Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silaban, Dorna Yanti Lola
"Latar Belakang: Diabetes melitus DM merupakan penyakit epidemik yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di seluruh dunia. Jumlah penderita DM ini diperkirakan akan mencapai 552 juta orang pada tahun 2030. Kadar glukosa darah KGD yang tidak terkontrol merupakan penyebab terjadinya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler sehingga meningkatkan angka morbiditas, mortalitas dan lama rawat inap. Terapi medik gizi klinik adekuat dan sesuai dengan kondisi klinis pasien dapat mencegah, memperlambat dan memperbaiki komplikasi akibat DM.
Metode: Pasien serial kasus dengan diagnosis DM tipe 2 disertai berbagai komplikasi, berusia 48 ndash;71 tahun. Satu dari empat pasien mendapatkan nutrisi melalui nasogastric tube NGT , dan sisanya melalui oral. Terapi medik gizi diberikan pada keempat pasien sesuai dengan kondisi klinis masing-masing. Pemberian karbohidrat disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan dosis insulin yang diperoleh pasien. Pemberian protein disesuaikan dengan fungsi ginjal masing-masing pasien.
Hasil : Keempat pasien mengalami perbaikan keadaan klinis antara lain luka pada kaki, sesak napas hilang, edema dan asites berkurang, ureum dan kreatinin membaik. Kasus pertama, kedua dan keempat mengalami perbaikan pada kadar glukosa darah, sedangkan kasus ketiga KGD masih tetap tinggi pada saat keluar dari RS. Keempat pasien pulang ke rumah dengan kondisi membaik.
Kesimpulan: Terapi medik gizi klinik yang adekuat untuk mengontrol KGD dapat membantu memperbaiki keadaan klinis dan mencegah perburukan pada pasien DM tipe 2 dengan berbagai komplikasi.

Background: Diabetes mellitus DM is an epidemic disease that is increasing year by year around the world. The number of DM patients is estimated 552 million people by 2030. Uncontrolled blood glucose level is one of the cause of macrovascular and microvascular complications that may increase morbidity, mortality and length of hospitalization. An adequate nutrition therapy in accordance with the clinical condition of the patient may help to prevent, delay and improve the complications due to DM.
Methods:All patients in these case series were diagnosed with type 2 DM accompanied by various complications, aged 48-71 years. One in four patients was administered nutrition through tube feeding, and the rest through oral. Nutrition therapy was given to all patients according to their clinical conditions. Carbohydrate was adjusted to the patient 39;s needs and the dose of insulin obtained by the patient. Protein administration was adjusted for each patient 39;s renal function.
Result:Four patients experience of improving of clinical conditions, such as breathlessness, reduced edema and ascites, decreased urea and creatinine levels. The first, second and fourth cases improve in blood glucose levels, while the third case remains to have high blood glucose level at the time of discharge. While all patients discharge from hospital with better condition.
Conclusion: An adequate clinical nutrition therapy to improve glycemic control is needed to improve clinical conditions and prevent deterioration in patients with type 2 DM with various complications.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Sunardi
"Studi kasus serial ini bertujuan untuk menganalisis tatalaksana nutrisi yang adekuat pada pasien diabetes melitus (DM) dalam mencegah, memperlambat dan memperbaiki komplikasi kronis dengan memberikan tatalaksana nutrisi sesuai kondisi klinis, laboratoris dan status gizi pasien. Hiperglikemia kronis terkait dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan gagal organ, khususnya mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. Tatalaksana kadar gula darah yang baik dapat menurunkan risiko, menunda onset, dan menurunkan tingkat keparahan dari komplikasi kronis. Komplikasi kronis dari DM terbagi dalam dua kategori, yaitu komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular.
Ke-empat kasus yang dipaparkan merupakan pasien DM berusia 37-64 tahun yang menderita DM dengan komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Pemberian kalori pada pasien-pasien kasus serial ini dihitung dengan menggunakan rumus Harris Benedict. Protein diberikan sesuai ada tidaknya nefropati dan tingkat nefropati. Pemberian lemak 25% dari total kalori dengan komposisi sekitar SAFA 7%, PUFA 8% dan MUFA 10%. Kombinasi tatalaksana nutrisi sesuai kebutuhan bersamaan dengan pemberian insulin atau obat antidiabetes mampu mengontrol kadar gula darah mendekati normal. Pemberian protein sesuai dengan kemampuan fungsi ginjal mampu mengontrol kadar ureum dan kreatinin dengan status gizi pasien tetap terjaga.
Kesimpulannya : Penatalaksanaan nutrisi pada pasien DM harus bersifat individual, untuk mempertahankan status kesehatan dan memperlambat, bahkan menghindari timbulnya komplikasi DM. Tatalaksana nutrisi harus di-evaluasi secara berkala sesuai dengan kondisi klinis pasien.

This case serial study is aim to know the effect of adequate nutrition therapy on diabetic mellitus patient in preventing, slowing and overcome chronic complication. Nutrition therapy was according to their clinical condition, laboratory and nutrition status. Chronic hyperglycemia is related to long term organ damage, organ dis-function and failure. This is especially affect the eye, kidney, nerve, heart and vascular. Glucose control near to normal range will be able to decrease the risk, onset and morbidity of chronic complication. Diabetic chronic complication is divided into two categories, macrovascular and micro-vascular.
The four diabetic mellitus patients in this case series were 37 to 64 years old with macro-vascular and micro-vascular complication. Calories for these patients were calculated using Harris Benedict equation. Protein was given according to kidney function and if there is nephropathy, then protein was given according to the level of nephropathy. Lipid were provided 25% from total calories, with a composition around 7% of SAFA, 8% PUFA and 10% MUFA. A combination of nutrition therapy and insulin or oral anti-diabetic drugs is able to maintain glucose control near to normal range. Protein provision according to kidney function was able to control urea and creatinine level along with maintaining nutrition status.
Conclusion : Nutrition therapy in diabetic patient must be prescribe individually, according to anamnesis, physical examination, laboratory finding and other supporting examination. Nutrition therapy is targeted to maintain health status, to slowdown, and hopefully to prevent diabetic complication. Nutrition therapy must be evaluated periodically according to patient clinical status.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library