan gel. Selanjutnya KPE digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet mengapung dengan famotidin sebagai model obat. KPE juga dikombinasikan dengan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa KPE dapat menahan pelepasan famotidin selama 10 jam. Kombinasi dengan HPMC dapat membantu KPE menahan pelepasan famotidin hingga 20 jam. Tablet yang hanya mengandung KPE sebagai matriks hanya dapat bertahan mengapung hingga 12 jam, sedangkan tablet dengan kombinasi KPE dan HPMC dapat bertahan mengapung hingga 24 jam.
ABSTRACT
Chitosan is a natural cationic polymer. That cationic property makes chitosan can form polyelectrolite complex (PEC) with anionic polymer. In this research, pectin was used as anionic polymer that interact ionically with chitosan. The aim of this research is to produce and characterize chitosan-pectin PEC that would be used as matrix in floating tablet. The solutions of chitosan and pectin 0,3% w/v were mixed in ratio 1:9, 3:7, 1:1, 7:3 and 9:1 with pH of the solution 4,5 and 5,0. The best condition to produce PEC was in pH 5,0 with ratio of chitosan and pectin = 3:7. The differences between chitosan-pectin PEC characteristic and its origin polymer were shown by functional group analysis, thermal analysis, swelling capacity and gel strength. The PEC was then used as matrix in floating tablet with famotidin as a model. PEC was also combined with hydroxypropilmethylcellulose (HPMC) in different concentrations. The results of the dissolution study showed that PEC could retard the release of famotidin for 10 hours. PEC in combination with HPMC could retard the release of famotidin for 20 hours. Tablet that only contains PEC as matrix could remain buoyant for 12 hours while tablet with combination of PEC and HPMC could remain buoyant for 24 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32816
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulqi Hilaliyah Fadhilah
Abstrak :
Keberadaan obat di lambung tidak dapat bertahan lama dikarenakan terpengaruh oleh proses pengosongan lambung. Salah satu sistem yang dapat digunakan untuk menahan obat berada dalam lambung dalam waktu yang cukup lama yaitu dengan menggunakan floating drug delivery system (FDDS). Pada penelitian ini obat amoxicillin trihidrat digunakan untuk menguji hidrogel kitosan-cangkok-poli(N-vinil kaprolaktam) sebagai sediaan pengantar obat sistem mengapung yang dipengaruhi oleh efek agen pembentuk pori. Enkapsulasi obat amoxicillin trihidrat ke dalam sediaan mengapung menggunakan metode in situ loading. Komposisi hidrogel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 0,2 g kitosan, 0,8 g monomer NVCL, 0,02 g inisiator APS, 0,012 g agen pengikat silang MBA. Selain itu juga ditambahkan variasi konsentrasi dari agen pengikat silang CaCO3 dan NaHCO3, yaitu 0; 5; 7.5; 10 dan 15%. Penelitian ini dikaji berdasarkan jenis pembentuk pori, konsentrasi pembentuk pori, jenis kualitas obat, dan jenis hidrogel. Uji pelepasan obat dilakukan di dalam larutan pH 1,2. Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk melihat gugus fungsi yang ada pada hidrogel, dan Mikroskop Stereo Optik untuk melihat morfologi permukaan hidrogel. Dari hasil penelitian didapatkan hasil optimum pada matriks hidrogel kitosan-cangkok-poli(N-vinil kaprolaktam) dengan agen pembentuk pori NaHCO3 pada konsentrasi 15%.
