Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusup Rosidin
Abstrak :
Tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan sebagai salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan baru yang disebut Paradigm Seha! sebagai realisasi konsep organisasi kesehaum dunia World Health Assembly (WHA) dalam rangka upaya memperbaiki kinelja dari sistem kesehatan. sejalan dengan prinsip dan nilai-nilai pada Health for All 2000, stmtegi pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2001 rncnitik beratkan upayanya terhadap profesionalisme dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas dan professional. Masalah kesehatan di Kabupaten Karawang adalah tidak tercapainya target program pelayanan kesehatan ibu hamil (cakupan ANC Kl,K4 dan cakupan persalinan olch tenaga kesehatan) mempakan indikator rendahnya kinelja bidan di desa Tujuan penclitian ini adalah untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan kinerja bidan di desa Kabupaten Karawang tahun 2001 serta untuk mengetahui determinan falctor variabcl independen dalam menentukan kinerja bidan di desa. Penelitian ini mcnggunakan metoda deskri1ii£_Analisis dilaksanakan dcngan rancangan ?crass sectional? Populasi penelitian adalah bidan yang ditempatkan di _desa, berjumlah 277 orang. Sampel penelitian adalah seluruh bidan di dcsa (total sampel) namun yang berhasil di data sebanyak 267 orang. Pcngumpulan data dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Juli tahun 2001. Analisis data meliputi analisis univariat, dengan membuat disuibusi Iiequensi masing-masing vadabel, analisis bivariat dengan membuat tabel silang antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan analisis multivariat mclalui uji rcresi logistik ganda dengan kriteria kemaknaan p<0,05, Hasil penelitian menunjukan, proporsi kelompok responden, yang memiliki kinetja lcurang lebih besar dibanding responden yang memiliki kinetja baik. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa variabel umur, status perkawinan, pengalaman ketja, penghasilan tambahan dan supervisi_ memiliki hubungan bcnnakna dengan kinetja bidan di desa. Bidan yang berumur <28 tahun cenderung berkinerja kurang 8,3 kali lebih besar dibanding umur 328 tahun,. Bidan yang bclum kawin cenderung berkinetja kurang 7,3 kali lebih besar dibanding yang sudah kawin, Bidan yang kurang berpengalaman cendemng berkineljia kurang 6,1 kaii Iebih besar dibanding yang berpengalaman, Bidan yang berpenghasilan tambahan rendah cendenmg berkinetja kurang 13,6 kali lebih besar dibanding yang berpenghasilan tambahan tinggi. Bidan yang mendapat supewisi kurang cendenmg berkinezja kurang 3,5 kali lebih besar dibanding yang mendapat supetvisi baik. Hasil analisis multivanat menunjulcan bahwa vaxiabel umur, penghasilan tambahan, dan supcrvisi mempakan determinan faktor yang dapat menentukan hubungan variabel bebas dengan kinetja bidan di desa setclah dikontrol variabel status pcrkawinan, pengalaman kerj; sarana dan ])I'ZS3I'3.l13., Serta pelatihan dan dukungan masyarakat. Dengan diketahuinya faklor-faktor yang berhubungan dcngan kinerja bidan di dcsa, maka dapat difommulasikan saran-satan sebagai berikut 1 Bagi pengelola program; perlu dibuat kebijakan tentang persyaratan batasan umur dan penglaman ketja dalam penempatan bidan di desa serta wajib praktek magang di rumah sakit atau puskesmas bagi bidan sebelum ditempatkan di desa. Bagi puskesmas dan dinas kesehatan; perlu pcmbinaan intensif melalui supervisi terhadap bidan yang memilfki kinerja kurang Peningkatan SDM perlu pelatihan serta pcmbetian reward dan punishrnan melalui evaluasi yang terencana, kondusif dan berkesinambungan. Bagi bidan; perlu meningkatkan sosialisasi di masyatakat serta memanfaatkan peran aktif dukun bayi melalui program kerja sama tcrpadu yang hannonis dan saiing menguntungkan. Bagi Instjtusi pendidikan; pcrlu pcngkajian ulang tentang struktur program mata ajaran kegawatdamratan kebidanan scrta sikap