Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gretha Melani Towanda
"Unit Khusus Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Imigrasi yang memiliki tugas pokok khusus dalam pelayanan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) untuk Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI). Penempatan TKI ke berbagai negara tujuan penempatan ternyata didominasi dengan pilihan tujuan ke Negara-negara di wilayah Timur Tengah yakni 72,8% dari seluruh jumlah TKI yang ditempatkan bekerja ke luar negeri. Pemberangkatan CTKI sebelum didirikan Unit Khusus TKI ini dilaksanakan tidak hanya oleh Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKJ) yang mcrupakan perusahaan resmi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, tetapi juga diberangkatkan oleh calo/sponsor/maupun agensi bebas. Penempatan oleh orang per orang tersebut dikategorikan sebagai penempatan ilegal karena tidak mengikuti ketentuan perundangan yangberlaku yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia cq. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Mengingat penempatan CTKI tujuan Timur Tengah menyita jumlah yang dominan, dan terdapatnya penempatan secara ilegal, maka dilakukan usaha melokalisasi permasalahan untuk memudahkan pengamanan penempatan dan pemberangkatan TKI ke wilayah Timur Tengah, APJATI mengusulkan dibentuknya unit khusus dengan koordinasi ke Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) dan Pemerintah Arab Saudi. Usulan ini disetujui oleh Kemnakertrans dan Pemerintah Arab Saudi, yang kemudian ditindaklanjuti oleh APJATI ke Direktorat Jenderal Imigrasi dan didirikanlah Unit Khusus TKI yang menerbitkan SPRI khusus bagi TKI yang akan bekerja ke wilayah Timur Tengah. Keberadaan Unit Khusus ini dipandang penting karena selain untuk memudahkan pemberian pelayanan, koordinasi, juga sebagai bentuk pengawasan, dan pengarnanan guna menangkal kondisi penempatan TKJ secara ilegal. Dalam pelaksanaan pemberian Surat Perjalanan Republik Indonesia dimaksud, Unit Klmsus TKI telah berupaya untuk meningkatkan pelayanan dan pengamanmmya. Namun pada praktiknya di lapangan masih banyak ditemukan kendala dan permasalahan mengenai percobaan pemalsuan identitas dan dokumen para TKI dalam usahanya untuk mengajukan permohonan pembuatan SPRI. Berdasarkan data statistik yang ada, jumlah duplikasi identitas SPRI tertinggi seIndonesia terjadi di Unit Khusus TKL Permasalahan duplikasi data SPRI yang dominan terjadi pada data SPRI untuk TKI menandakan bahwa terdapat usaha tmtuk memperoleh SPRI baru dengan menggunakan berbngai cara meskipun TKI tersebut telah memiliki SPRI yang masih berlaku dan sah. Oleh karena itu peneiitian ini bertujuan untuk menemukan rumusan masalah mengenai bagaimana efektifitas Unit Khusus Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam menangani permasalahan pemaisuan identitas dan dokumen Tenaga Kerja Indonesia dalam upayanya untuk mendapatkan SPRI serta faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam penanganan permasalahdan pemalsuan identitas dan dokumen Tenaga Kega Indonesia dalam upayanya untuk mendapatkan paspor. Untuk mengukur tingkat efektifitas dimaksud, penelitian ini menggunakan metode campuran yang terdiri dari metode kualitatif dan metode kuantitatif, metode kualitatif melalui kegiatan wawancara mendalam dan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner untuk mendukung basil wawancara, T eori yang digunakan oleb penulis dalam penelitian ini adalah teori efektifitas organisasi. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa Unit Khusus Tenaga Kerja Indonesia (TKJ) belum efektif dalam menangani pennasalahan pemalsuan identitas dan dokurncn Tenaga Ketja Indonesia dalam upayanya untuk mendapetkan SPRJ.