The existence of the drug in the stomach can not last long due to be affected by the process of gastric emptying. One of the systems can be used to retain the drug in the stomach in a long time by using floating drug delivery system (FDDS). In this study, the drug amoxicillin trihydrate was used to test the hydrogel chitosan-graft-poly (N-vinyl caprolactam) as a floating drug delivery systems which is influenced by the effects of pore-forming agent. Amoxilin trihydrate was encapsulated in matrix using in situ loading. Hydrogel composition used in this study was 0.2 grams of chitosan, 0.8 g NVCL monomer, 0.02 g initiator APS, and 0,012 g MBA crosslinking agent. It also added varying concentrations of crosslinking agent CaCO3 and NaHCO3, which is 0; 5; 7.5; 10 and 15%. This study assessed based on the type of forming the pores, pore-forming concentration, the type of drug quality, and type of hydrogel. Drug release test was conducted in a solution of pH 1.2. The characterization was conducted by using Fourier Transform Infrared (FTIR) spectrofotometry to see the existing functional groups on the hydrogel, and Stereo Optical Microscope to the hydrogel surface morphology. Obtainable from the optimum results of observe matrix hydrogel chitosan-graft-poly (N-vinyl caprolactam) with a pore-forming agent NaHCO3 at a concentration of 15%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditta Meisafitri
Abstrak :
ABSTRAK
Kombinasi eksipien secara fisika lebih menguntungkan dibandingkan dengan kombinasi secara kimia karena lebih praktis dan memerlukan lebih sedikit persyaratan uji dalam proses pengembangan produk. Koproses merupakan salah satu metode kombinasi eksipien secara fisika untuk meningkatkan sifat fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi eksipien hasil koproses antara kitosan dengan sodium starch glycolate (SSG) dan mengaplikasikannya pada sediaan tablet mengapung. Eksipien koproses dibuat dengan mencampur kitosan 5% b/v dalam asam asetat 0,5 N dan SSG 5% b/v dalam akuades suhu 70°C dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 1:3. Campuran dikeringkan dengan double drum dryer. Eksipien koproses digunakan sebagai matriks pada tablet mengapung yang dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan sistem effervescent. Tablet mengapung juga dibuat dengan matriks kombinasi campuran fisik eksipien koproses dan HPMC dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 3:1. Hasilnya menunjukkan bahwa eksipien koproses kitosan-SSG memiliki daya mengembang yang lebih besar dari masing-masing maupun campuran fisik eksipien penyusunnya. Tablet dengan matriks eksipien koproses memiliki kemampuan menahan pelepasan obat selama 10 jam dan dapat mengapung selama 12 jam. Penambahan HPMC dapat meningkatkan kemampuan menahan pelepasan obat hingga 20 jam dan meningkatkan kemampuan mengapung tablet hingga lebih dari 24 jam.
ABSTRACT
Physical combination ofexcipients is more benefit than chemical one because it is more practical and needs less stages of regulatory during the development phase Co-processing is one of physical combination method to improve the functional characteristics of excipients. The aims of this research were to characterize excipient resulted from co processing chitosan with sodium starch glycolate (SSG) and to apply the excipient on floating tablet. The co-processed excipientwas made by mixing chitosan 5% w/v in acetic acid 0,5 N with SSG 5% w/v in 7o°C aquadest. The mixture was dried by double drum dryer. The co-processedexcipient was used as matrix in floating tablet prepared by wet granulation method and effervescent system. The floating tablet was also made with matrix of physical mixture combination of the co-processed excipient and HPMC in ratio 1:1, 2:1, and 3:1. The result showed that the co-processed excipient has greaterswelling capacity compared with both its individual and physical mixture of the comprising materials. The tablet with co-processed excipient matrix has ability to retard drug release for 10 hours and could float for 12 hours long. HPMC notonly could improve the ability to retard drug release for 2o hours but also improve+hofioat nti124h
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33143
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Purnamasari
Abstrak :
Sediaan mengapung multi unit famotidin dikembangkan untuk memperpanjang waktu tinggal obat di dalam lambung yang ditujukan untuk pengobatan tukak lambung. Formulasi beads mengapung ini dibuat dengan cara mendispersikan famotidin dan kalsium karbonat ke dalam campuran larutan natrium alginat dan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC). Larutan tersebut kemudian diteteskan ke dalam larutan 5% CaCl2 yang mengandung 10% asam asetat dengan menggunakan syringe needle dengan ukuran 22-G, 25-G, dan 27-G. Beads kalsium alginat terbentuk karena terjadinya gelasi ion dengan adanya ion kalsium, sedangkan gas karbon dioksida terbentuk karena terjadinya reaksi antara garam karbonat dengan asam asetat. Terbentuknya gas ini akan menghasilkan poros dan menyebabkan beads dapat mengapung. Pada penelitian ini, beads yang dihasilkan dapat mengapung selama lebih dari 24 jam. Beads dengan ukuran 22-G memiliki penjerapan dan daya mengembang terbesar. Persentasi penjerapan beads 22-G adalah sebesar 11,41% dan mampu mengembang hingga 4 kalinya. Namun sediaan yang dihasilkan