dan perilaku bidan di masyarakat. Bagi peneliti lain perlu penelitian yang lebih akurat dan lebih baik tentang kinetja bidan di desa. ......Materral and neonatal rate is health degree indicator of a country, and it is high rate in Indonesia made government the new policy which called ? Health Paradigm ? to improve health system perfomance. Related with the princip and the value of Health For All 2000, the health development stategy to health Indonesia' 2001 considers more its Effort to professionalism in increasing the quality of the health hiunan resources which are quality and professional. The health problem in Karawarig regcncyis not gotten the target of pregiant health service program ( including ANC K1, K4 and delivery service coverage by the health ofiicers mentioning) an indicator as low service done by midwives in the village. This research objective is to End out the relationship of tice variable with midwives perfomance in village of Karawang regency 2001 and also to know independent variable factor determinant to detemaine the midwives perfomance in village. This research used descriptive method. The analysis is done with the assumption of ? cross sectional " research population is using midwives which are placed in village are 277. Research sample is all midwive in village but just 267 are successfully recorded as data. The data collection is started in june until july 2001. Data analysis including univariate, analyis by making frequency distribution of such variable, bivariate analysis by making cross table between dependent and independent variable, and making logistic regression analysis to get the odd ratio, the last is multivariate analysis by multiregression logistic test with p value (p<0,05). The research result shows, that respondence group proportion, which have less perfomance bigger comparing than the respondence which have good perfomance. Bivariat analysis result shows that age variable, marital status, job experrence, additional income and supervision have communicative relationship with the midwives performance in the village. The risk midwive less that 28 ages tend performing less 8,3 times bigger than lessequal 28 age, unmarried midwive tends performing less 7,3 times bigger than married ones, less experienced midwive tendes perfonnancing less 6,1 times bigger comparing than the experinced ones, the low additional income midwive tends performing less 13,6 times bigger than high additional income less supcrviedlmiclwivc tends performing less 3,5 times bigger than the ones got good supervision. Multivariate analysis result shows that age variable, additional income, and supervision is determinant factor which can decide lice variable relationship with midwives perfomiing in village after they are controlled by marital status variable,job experience, facility and pre facility, and then training and social support. By being known factors which correlated with midwives perfomiance in village, can be formulated suggestion as follows. For the program keepers are necessarily made policy about age limitation and job experience requimment in placing midwives in village and they are obliged to training practice in the hospital or clinic for midwives before they are placed in village, For clinic and 'health oiicers, needs intensive improvement trough supervision to midwives who have less perfonnance. Human resources improvement needs training and giving rewards and punisment trough plarmed condusive and successive evaluation, For midwives; needs social improvement in society and uses active role for tradiad bitt attendant trough, cooperative program wich is harmoning and mutual profot. For educational institution; needs referation review about structur of rnidwiveness first aids program and midwives and behavior in sociaty. For another reseorder needs reseach wich is more accurate and better about perfomiant in village.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T6437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roida Nugraha Magdalena
