Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viecky Mirsa Putri Betavani
"Introduction: Physical activity or exercise releases hormone called endorphins which have impact on hormonal regulation in our body. Endorphins acts as neurotransmitter and also non-specific analgesic and also have a role in gonadotropin-releasing hormone (GnRH) which directly control the secretion of LH and FSH that correlate with menstruation. This study was conducted to investigate the menstrual abnormalities in female students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia and whether there is correlation with physical activity level. Methods: The collection of the result from this study was using questionnaire for both physical activity and menstrual disorders. For assessing the physical activity level, we used International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). The questionnaire was distributed through social media due to work from home restriction during COVID19 pandemic. 188 participants are students from first until fifth year students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia. All the obtained data were analyzed by using IBM SPSS Statistics software. Results: There is no significant association between physical activity level (low, moderate, and high physical activity) and menstrual disorders which can be seen from the P value more than 0.05. Conclusion: Most prevalent physical activity level that female students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia have is low physical activity level. For the menstrual disorders, we proved that menstrual pain (dysmenorrhea) and menstrual blood loss is most prevalent. However, we found no significant association between physical activity level and menstrual disorders.

Pendahuluan: Aktivitas fisik mengeluarkan hoormon yang disebut endorphin yang memiliki pengarus pada regulasi hormon di tubuh manusia. Endorfin bekerja sebagai neurotransmiter dan analgesik yang tidak spesifik. Selain itu, endorfin didistribusikan ke otak dengan koonsentrasi terbanyak di hipotalamus dimana terdapat juga gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang mempunya peran untuk mengontrol sekresi LH dan FSH yang berperan dalam menstruasi. Studi ini dilakukan untuk menilai gangguan menstruasi dan hubungan dengan tingkat aktivitas fisik pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode: Pengambilan hasil data pada studi ini menggunakan kuesioner untuk menilai gangguan menstruasi dan tingkat aktivitas fisik yang menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Kuesioner ini didistribusikan melalui media sosial karena adanya peraturan physical distancing karena pandemi COVID19. Sebanyak 188 mahasiswi FKUI tingkat satu sampai lima menjadi subjek dalam studi ini. Hasil data yang diperoleh dianalisis menggunakan software IBM SPSS Statistics. Results: Dari studi ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara level aktivitas fisik (ringan, sedang, dan tinggi) dan gangguan menstruasi yang dibuktikan dari nilai P value lebih dari 0.05. Conclusion: Dari studi ini diketahui bahwa untuk level akticitas fisik prevalensi terbanyak pasa mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mempunyai tingkat aktivitas fisik yang rendah. Sedangkan untuk gangguan mentruasi prevalensi terbanyak pada dismenorea dan pendarahan pada menstruasi. Tetapi, tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik dan gangguan menstruasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Fauzi Triyoga
"Status gizi telah terbukti berpengaruh pada sistem hormonal tubuh, sehingga dapat pula menjadi faktor penting untuk berkembangnya gangguan menstruasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis gangguan menstruasi yang terjadi pada mahasiswi kedokteran Universitas Indonesia dan apakah status gizi berperan di dalamnya. Hasil penelitian dikumpulkan dari kuesioner yang disebarkan melalui media sosial pada April 2020. Penelitian ini diikuti oleh 188 mahasiswa, mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga tahun kelima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics dan menggunakan berbagai uji statistik. Indeks massa tubuh menunjukkan hubungan yang bermakna dengan gangguan frekuensi menstruasi (P <0,05). Lingkar pinggang terbukti tidak berpengaruh terhadap gangguan frekuensi menstruasi, dismenore, gangguan lama menstruasi, dan gangguan kehilangan perdarahan menstruasi (P> 0,05 untuk semua nilai). Status gizi abnormal berdasarkan IMT nampaknya relatif banyak terjadi pada mahasiswi kedokteran Universitas Indonesia dan gangguan menstruasi yang ditemukan sangat banyak adalah gangguan kehilangan darah menstruasi dan dismenore. Status gizi yang dijadikan indikator IMT ternyata berhubungan dengan gangguan frekuensi menstruasi.

Nutritional status has been proven to have an effect on the hormonal system of the body, thus it may also be an important factor to the development of menstrual disorders. This study was conducted to know the kinds of menstrual disorders that occur in female medical students of Universitas Indonesia and whether nutritional status plays a role in them. The results were collected from a questionnaire distributed through social media in April 2020. 188 students participated in the study, ranging from the first until the fifth year students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. The data were analyzed using IBM SPSS Statistics software and using various statistical tests. Body mass index showed one significant relation with menstrual frequency disorder (P < 0.05). Waist circumference was proven to not have any effects towards menstrual frequency disorders, dysmenorrhea, menstrual duration disorders, and menstrual bleeding loss disturbance (P > 0.05 for all values). Abnormal nutritional status using BMI seems to be relatively prevalent among female medical students of Universitas Indonesia and menstrual disorders that were found to be highly prevalent were menstrual blood loss disturbance and dysmenorrhea, 68,4% and 67.1% respectively."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library