tidak dapat dijadikan sebagai sediaan lepas lambat karena profil pelepasan obatnya yang sangat cepat. ......A multiple-unit-type oral floating dosage form of famotidine was developed to prolong gastric residence time, target peptic ulcer. The floating beads formulations were prepared by dispersing famotidine together with calcium carbonate into a mixture of sodium alginate and hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) solution. The resulting solution was dropped through 22-G, 25-G, and 27-G syringe needle into 5% CaCl2 solution containing 10% acetic acid. Calcium alginate beads were formed, as alginate undergoes ionotropic gelation by calcium ions and carbon dioxide develops from the reaction of carbonate salts with acetic acid. The evolving gas permeated, leaving pores, which provided the beads buoyancy. The result of this study, the prepared beads have excellent floating ability over period of 24 hours. The 22-G beads have the largest entrapment efficiency and swelling ability. The percent entrapment efficiency of 22-G beads was 11,41% and swelling up to 4 times. Nevertheless, these beads cannot be used as sustained release dosage form due to its rapidly in releasing drugs.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S788
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Fauziah
Abstrak :
Amoksisilin trihidrat memiliki waktu tinggal yang singkat di dalam lambung. Penghantaran obat dengan sistem mengapung dikembangkan agar sediaan dapat dipertahankan di lambung dalam waktu yang lama. Pada penelitian ini, disintesis hidrogel full-IPN kitosan-PNVP sebagai sediaan penghantar obat amoksisilin trihidrat dengan sistem mengapung yang mengandung agen pembentuk pori NaHCO3 dan CaCO3 dengan komposisi kitosan:PNVP 70:30 (% b/b), 2% asetaldehida 0,1 M, 1% inisiator amonium persulfat (APS), 1% MBA, waktu polimerisasi 0,5 jam, dan variasi konsentrasi 0%; 1%; 5%; 10%; dan 15% NaHCO3 dan CaCO3. Karakterisasi hidrogel dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR, dan mikroskop stereo optik. Pengujian yang dilakukan diantaranya adalah uji porositas, uji daya apung in vitro, efisiensi penjerapan serta pelepasan amoksisilin trihidrat pada pH 1,2. Hidrogel full-IPN NaHCO3 menunjukkan porositas yang lebih besar dengan waktu awal mengapung yang lebih singkat daripada hidrogel full-IPN CaCO3 dan keduanya dapat membuat matriks mengapung lebih dari 12 jam. Hidrogel full-IPN CaCO3 menunjukkan pola pelepasan yang terkontrol dan efisiensi penjerapan amoksisilin yang lebih tinggi daripada NaHCO3. Konsentrasi agen pembentuk pori yang menghasilkan penjerapan dan pelepasan amoksisilin trihidrat yang optimum dari matriks hidrogel yaitu 5% NaHCO3 dan 10% CaCO3.
Amoxicillin trihydrate has a short residence time in the stomach. Floating drug delivery systems were prepared to prolong the presence of the dosage form within the stomach at the desire period of time. In this research, full-IPN hydrogel chitosan-PNVP as carrier for floating drug delivery of amoxicillin trihydrate containing NaHCO3 and CaCO3 as pore forming agents were synthesized with the composition chitosan: PNVP 70:30 (% w/w), 2% acetaldehyde 0.1 M, 1% initiator ammonium persulfate (APS), 1% MBA, 0.5 hours of the polymerization reaction time, and variation of the concentration 0%; 1%; 5%; 10%; and 15% of NaHCO3 and CaCO3. The hydrogels and microcapsules were characterized by FTIR spectrophotometer and stereo microscope. The effect of pore forming agents on the porosity, in vitro bouyancy, drug entrapment efficiency, and in vitro release were investigated. Hydrogel which contained NaHCO3 showed higher porosity with shorter floating lag time than CaCO3 and both been able to make the hydrogels floating more than 12 hours. CaCO3 incorporated hydrogels showed controlled drug release profile and higher drug entrapment efficiency than NaHCO3. The concentration of pore forming agents which had an optimum drug entrapment efficiency and release were found at 5% NaHCO3 and 10% CaCO3 pore forming agents.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nungki Rositaningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Starch telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan encapsulasi untuk sistem penghantar obat. Namun begitu, hidrogel starch mudah terdegradasi selama proses metabolisme dalam perut. Modifikasi terhadap pati diperlukan untuk meningkatkan proses enkapsulasi obat dalam sistem penghantar obat, terutama untuk obat gastrointestinal. Dalam penelitian ini, disintesis tiga modifikasi hidrogel berbahan dasar starch yaitu hydrogel starch terikat silang, semi dan full interpenetrating polymer network IPN hydrogel menggunakan PVP. Hydrogel starch juga disintesis sebagai bahan pembanding. Karakterisasi biomaterial dalam paper ini adalah uji swelling, observasi dengan menggunakan mikroskop stereo, DSC, FTIR. Kemudian, digunakan amoxicillin untuk uji obat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa full-IPN memiliki karakteristik yang paling padat dan elastis,yang diikuti dengan semi-IPN, starch terikat silang dan starch hidrogel yang tidak termidifikasi diurutan terakhir. Namun, semi-IPN menunjukkan hasil yang lebih baik dalam implementasinya untuk aplikasi enkapsulasi obat. Hal ini ditunjukan dengan nilai efisiensi enkapsulasi obat dalam matrik hidrogel lebih tinggi dibandingkan dengan hidrogel pati termodifikasi lainnya dan hasil pengujian pelepasan obat dari matrik hidrogel semi-IPN lebih terkontrol