Abstrak :
Badan Kesehatan Dunia (WHO), 1995 memperkirakan sebanyak 1,4% kematian di seluruh dunia disebabkan kekurangan vitamin A (KVA). Prevalensi buta senja pada wanita hamil di Afganistan tahun 2003 sebesar 3,80%. Di daerah kumuh perkotaan di Makassar, hampir 10% dari ibu tidak hamil mengalami rabun senja. Salah satu upaya untuk mencegah KVA pada bayi (0-6 bulan) dan ibu nifas adalah dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Cakupan kapsul vitamin A ibu nifas masih belum optimal di beberapa negara_ Hal ini dapat dilihat seperti Nepal (2002) scbesar 52%, di Tanzania (2004) sebesar 29,40%. Cakupan vitamin A ibu nifas untuk nasional tahun 2003 adalah 50,76%, dan Kabupaten Batang Hari sebesar 37,45% (2004). Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktoi internal dan ekstemal bidan dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Rancangan penelitian yang Cligunakan adalah cross seclional, dengan sampel sebanyak 113 bidan, yang dilaksanakan di Kabupaten Batang Hari dari Pebruaxi sampai April 2006. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian sendiri kuesioner terstruktur oleh bidan, meliputi variabel pengetahuan, sikap, masa kezja, insentif, supervisi, geografi, dan ketersecliaan kapsul vitamin A dosis tinggi, sedangkan variabel pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas diperoleh dari penelusuran dokumen. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat (chi square), dan multivariat (rcgresi Iogistik). Kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif untuk mendukung hasil penelitian kuantitatif terutama pada variabel pengetahuan, sikap, insentit§ supervisi, dan geografi. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi bidan yang memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas sebesar 48,67%. Hasil wawancara mendalam dengan bidan diketahui alasan lidak memberikan kapsul vitamin A pada ibu nifas adalah faktor kelupaan. Hasil uji bivariat menunjukkan ada empat variabel yang berhubungan secara statistik (p<0,05) yaitu masa kerja., insentifl supervisi, dan geografi. Faktor-faktor lainnya yaitu pengelahuan, sikap, dan ketersediaan kapsul vitamin A tidak berhubungan secara statistik dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Hasil uji multivariat menunjukkan ada tiga variabel yang berhubungan sccara statistik dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas yaitu masa kerja (OR: 0,23), insentif (OR: 10,78), dan supervisi (OR: 24,55). Dari ke tiga variabel tersebut dapat disimpulkan variabel yang paling domjnan adalah supervisi. Mengingat cakupan pemberian kapsul xitamin A pada ibu nifas masih rendah perlu disarankan kepada dinas kesehatan dan kepala puskesmas untuk menyusun perencanaan supervisi yang terjadwal dan terukur, sasaran supervisi tcrutama kepada bidan dengan masa kerja Iama, dengan didukung pemberian insentif baik finansial maupun non Hnansial kepada bidan mengenai cakupan kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Selain itu juga disarankan untuk memperbaiki cara supervisi yaitu lebih bersifat memberikan bimbingan dan nasehat. ......World Health Organization (1995) estimated that 1,4% of all deaths worldwide were due to vitamin A deficiency. Prevalence of night blindness among pregnancy women in Afganisthan was 3,8% (2003) and in Indonesia likes in urban slums of Makassar almost 10% non-pregnant mother had night blindness. One of three basic strategies, in order to combat vitamin A deficiency among postpartum women was vitamin A supplementation. The' coverage of vitamin A capsule postpartum wasn’t optimal yet in several countries, likes Nepal (2002) was 52%, Tanzania (2004) was 29,4%. In Indonesia (2003) the coverage was around 50,76%, and for Batang Hari (2004) was 37,45%. Therefore, this study aim to find the correlations between Midwives Internal and External Factors