Unit Khusus Tenaga Kerja Indonesia is a special technical working unit of Directorate General of Immigration which has its main duty in issuing passport specifically for Indonesia labours (TKI). The placement of TKI to destination countries is mainly dominated to countries in Middle East. Before Unit Khusus .TKI was established, the TKI was being sent not only by official company (PJTKI) based on Act No. 39 year of 2004, but also by illegal sponsor/free agent, or person per person. Placement done person per person is categorized as ilegal placement because this placement is not following the regulation defined by Indonesian Government cq. Ministry of Labours and Transmigration. Regarding that the placement to Middle East area is holding lots number of labor, and the occurrence of illegal placement, there was an effort by APJATI to localize problems to organize and secure the placement of TKI to Middle East area by establishing Unit Khusus TKJ. APJATI was giving the proposal of this establishment to the Ministry of Labours and Transmigration; the Government of Saudi Arabian, and Directorate General of Inm1igration. This proposal was approved and then the Unit Khusus TKI was established. Its existence is very important not only for giving excellent service to TKI, but also for doing coordination, monitoring, and securing the placement of TKI In doing its job, Unit Khusus TKI has made some efforts to improve its services and security. However) in practice, there are still obstacles and problems faced regarding to the identity and document frauds. Based on the statistics, the highest number of identity duplication happened in Unit Khusus TKL It means that there are efforts from the TKJ to obtain new passports with many ways even though they already have the valid one. Therefore, this study is aimed to find out how effective is Unit Khusus TKI in preventing the using of fraud identity and document when applying for Indonesian passport and what factors that become obstacles in preventing this identity and document fraud. To measure the said effectiveness, this study is using mixed method of qualitative (by doing depth interview with some informers) and quantitative (by questionnaire) methods. The theory used to explain this matter is Organizational Effectiveness. Based on the analysis, it can be summarized that Unit Khusus TKI is not effective yet in overwhelming the problems of identity and document fraud."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T33708
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Permata Sari
"Adanya peningkatan penetrasi pengguna internet, menunjukkan masyarakat yang semakin aktif dalam mengakses informasi dengan menggunakan alat elektronik. Hal ini menjadi pendorong perkembangan proses bisnis di berbagai bidang, salah satunya pada bidang pendidikan, yang dikenalnya istilah e-Learning. E-Learning adalah penyampaian secara online terhadap suatu materi pendidikan dan menggunakan teknologi informasi untuk tujuan belajar, mengajar, kapanpun dan di manapun. Untuk mendukung peningkatan fleksibelitas proses pembelajaran pada aplikasi e-Learning, terdapat faktor pendukung yaitu, teknologi, materi (pedagogis), dan pengguna/manusia (learner/teacher). Faktor pengguna (learner/teacher) erat hubungannya dengan sistem interaksi (Human Computer Interaction), salah satunya pada pengalaman pengguna (user experience) yang masih dinilai kurang. Sementara itu, faktor pengguna sebagai pengambil keputusan dalam menggunakan aplikasi dipandang unik karena memiliki keberagaman budaya, baik yang disebabkan oleh lingkungan maupun individu. Dengan demikian, peneliti melakukan penelitian terhadap user experience (UX) berdasarkan aspek budaya (dimensi lintas budaya) untuk dapat memberikan strategi peningkatan kualitas UX. Dengan menggunakan metode campuran, penelitian ini dikerjakan dalam dua tahap, yaitu (1) kualitatif, dengan tinjauan pustaka untuk menangkap aspek budaya yang kemudian divalidasi kepada pakar UX maupun budaya; dan (2) kuantitatif, dengan melakukan survei kepada responden pada suatu situs e-Learning. Batasan penelitian adalah pada aplikasi e-Learning SPADA Indonesia. Penelitian ini melibatkan 85 responden dan menunjukan hasil bahwa nilai pengukuran UX dari enam dimensi user experience questionnaire (UEQ) adalah di atas rata-rata, sedangan budaya pengguna menunjukan nilai grafik terjauh dari 19 dimensi lintas budaya adalah 1,55 pada dimensi budaya orientasi penghargaan. Nilai budaya ini menunjukan bahwa pengguna aplikasi cenderung mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu capaian yang telah dilakukan pengguna. Perolehan hasil korelasi terhadap 54 pemetaan antara UEQ dan dimensi lintas budaya, memperlihatkan tingkat hubungan adalah berkorelasi rendah pada dua pemetaan sedangkan lainnya hampir tidak ada korelasi. Adapun strategi peningkatan UX dikategorikan berdasarkan stakeholders SPADA Indonesia yaitu mahasiswa, dosen, dan pengembang. Peningkatan disusun secara teknis dan tidak tiknis, yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas diskusi, motivasi, aplikasi dan fasilitas pembelajaran online. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan 19 dimensi lintas budaya pada penelitian ini tanpa perlu melakukan pemetaan antara budaya dan UX atau melakukan perbaikan pada pemetaan antara budaya dan UX.

