Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rezia Octariana S
"Konsumsi baterai di Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin meningkat akan menyebabkan semakin banyaknya baterai bekas yang dibuang ke lingkungan. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran logam berat, selain itu batu baterai bekas pakai mengandung komponen-komponen yang masih mempunyai nilai ekonomis tinggi. Berdasarkan pemikiran di atas maka dirasakan perlu dilakukan upaya daur ulang batu baterai bekas pakai sebagai salah satu upaya penanggulangan pencemaran lingkungan sekaligus untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.
Salah satu altematif proses daur ulang batu baterai bekas pakai adalah untuk mendapatkan kembali logam seng yang terkandung di dalamnya dengan metode leaching dan electrowinning, Metode leaching bertujuan untuk melarutkan logam yang terkandung dalam batu baterai bekas pakai tersebut dengan jalan melarutkannya dengan asam, di sini asam yang digunakan adalah asam sulfat. Sedangkan metode electrowinning bertujuan untuk mendapatkan logam dari suatu larutan ruah yang kaya akan ion logam sebagai hasil dari proses leaching dengan menerapkan prinsip elektrolisa. Sebanyak kurang lebih 54% berat batu baterai bekas pakai yang berupa serbuk campuran logam yang mengandung logam seng kurang lebih 14% dapat diproses dengan metode tersebut.
Pada metode leaching, perubahan tingkat rasio padatan/cairan (rasio P/C)dari 1 : 5 sampai 1 : 75 akan meningkatkan persentase seng terekstraksi dimana didapatkan variabel dengan persentase ekstraksi maksimum pada rasio P/C l : 25. Penambahan waktu leaching dari 7 menit sampai 6 jam tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan persentase eksrraksi. Persentase ekstraksi maksimum tercapai pada waktu leaching 15 menit. Variabel konsentrasi H2SO4 yang akan membedakan persentasi ekstraksi maksimum adalah 1 M, di mana kenaikan konsentrasi H2SO4 dari 0,2 M akan menyebabkan persentase seng terekstraksi meningkat sampai titik tersebut dan kemudian menurun sampai konsentrasi 2,5 M.
Pada proses electrowinning, semakin lama waktu electrowinning, maka jumlah yang terdeposisi pada katoda akan semakin meningkat, namun efisiensi penggunaan arus yang diberikan semakin kecil sehingga nilai konsumsi energi terus bertambah. Selain itu, pada peningkatan lama waktu electrowinning terjadi penurunan tingkat kemurnian logam seng yang dihasilkan. Variabel waktu electrowinning dengan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 20 menit. Sedangkan yang menghasilkan nilai efisiensi arus yang paling besar dengan nilai konsumsi energi terendah dan kemurnian terbesar adalah 5 menit.
Peningkatan nilai rapat arus akan mengakibatkan kenaikan jumlah seng yang terdeposisi sampai pada batas tertentu, namun hal ini diikuti dengan penurunan efisiensi arus yang mengakibatkan nilai konsumsi energi menjaid semakin besar. Kemurnian seng terdeposisi akan menurun sejalan dengan ditingkatkannya rapat arus. Pada variasi rapat arus, nilai yang akan menghasilkan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 0,4 A/cm², sedangkan yang menghasilkan efisiensi arus maksimum, konsumsi energi terkecil dan kemurnian terbesar adalah 0,2 A/cm².
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kembali logam seng berupa serbuk sampai sebanyak 4,16% dan berupa lempeng sebanyak 23,52% dari ekseluruhan berat batu baterai bekas pakai."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Resya Hidayatullah
"Penggunaan telepon genggam sekarang ini sudah mcnjadi sesualu yang sangat umum dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya penggunaan lelepon genggam menyebabkan timbulnya limbah benlpa baterai telepon genggam, diantaranya adalah baterai lithium-ion. Pada baterai lithium-ion terdapat kandungan logam kobalt dalam jumlah yang cukup besar, sehingga proses pengambilan kembali logam kobalt dari limbah baterai lithium-ion dapat menghasilkan logam kobalt dalam jumlah yang cukup signifikan.
Metode ekstraksi cair-cair dapat digunakan untuk proses pengambilan kembali logam kobalt dari limbah baterai lithium-ion. Metode pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan koefisien dislribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa (fasa akuatik dan organik) dan tidak saling bercampur. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kemampuan ekstraktan Cyanex 272 [bis (2,4,4,-trimerhylpeniyl) phosphinic acid] dalam proses pengambilan kembali logam kobalt. Cyanex 272 merupakan ekstraktan yang sering digunakan dalam proses pengambilan kembali logam kobalt.
Percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah proses leaching limbah baterai lithium-ion dengan menggunakan HCI, dan proses ekstraksi larutan hasil leaching menggunakan Cyanex 272 dengan pelarut kerosin. Variasi yang dilakukan dalam proses leaching adalah konsentrasi HCI, waktu leaching, rasio solid/liquid, dan temperatur. Variasi yang dilakukan dalam proses ekstraksi adalah variasi pH fasa akuatik, konsentrasi ekstraktan, dan waktu.
Larutan yang didapat dan masing-masing proses di atas dianalisa dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) sehingga kita dapat mengetahui komposisi kobalt pada larutan hasii leaching dan larutan basil ekstraksi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapat nilai optimum untuk proses leaching pada konsentrasi HCI 4M, waktu kontak 150 menit, rasio solid/liquid sebesar 1/100, dan temperatur leaching 80°C. Pada kondisi optimal ini didapat nilai persentase leaching kobalt sebesar 91.55% dan alumunium sebesar 99.99% Pada proses ekstraksi proses ekstraksi didapat nilai optimum pada pH fasa akuatik sebesar 6, konsentrasi ekstraktan 0.08M, dan waktu kontak 30 menit. Pada kondisi optimal ini didapat nilai persentase ekstraksi kobalt sebesar 84.15% dan alumunium sebesar 66,63%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library