with Distribution Vitamin A Capsule to Postpartum Women in Batang Hari District. This study used cross sectional design, and was conducted in Batang Hari District fiom February-April 2006. Respondents are 113 midwives who worked in Batang Hari District. Data was obtained through self-administrated by using structured questionnaires including knowledge, attitude, period of work, incentive, supervision, geography, and the supply of vitamin A capsule. Distribution of vitamin A capsule to postpartum women was collected by checking document. Data was analyzed through tmivariatc, bivariate using chi-square test, and multivariate using logistic regression test. This study also used qualitative research to support quantitative research especially for knowledge, attitude, incentive, supervision, and geography. This study found that the proportion of midwives who distributed vitamin A capsule to postpartum women was 48,67%. From indepth interview was known that the reason for not giving vitamin A capsule was forgotten. Bivariat analysis showed that there were four variables that significantly associated to distribution of vitamin A capsule to postpartum women (p<0,05), i.e period of work, incentive, supervision, and geography. The multivariate analysis showed that there were three variables that significantly related, i.e period of work (OR: 0,23), incentive (OR: l0,78), and supervision (OR: 24,55). Supervision was the most dominant variables Considering the low coverage of distribution vitamin A capsule to postpartum women by midwives, it is suggested for those as district health office and health centre services, to provide guideline and continuously supervision, to give good supervision with giving more conselling. especially to midmive who had worked for along-time, and to give incentive (financial or nonfinancial).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T31592
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Coad, Jane
Philadelphia: Elsevier , 2005
618.202 31 COA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edinburgh: Churchill Livingsotne , 1989
618.2 MYL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edinburgh: Churchill Livingstone, 1996
618.2 MYL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Hermijanti Gunawan
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan karena masih langkanya informasi tentang perilaku konsumen dukun bayi dan konsumen bidan, khususnya didaerah perkotaan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang karakteristik dan perilaku pengguna jasa pelayanan dukun bayi terlatih dan bidan di daerah perkotaan, khususnya di Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Juga sejauh mana perbedaan perilaku konsumen tersebut terhadap antenatal care, postnatal care, keluarga berencana dan immunisasi, serta keterkaitannya dengan sosio-demografi yang melatar belakanginya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, DKI Jakarta, bulan Februari-Maret 1983. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan cross Sectional, dengan unit analisis adalah ibu-ibu yang dalam kurun waktu satu tahun (Nopember 1991 s/d Oktober 1992) menggunakan jasa pelayanan dukun bayi ataupun bidan dari Klinik Keluarga Pisangan Baru, sebanyak masing-masing 40 responden. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan tehnik analisis distribusi frekuensi, uji Chi Square, dan t-test. Hasil penelitian mendapatkan bahwa daerah penelitian termasuk salah satu daerah terpadat di ibu-kota, yang umumnya dihuni oleh golongan masyarakat dengan sosio-ekonomi lemah, dengan kondisi tempat tinggal serta lingkungan yang sangat memprihatinkan. Di daerah tersebut terdapat banyak fasilitas kesehatan, namun belum dapat menjangkau seluruh masyarakat disekitarnya, terutama dari segi pembiayaan, sehingga peran dukun bayi masih sangat dibutuhkan sebagai tenaga tradisional dalam menangani kesehatan ibu dan anak. Pada umumnya usia konsumen dukun bayi lebih tua dibandingkan dengan konsumen bidan. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh seluruh responden ternyata masih rendah, dimana separuhnya hanya berpendidikan SD dan tidak sekolah. Bahkan dua pertiganya berasal dari konsumen dukun bayi. Pekerjaan responden pada umumnya sebagai ibu rumah tangga, hanya 13,8% yang mempunyai pekerjaan tambahan yang menghasilkan uang. Penghasilan keluarga konsumen bidan ternyata kurang lebih dua kali lebih besar ketimbang konsumen dukun bayi. Hal ini lebih nyata lagi terlihat pada pendapatan perkapita, dimana separuh dari konsumen dukun bayi berada dibawah garis kemiskinan (untuk DKI Jakarta menurut BPS adalah Rp.29.746,- perkapita perbulan), sedangkan pada konsumen bidan hanya seperdelapannya. Ternyata masing-masing konsumen nempunyai alasan sendiri dalam memilih jasa dukun bayi maupun bidan dalam menolong persalinannya, yaitu alasan murah dan aman bagi konsumen dukun bayi, dan dekat serta aman bagi konsumen bidan. Angka Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada konsumen dukun bayi lebih tinggi dibandingkan pada konsumen bidan, meskipun perbedaan itu tidak bermakna namun kedua angka tersebut masih lebih tinggi dari angka nasional. Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi Square dan t-test, didapatkan bahwa baik skor pengetahuan, skor sikap, skor praktek maupun skor perilaku umum terhadap ANC, PNC, KB dan Imunisasi antara konsumen dukun bayi dan konsumen bidan ternyata memang berbeda secara bermakna, dimana skor konsumen bidan lebih tinggi ketimbang skor konsumen dukun bayi. Hasil analisis yang dikaitkan dengan faktor sosio-demografi konsumen antara lain pada kelompok dengan pendidikan SD kebawah dan kelompok SMP keatas pada masing-masing konsumen terbukti bahwa pada konsumen dukun bayi perilaku kedua kelompok tersebut tidak berbeda, sedangkan pada konsumen bidan berbeda dengan nilai skor konsumen bidan lebih tinggi. Pada kelompok dengan paritas satu-dua dan kelompok paritas tiga atau lebih, ternyata baik pada konsumen dukun bayi maupun konsumen bidan kedua kelompok tersebut tidak mempunyai perilaku yang berbeda. Pada kelompok dengan pendapatan perkapita diatas dan dibawah garis kemiskinan, baik pada konsumen dukun bayi maupun konsumen bidan nempunyai perbedaan nilai skor perilaku yang bermakna, dimana skor lebih tinggi pada kelompok dengan pendapatan perkapita diatas garis kemiskinan. Dari seluruh hasil analisis tersebut dapat disinpulkan bahwa secara umum perilaku konsumen dukun bayi nemang berbeda dengan perilaku konsumen bidan dalam hal perawatan antenatal care, postnatal care, keluarga berencana dan imunisasi. Faktor sosiodemografi yang ternyata juga mempengaruhi perbedaan perilaku adalah faktor pendapatan perkapita dan pendidikan. Mengingat faktor pentingnya menurunkan tingkat kematian ibu pada khususnya dan meningkatkan asuhan kesehatan ibu pada umumnya, dan juga mengingat masih banyaknya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang tidak/belum terlayani oleh tenaga medis terlatih, terutama bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan berpendidikan rendah, maka peran dukun bayi sebagai salah satu sumber daya manusia, belumlah dapat dihilangkan, dan masih perlu dibina secara lebih intensif dan lebih terarah sebagai mitra kerja bidan di wilayah kerja masing-masing. Beberapa saran yang dapat penulis ajukan adalah adanya perbaikan kurikulum pelatihan dukun bayi dimana ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi, yaitu materi yang lebih konunikatif dan waktu pelatihan yang lebih panjang agar dapat diulang-ulang oleh para dukun bayi dengan tingkat pendidikan yang rendah, serta penanaman motivasi untuk menyuluh konsumennya masing-masing. Dan bagi para pelaksana pembinaan dukun bayi untuk membina hubungan yang baik serta tidak bosan-bosan dalam membina mereka. Bagi para peneliti lain, penelitian ini perlu dikenbangkan dikota-kota lain dengan analisis yang lebih mendalam.