The massive of internet user penetration, shows that people are increasingly active in accessing information using electronic devices. It has become a driver of business process development in various fields, one of which is in the field of education, which is known as e-Learning. E-Learning is the online delivery of educational material and using information technology for the purpose of learning, teaching, anytime and anywhere. To support the increased flexibility of the learning process in e-Learning applications, there are supporting factors, namely, technology, material (pedagogis), and users/humans (learner/teacher). User factors (learner/teacher) are closely related to the interaction system (Human Computer Interaction), one of which is on user experience which is still considered to be lacking. Meanwhile, the factor of users as decision makers in using the application is seen as unique because it has cultural diversity, both caused by the environment and individuals. Thus, researchers conduct research on user experience (UX) based on cultural aspects (cross-cultural dimensions) to be able to provide UX quality improvement strategies. Using a mixed method, this research was carried out in two stages, namely (1) qualitative, with a literature review to capture cultural aspects which were then validated to UX experts and culture; and (2) quantitative, by surveying respondents on an e-Learning site. The limitation of the study is on the SPADA Indonesia e-Learning application. This study involved 85 respondents and showed the results that the UX measurement value of the six dimensions of the user experience questionnaire (UEQ) was above the average, while the user culture showed that the farthest value of the 19 dimensions cross cultures was 1.55 in the orientation orientation culture dimension. This cultural value shows that application users tend to expect an appreciation of the achievements that have been made by the user. The results of the correlation of 54 mappings between UEQ and cross-cultural dimensions, showed that the level of relationships was low correlated on the two maps while the other had almost no correlation. The UX improvement strategy is categorized based on SPADA Indonesia stakeholders, namely students, lecturers, and developers. Improvement is structured technically and not technically, which aims to improve discussion activities, motivation, applications and online learning facilities. Future studies can use 19 cross-cultural dimensions in this study without the need to do mapping between culture and UX or make improvements to the mapping between culture and UX."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
T52107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadea Fielare Dinullah
"Kopi menjadi salah satu jenis minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sebagian besar dari total resapan dalam negeri memang digunakan sebagai bahan baku kopi instan. Namun kenaikkan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini justru meningkat akibat perkembangan popularitas kedai kopi yang semakin pesat. Dengan kecepatan perkembangan yang luar biasa, bisnis kedai kopi menghadapi permasalahan baru, yakni kejenuhan yang dipicu oleh besarnya pertumbuhan kedai kopi namun tidak diiringi perluasan pasar. Penelitian ini menelusuri keterikatan konsumen sebagai solusi dari permasalahan tersebut menggunakan pendekatan keruangan. Secara spasial, penelitian ini mengidentifikasi karakteristik tempat serta konsumen agar dapat mengetahui pembentukan keterikatan antar keduanya. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan metode campuran hybrid yang mengkolaborasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara efektif sehingga dapat diketahui gambaran yang mendalam pada setiap unsur. Hasil yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif agar dapat dijelaskan secara menyeluruh. Penelitian menunjukkan bahwa dalam membangun keterikatan antar kedai dan konsumen, karakteristik fisik dan sosial kedai memiliki peranan yang berbeda terhadap konsumen. Secara umum bagi konsumen karakteristik fisik lebih berfungsi sebagai daya tarik bagi konsumen baru sedangkan karakteristik sosial lebih berfungsi sebagai daya tarik bagi konsumen yang telah datang untuk bertahan. Namun keduanya memiliki value yang sama penting dalam membangun keterikatan. Dengan kondisi tersebut, untuk membangun keterikatan konsumen terhadap kedai yang kuat pengelola harus mengetahui segmentasi konsumen yang berkunjung sehingga mampu merumuskan konsep dan strategi yang akurat bagi pasar yang spesifik.

Coffee is a beverage that is widely consumed by Indonesians. Most of the total domestic absorption is used as raw material for instant coffee. However, the increase that has occurred in recent years increased due to the rapid coffee shops growth. Now the coffee shop business is facing a new problem triggered by a tremendous pace of growth that was not responded to by market expansion. This study investigates further consumer attachment as a solution to these problems using a spatial approach. This study identifies the characteristics of the place and the consumers to know the attachment forming process between the two. To find out the characteristics, a hybrid mixed method is used to collaborates the quantitative and qualitative approaches effectively. And the results were analyzed using descriptive analysis. Research shows that in building attachment between coffee shops and consumers, the physical and social characteristics of the shops have different roles. Generally speaking, physical characteristics attract new consumers to come, while social characteristics make them comfortable so they come again in the future. However, both characteristics have the same value in the process of building a consumer attachment. Under these conditions, to build a strong consumer attachment to the shop, the manager must know exactly what consumer segmentation they are facing, so they could formulate accurate concepts and strategies for specific markets to produce efficient in-store operations."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dionisius Alvian Ariwibowo
"Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem terautomatitasi yang digunakan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan dalam menunjang proses di Rumah Sakit. Berdasarkan Pasal 3 (tiga) ayat 1 (satu) Permenkes No 82 tahun 2013, setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS. Walaupun pemerintah mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk menyelenggarakan SIMRS, nyatanya menurut data dari Kementrian Kesehatan tahun 2017 dari 2734 total Rumah Sakit yang terdapat di Indonesia, hanya terdapat 1423 (53%) Rumah Sakit yang memiliki SIMRS dan berfungsi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis pengimplementasian SIMRS yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja menggunakan Technology Acceptance Model yang telah dimodifikasi. Metode yang digunakan adalah metode campuran paralel konvergen.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 80,2% pengguna SIMRS memiliki pandangan yang baik terhadap pengimplementasian SIMRS. Pada analisis multivariat terhadap model yang dirumuskan peneliti, kualitas informasi merupakan determinan utama yang menentukan keinginan pengguna untuk menggunakan SIMRS. Hasil wawancara menunjukkan bahwa petugas RSUD Koja menerima pengimplementasian SIMRS dengan positif, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan. Desain sistem yang personal bagi setiap pengguna merupakan salah satu faktor utama yang membuat SIMRS dapat diterima dengan baik. Pengimplementasian SIMRS di RSUD Koja cukup baik dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan di Rumah Sakit.

