Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pola percabangan ranting bambu apus [Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultes) Kurz.] di alam. Penelitian dilakukan di kawasan rumpun bambu Kebun Raya Bogor dan Laboratorium Biologi Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI Depok. Nodus ranting G. apus diamati secara makroskopis dan mikroskopis. Dari 20 sampel ranting pada pengamatan makroskopis, hanya nodus kedua sampai nodus kelima dari masing-masing ranting, yang digunakan untuk penghitungan jumlah mata tunas. Berdasarkan penghitungan, jumlah mata tunas bervariasi, yaitu 1, 2 dan 3. Nodus ketiga ranting diketahui memiliki jumlah mata tunas terbanyak dan digunakan sebagai acuan pengambilan sampel pembuatan sediaan histologis melalui metode parafin dengan pewarna seri safranin-fast green. Berdasarkan pengamatan mikroskopis sayatan melintang (cross section) dan memanjang (long section) nodus ketiga ranting, terlihat bahwa dari nodus bagian basal mata tunas pertama (tunas primer), dapat terbentuk mata tunas kedua dan ketiga (tunas sekunder). Adapun asal pembentukan kedua mata tunas sekunder tersebut, tidak berasal dari nodus yang sama. Dengan demikian, branch complement pada ranting G. apus di alam adalah berasal dari satu tunas primer yang nodus basalnya mampu membentuk tunas sekunder. Sehingga diketahui tipe branch complement pada ranting G. apus adalah unrestricted monoclade. Selanjutnya, berdasarkan asal pembentukan branch
iii
Pola percabangan..., Saifudin, FMIPA UI, 2007
iv
complement tersebut, dapat pula diketahui bahwa pola percabangan pada ranting G. apus di alam adalah pola percabangan tunggal (single branching)."
Universitas Indonesia, 2007
S31524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimi
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencekokan minuman Aloe vera L. terhadap histologis pankreas Mus musculus L. jantan galur DDY yang diinduksi aloksan. Penelitian menggunakan 24 ekor mencit yang dibagi dalam 6 kelompok 4 ulangan, yaitu: kelompok normal (KK1); kelompok kontrol aloksan (KK2); kelompok kontrol nata tawar (KK3); kelompok perlakuan nata manis (KP1); kelompok perlakuan air gula jagung (KP2); dan kelompok perlakuan campuran nata manis dengan air gula jagung (KP3).
Pencekokan dilakukan setiap hari selama 14 hari dengan dosis 10 ml/kg bb. Pada hari ke-15, mencit dikorbankan dan organ pankreas diisolasi, kemudian dibuat sediaan histologi metode parafin. Data rerata jumlah sel b pankreas dan diameter pulau Langerhans mencit adalah sebagai berikut: KK1 (118,08 ± 24,42), (163,03 ± 18,60) mm; KK2 (63,37 ± 4,73), (132,70 ± 8,93) mm; KK3 (76,85 ± 13,48), (139,58 ± 11,26) mm; KP1 (88,42 ± 2,51), (146,83 ± 1,21) mm; KP2 (59,61 ± 16,84), 134,47 ± 10,19) mm; KP3 (79,56 ± 17,83), (138,86 ± 18,10) mm.
Hasil uji LSD (a=0,05) menunjukkan adanya perbedaan bermakna jumlah sel b pankreas antara KP1 dengan KK1 dan KK2, namun tidak terhadap diameter pulau Langerhans. Dengan demikian, pencekokan minuman A. vera dosis 10 ml/kg bb selama 14 hari memberikan perbaikan terhadap jumlah sel b pankreas hanya pada mencit yang dicekok dengan nata manis (KP1), sedangkan diameter pulau Langerhans tidak terjadi perbaikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library