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Riki Yedija
Abstrak :
Pendirian rumah sakit di Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, baik yang dimiliki oleh swasta maupun yang dioperasikan oleh pemerintah. Pasca merebaknya pandemi COVID-19 pada tahun 2020, terjadi lonjakan permintaan terhadap rumah sakit, hal ini terlihat dari semakin banyaknya fasilitas kesehatan yang baru dibangun (BPS, 2023). Hal ini menumbuhkan tingkat daya saing yang tinggi di antara rumah sakit, sehingga mengharuskan kelangsungan hidup mereka dan pemeliharaan konsistensi kompetitif. Penting bagi rumah sakit saat ini untuk memiliki kemampuan untuk memodifikasi layanan mereka sebagai respons terhadap epidemi. BPS memproyeksikan jumlah rumah sakit di Indonesia akan mencapai 3.072 rumah sakit pada tahun 2022. Jumlah tersebut tumbuh 0,99% dibandingkan tahun sebelumnya sehingga total rumah sakit menjadi 3.042 rumah sakit. Terdapat 2.561 rumah sakit yang diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) berdasarkan kategorinya. Terdapat 511 rumah sakit yang tergolong rumah sakit khusus (RSK) (BPS. 2023). Sikap dan tindakan sumber daya manusia memegang peranan penting dalam menentukan efektivitas suatu usaha. Rumah Sakit membutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya memiliki keterampilan luar biasa namun juga memiliki dedikasi yang kuat terhadap perusahaan agar tetap kompetitif di sektor perekonomian. Rendahnya komitmen organisasi ditunjukkan melalui keinginan berpindah sumber daya manusianya (Ratminto & Winarsih, 2005). Tingkat kecenderungan karyawan untuk keluar dari organisasi, juga dikenal sebagai turnover intention, merupakan prediktor paling akurat terhadap perilaku pergantian karyawan (Mobley, 2011). Menurunkan tingkat turnover intention dapat mencegah terjadinya turnover karyawan. Turnover karyawan merupakan sebuah kejadian yang normal terjadi di sebuah institusi rumah sakit, asalkan angkanya tidak terlalu tinggi. Standar turnover yang normal adalah 5-10% per tahun (Mathis & Jacksen, 2011). Tesis ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi turnover intention perawat dan bidan RSIA Viola. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kompensasi, gaya kepemimpinan transformasional, work-life balance, kepuasan kerja, dan komitmen organisasional mempengaruhi turnover intention perawat dan bidan. Penelitian ini menyarankan kepada RSIA Viola untuk memperbaiki struktur gaji, mempertahankan penerapan gaya kepemimpinan transformasional, mengurangi jam lembur dan standby on call, mempertahankan supervisi yang baik dari atasan langsung, serta memperbaiki sistem penilaian prestasi karyawan sehingga dapat memberikan jenjang karir bagi perawat dan bidan. ......The establishment of hospitals in Indonesia has experienced significant progress in recent years, both those owned by the private sector and those operated by the government. After the outbreak of the COVID-19 pandemic in 2020, there was an increase in demand for hospitals, this can be seen from the increasing number of new health facilities being built (BPS, 2023). This fosters a high level of competitiveness among hospitals, necessitating threats to their livelihoods and maintenance of competitive consistency. It is important for today's hospitals to have the ability to modify their services in response to the epidemic. BPS projects that the number of hospitals in Indonesia will reach 3,072 hospitals in 2022. This number grew 0.99% compared to the previous year, bringing the total number of hospitals to 3,042 hospitals. There are 2,561 hospitals classified as General Hospitals (RSU) based on reasons. There are 511 hospitals classified as special hospitals (RSK) (BPS. 2023). The attitudes and actions of human resources play an important role in determining the effectiveness of a business. Hospitals need human resources who not only have extraordinary skills but also have a strong dedication to the company in order to remain competitive in the economic sector. Low organizational commitment is shown through the desire to eliminate human resources (Ratminto & Winarsih, 2005). The level of employee propensity to leave the organization, also known as turnover intention, is the most accurate predictor of employee turnover behavior (Mobley, 2011). Reducing turnover rates can prevent employee turnover. Employee turnover is a normal event that occurs in a hospital institution, provided the number is not too high. The normal turnover standard is 5-10% per year (Mathis & Jackson, 2011). This study examines the determinants of turnover intention among nurses and midwives at RSIA Viola. This study employs a qualitative approach with a descriptive design. The findings indicated that factors such as compensation, transformational leadership, work-life balance, job satisfaction, and organizational commitment have an impact on the turnover intention of nurses and midwives. This research recommends that RSIA Viola enhance the remuneration structure, uphold the implementation of transformational leadership, decrease overtime hours and on-call standby, ensure effective supervision from direct supervisors, and enhance the employee performance appraisal system to establish a clear career path for nurses and midwives.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varney, Helen