ABSTRACT
Starch has been widely used as an encapsulation material for drug delivery system. However, starch hydrogel is very easily degraded during metabolism in human stomach. Modification of this material is needed to improve the encapsulation process in drug delivery system, especially for gastrointestinal drug. In this research, three modified starch based hydrogels are synthesized i.e. crosslinked starch hydrogel, semi and full interpenetrating polymer network IPN starch hydrogel using Poly N Vinyl Pyrrolidone . Non modified starch hydrogel was also synthesized as a control. All of those samples were compared as biomaterials, floating drug delivery, and their ability in loading drug test. Biomaterial characterizations were swelling test, stereomicroscopy observation, Differential Scanning Calorimetry DSC , and Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR . Lastly, amoxicillin was used as test drug. Results of this research was shown that full IPN has the most dense and elastic texture, followed by semi IPN, Crosslinked, and Non modified in the last position. However, the semi IPN showed better results in the implementation of drug encapsulation applications. This was proofed by the efficiency of drug encapsulation within a hydrogel matrix was the highest in compared to other modified starch hydrogel and in drug release testing results of the semi IPN hydrogel matrix was controlled
2017
T47219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Adi Prasetyanto
Abstrak :
Sediaan mengapung granul hollow microspheres mulai dikembangkan untuk memperpanjang waktu tinggal obat di dalam lambung. Formulasi granul dibuat dengan cara mendispersikan siprofloksasin HCl dan etil selulosa serta HPMC dengan pelarut etanol dan diklorometana. Pendispersian disertai pemanasan suhu 40oC dan pengadukan. Penguapan pelarut menghasilkan rongga dan pori pada granul yang membuat densitas granul menjadi rendah. Dilihat pengaruh kombinasi perbandingan pelarut terhadap mutu dan kemampuan mengapungnya. Formula dengan perbandingan etanol dan diklorometana 1:1 dipilih untuk dijadikan tablet. Pembuatan tablet menggunakan metode kempa langsung. Hasil evaluasi tablet menunjukkan tablet mampu mengapung selama 12 jam dan kinetika pelepasan obat mengikuti orde nol dan mekanisme pelepasannya difusi Fickian.
The preparation of floating granules hollow microspheres were developed to extend the retention time of drug in stomach. The formulation prepared by dispersing ciprofloxacin HCl, ethyl cellulose, and HPMC with ethanol and dichloromethane. Dispersion process used heat 40oC with stirring. Evaporation of the solvent resulted cavities and pores inside the granules and made low density granules in the process. Formula with ratio ethanol and dichloromethane 1:1 has been chosen to be used as a tablet. The tablet was made using direct compression method. Buoyancy test and drug release tablet was evaluated. The result showed the tablet can float for 12 hours and followed zero order release kinetic and showed Fickian diffusion mechanism.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Rezki Pratiwi
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sediaan granul mengapung dengan sistem lepas terkendali menggunakan pregelatinisasi pati singkong propionat sebagai pembentuk matriks. PPSP dikombinasi dengan hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dengan konsentrasi tertentu, untuk mengoptimalkan kemampuannya menghambat laju pelepasan obat. Granul mengapung dibuat dengan sistem effervescent menggunakan metode granulasi basah, dan digunakan teofilin sebagai model obat. Berdasarkan evaluasi distribusi ukuran partikel digunakan granul ukuran 711-1180 µm sebagai sediaan. Formula PPSP dan HPMC (1:1) mampu mengembang sampai 428.86 % selama 4 jam. Formula itu mampu mengapung di dalam medium asam selama 48 jam, dan mampu menahan pelepasan obat selama 8 jam mencapai 39.63 % dengan mekanisme pelepasan obat melalui kombinasi antara proses difusi dan erosi. PPSP tidak dapat digunakan sebagai pembentuk matriks tunggal untuk menghambat laju pelepasan obat, sedangkan kombinasi penggunaan PPSP dan HPMC dapat digunakan untuk menghambat laju pelepasan obat.
This study is to investigate the characteristic of floating granules based on controlled release system using pregelatinized cassava starch propionate (PPSP) as the matrix forming. Pregelatinized cassava starch propionate was combined with Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) with certain concentration, to optimize its controlled release ability. The floating granules was prepared with effervescent system using wet granulation method, and theophylline was used as the drug`s model. Based on the granules distribution, floating granule`s size was 711-1180 µm. Combination between PPSP and HPMC (1:1) swelled until 428.86% for 4 hour. This formula buoyed in acid medium for 48 hours and released the drug for 39.63 % in 8 hours by mechanism of diffusion and erosion. PPSP cannot be used as single matrix former to control drug`s released, furthermore the combination between PPSP and HPMC can be used as the matrix former for controlled release dosage form.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32774
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>