Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Fadila Fahmi
Abstrak :
Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan disertai dengan degradasi lingkungan yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir, menghadirkan Fatty acid monoalkyl ester atau biodiesel sebagai salah satu sumber bahan bakar mesin diesel yang sustainable. Limbah minyak goreng merupakan salah satu pilihan tepat untuk menjadi prekursor utama dari biodiesel ini dengan asam laurat sebagai penyumbang komposisi asam lemak terbesar didalamnya. Asam laurat ini dapat diesterifikasi membentuk metil laurat  dengan bantuan katalis asam heterogen salah satunya adalah Metal Organic Frameworks (MOF) berbasis zirconium (Zr) dengan ligan BDC atau dikenal luas sebagai UiO-66. Semakin berjalannya waktu, kebutuhan akan peningkatan efektifitas dari katalis semakin besar sehingga ditemukan suatu cara meningkatkan aktivitas katalisis dari MOF salah satunya dengan cara penambahan suatu surfaktan capping agent seperti Cetyltrimethylammonium bromide (CTAB) ke dalam campuran sintesis. Pada penelitian ini, hasil karakterisasi volume pori akumulatif variasi UiO66 menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu dari tanpa penambahan (0,7199 cc/g) ke penambahan CTAB sebanyak 0,5 ekivalen (0,7312 cc/g). Meski luas permukaan BET menurun dari 1202.855 m²/g (tanpa CTAB) ke 1178.861 m²/g (dengan CTAB 0,5 ekivalen) performa katalisasi lebih baik pada UiO66 dengan penambahan CTAB 0,5 ekivalen dengan persen konversi sebesar 29,41% dan kadar methyl laurat sebesar 57,02% dibandingkan dengan UiO66 tanpa penambahan CTAB dengan persen konversi sebesar 29,01% dan kadar methyl laurat sebesar 45,04%. Secara keseluruhan, performa dari katalis UiO66 untuk mengkatalisasi reaksi esterifikasi asam laurat menjadi metil laurat lebih baik seiring dengan ditambahkannya CTAB pada saat sintesis. ......The excessive use of fossil fuels and environmental degradation that occurred in recent decades, has triggered the discovery of fatty acid monoalkyl ester as one of the sustainable source for diesel fuel. Waste cooking oil is preferably used to be the main precursor with lauric acid as the largest contributor to the fatty acid composition in it. lauric acid can be esterified to form methyl laurate with a presence of heterogeneous acid catalysts, which Metal Organic Frameworks (MOF) based on zirconium (Zr) with BDC ligand or widely known as UiO66 that playing role as one of the best of a kind. Hereinafter, the need to increase the effectiveness of the catalyst is getting further so that the addition of capping agent such as CTAB is found as an interesting procedure to be applied at. In this study, CTAB is added to the process with the results as the significant grow of accumulative pore volume  from 0,7199 cc/g (without the addition of CTAB) to 0,7312 cc/g (with the addition of 0,5 equivalent CTAB). Although the surface area of  BET decreased from 1202,855 m²/g (without CTAB) to 1178,861 m²/g (with CTAB 0.5 equivalent) the catalyst performance was better on UiO66 with the addition of CTAB 0.5 equivalent with a conversion percentage 29.41% and methyl laurate content 57.02%. This number is bigger compared to to UiO66 without the addition of CTAB with a conversion percentage 29.01% and methyl laurate content 45.04%. Overall, the performance of the UiO66 catalyst in this esterification reaction of lauric acid to methyl laurate was better with the addition of CTAB during the synthesis.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Andani
Abstrak :
Surfaktan merupakan bahan utama dalam pembuatan bahan pembersih dan kosmetik, seperti sabun, sampo, pasta gigi, pelembab kulit, dan pembersih muka. Berdasarkan bahan baku pembuatannya, surfaktan dapat dibedakan menjadi surfaktan petrokimia yang berasal dari gas dan minyak bumi, dan surfaktan oleokimia yang berasal dari minyak nabati. Surfaktan SLS merupakan salah satu jenis surfaktan oleokimia yang memiliki muatan negatif pada gugus antarmuka hidrofobiknya. Keunggulan Surfaktan SLS ini antara lain bersifat terbarukan (renewable resources) dan secara alami mudah terdegradasi. Surfaktan ini dibuat dengan mengunakan bahan baku minyak kelapa murni dan melalui proses sebagai berikut: reaksi transesterifikasi untuk mengkonversi minyak menjadi metil ester; pemisahan metil laurat dari metil ester; reaksi hidrogenasi metil laurat menggunakan katalis Ni; reaksi sulfatasi dengan menambahkan H2SO4; serta netralisasi dengan NaOH. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pemisahan metil laurat dari metil ester berdasarkan perbedaan titik leleh menggantikan pemisahan menggunakan kolom distilasi yang membutuhkan biaya besar; serta mendapatkan kondisi optimum yang meliputi suhu, laju alir gas hidrogen, dan persen berat katalis pada reaksi hidrogenasi metil laurat menggunakan katalis Ni untuk menghasilkan senyawa yang akan diproses lebih lanjut menjadi Surfaktan SLS analog. Pengujian terhadap produk hidrogenasi tersebut dilakukan dengan mengukur kemampuan menurunkan tegangan permukaan air serta menstabilkan emulsi minyak dalam air. Hasil penelitian menunjukkan kondisi operasi optimum rekasi hidrogenasi metil laurat terjadi pada suhu 270°C, laju alir gas H2 1 ml/s, dan 30% berat katalis. Kemampuan SLS analog yang dihasilkan mampu menurunkan tegangan permukaan air hingga mencapai 44,5 mN/m penambahan 25% berat sedangkan tegangan permukaan tanpa penambahan surfaktan adalah 74 mN/m. Berdasarkan hasil uji stabilitas emulsi minyak dalam air, surfaktan yang dihasilkan mampu menstabilkan emulsi selama 1.235 detik, atau dengan kata lain dapat menaikkan kestabilan emulsi hampir enam kali lipat lebih lama. ......Surfactant is known as a basic material in detergent and cosmetic manufacturing process, for products such as soap, shampoo, toothpaste, and facial foam. Based on its raw material, there are petrochemical surfactant which is produced from petroleum based material and oleochemical surfactant which is produced from natural based material. SLS surfactant is a type of surfactant which has a negative pole charge in its hydrophobic interface (hydrophobic surface-active). One major advantage of this surfactant is its renewable and degradable properties regarding environmental issue. This surfactant is made using coconut oil as raw material, the process are as follows: trans-esterification reaction to converse virgin coconut oil to methyl ester, followed by methyl laurate separation from methyl ester based on melting point difference (not distillation which has such a high production cost), methyl laurate hydrogenation by using nickel catalyst, sulfatation reaction, adding H2SO4, and neutralization by using NaOH. The goals of this research are to find out the effectivity of the separation based on different melting point between methyl laurate and methyl ester and to obtain the optimum reaction condition in aspects of several variables, such as temperature, hydrogen gas flow rate, and percent weight of catalyst in the hydrogenation reaction to produce substance as a based material for an analogue SLS surfactant. This research shows that the optimum operating conditions are 270°C of temperature, 1mL/s of H2 gas flow rate, and 30% wt of catalyst. Testing of these surfactants are done by measuring their ability to reduce the surface tension of water and stabilize the oil in water emulsion. Its results show that adding 25 wt % of surfactants has surface tension of 44.5 mN/m compared to 74 mN/m or pure water. Based on the stabilizing emulsion test, surfactants can stabilize emulsion for 1,235 seconds or six times longer than mixed oil-water without surfactant.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49680
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library