Boston: Blackwell Scientific Publications, 1987
618.2 VAR n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Riska Madyanti
Abstrak :
Penelitian yang dilakukan di RSUD Bengkalis ini mempunyai tujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada bidan saat melakukan pertolongan persalinan pada bulan Maret - April tahun 2012. Desain penelitian ini adalah Potong Lintang dengan sampel 33 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa yang menggunakan APD saat melakukan pertolongan persalinan sebesar 69,6%. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD (p<0,05), serta tidak ada hubungan 8 variabel lain dengan penggunaan APD (p>0,05). Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan tentang keselamatan dan kesehatan kerja melalui informasi tentang potensi bahaya di tempat kerja, manfaat APD serta peningkatan pengetahuan melalui pelatihan. ......Research conducted in hospitals Bengkalis has a goal to determine the factors that influence the use of PPE at the midwife during delivery assistance by March 2012. Cut the design of this study is the latitude of the sample with 33 people. Data were tested using chi-square with 95% significant level (0.05). The study found that the use of PPE during delivery assistance by 69.6%. There is a relationship between knowledge of the behavior of the use of PPE (p <0.005), and there is no relationship between attitudes, old work, the policy of the hospital, the midwife's perception of illness Hepatitis B and HIV / AIDS, midwives perceptions about the seriousness of hepatitis B and HIV / AIDS, the influence of peers, the influence of external / mass media and midwives perceptions of barriers to the use of PPE (p> 0.005). It is recommended to increase the midwives knowledge about occupational safety and health through information about potential hazards in the workplace, the benefits of APD and enhancement of knowledge through training.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arfah Husna
Abstrak :
Cakupan pelayanan kebidanan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2006 yang belum mencapai target mengindikasikan kinerja bidan di desa dalam pelayanan kebidanan program JPKMM masih rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui ki- nerja bidan desa dan faktor-faktor yang berhubungan. Kinerja bidan desa diukur dengan melihat cakupan pelayanan kebidanan program JPKMM meliputi ca- kupan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali dan cakupan pertolongan persalinan. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan popula- si seluruh bidan desa yang bertugas di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2007. Sampel adalah bidan desa yang sudah bertugas minimal setahun yang ber- jumlah 104 orang. Disimpulkan bahwa sebagian besar kinerja bidan desa masih rendah (56%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa adalah: tidak adanya pesaing, adanya pembinaan, pengetahuan dan motivasi. Faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan kinerja bidan desa adalah umur, status pernikahan, status kepegawaian (PNS/PTT), domisili, jumlah desa, sikap, imbalan, kemampuan dan pendidikan. Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk memberikan pembinaan yang lebih intensif kepada bidan desa dan memberikan penghargaan untuk meningkatkan motivasinya. Disarankan kepada bidan di desa untuk terus-menerus melakukan peningkatan pelayanan kepada pasien dan selalu menerapkan prinsip 3S (salam, senyum dan sopan) serta proaktif mendatangi pasien ke rumahnya untuk memberikan pelayanan kebidanan ataupun memelihara hubungan sosial yang baik.

This research aimed to find out the performance of village midwife and its determinant factors. The performance of midwifery service within the Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) program was measured by the coverage of antenatal care and coverage of trained birth attendance. The design of this study is cross sectional and data was analyzed using univariate, bivarite, and multivariate logistic regression. The population was all village midwives (137 persons) in Aceh Selatan District in the year 2007. The sample was village midwife who has at least one year work experience in a certain vil- lage and it consists of 104 persons. The result shows that the performance of village midwife is still low (56%). Multivariate logistic regression analysis con- firmed that the dominant factor related to good performance were no competitor, good supervision, knowledge and motivation. Factors which not associated with performance were age, marital status, employee status, domicile, number of village to be covered, attitude, reward, and education. We recommend that the District Health Office must supervise intensively and giving more reward to improve work motivation. The village midwife should improve their quality of services and implement the 3S principle (salam, senyum and sopan) and conducting home visit to provide maternal health services and to maintain good so- cial relationship with the community
2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>