Hospital Management Information System (HMIS) is an automated system that is used to record and report in supporting the process at the Hospital. Based on Article 3 (three) paragraph 1 (one) Minister of Health Regulation No. 82 of 2013, each Hospital is required to carry out HMIS. Although the government requires every hospital to hold HMIS, in fact according to data from the Ministry of Health in 2017 of 2734 total hospitals in Indonesia, there are only 1423 (53%) hospitals that have HMIS and function properly. This study aims to analyze the implementation of existing HMIS at the Regional Public Hospital Koja using a modified Technology Acceptance Model. The method used is a mixed convergent parallel method.
The results of univariate analysis showed that 80,2% of HMIS users have a good view of the quality and implementation of HMIS. In the multivariate analysis of the model formulated by the researcher, information quality was the main determinant that determines the users desire to use HMIS. The results of the interview indicated that the Koja Hospital staff had positively accepted the implementation of HMIS, although there were still some problems. Personal system design for each user is one of the main factors that makes HMIS well received. The implementation of HMIS in Koja Hospital was quite good and needs to be continued to improve the effectiveness and efficiency of services at the Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif
"Audience response system (ARS) sudah banyak berkembang dan digunakan untuk kebutuhan kegiatan pembelajaran dan terbukti membuat pelajar menjadi lebih terlibat dan inklusif dalam kegiatan pembelajaran. Nahtuh merupakan salah satu aplikasi ARS sedang dikembangkan untuk kebutuhan pembelajaran, tetapi masih di fase early stage dan membutuhkan penelitian agar dapat dikembangkan dengan lebih baik agar bisa digunakan di jenjang pendidikan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produk Nahtuh yang sekarang dan memberikan rekomendasi desain antarmuka alternatif untuk Nahtuh. Penelitian ini menggunakan pendekatan User-Centered Design, Nielsen's Ten Usability, dan teori Shneiderman’s Eight Golden Rules of Interface Design, untuk pengembangan desain. Penelitian ini melibatkan enam orang dosen, lima orang asisten dosen, dan 153 orang mahasiswa untuk berpartisipasi menyampaikan kebutuhan dan kesulitan yang dirasakan ketika berinteraksi dengan aplikasi Nahtuh. Fitur yang dikembangkan dalam penelitian ini berfokus ke aktivitas yang bisa dipake buat kegiatan pembelajaran, yaitu Pop! Quiz dan Quick Poll. Dari desain yang dikembangkan, diuji ke 10 orang partisipan yang mencakup asisten dosen dan mahasiswa. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode usability testing dan system usability scale (SUS). Dalam usability testing, partisipan diuji untuk menyelesaikan skenario tertentu baik asisten dosen maupun mahasiswa. Setelah melaksanakan usability testing, partisipan mengisi kuesioner SUS. Desain alternatif yang dikembangan mendapatakan rata-rata nilai SUS 82.5 atau A sesuai dengan pendapat Sauro dan Lewis (2016).

Audience response system (ARS) has been widely developed and used for the needs of learning activities and is proven to make students more involved and inclusive in learning activities. Nahtuh is one of the ARS applications being developed for learning needs, but it is still in the early stage and requires research so that it can be developed better so that it can be used at the higher education level. This study aims to evaluate Nahtuh's current products and provide alternative interface design recommendations for Nahtuh. This research uses the User-Centered Design approach, Nielsen's Ten Usability, and Shneiderman's Eight Golden Rules of Interface Design theory, for design development. This research involved six lecturers, five teaching assistants, and 153 students to participate in conveying the needs and difficulties felt when interacting with the Nahtuh application. The features developed in this study focus on activities that can be used for learning activities, namely Pop! Quiz and Quick Poll. From the design developed, it was tested by 10 participants including teaching assistants and students. Evaluation is carried out using the usability testing method and the system usability scale (SUS). In usability testing, participants are tested to complete certain scenarios, both teaching assistants and students. After carrying out usability testing, participants filled out the SUS questionnaire. The alternative design developed has an average SUS score of 82.5 or A according to the opinion of Sauro and Lewis (2016)."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library