Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditya Priyanara Phintias
"Keterlibatan Australia dalam perang Vietnam : pertempuran Long Tan 1966. Membahas bentuk nyata dari keikutsertaan Australia dalam Perang Vietnam lewat peristiwa Pertempuran Long Tan 1966. Perang Vietnam merupakan salah satu buah dari ketegangan perang dingin. Dalam perang ini Australia bertindak sebagai sekutu AS (Amerika Serikat) yang ingin menahan pengaruh komunis agar tida menyebar luas di wilayah Asia Tenggara dengan cara membantu pemerintah Vietnam Selatan dari Agresi Vietnam Utara. Puncak keterlibatan Australia di Vietnam ialah pada pertempuran Long Tan yang terjadi selama 3 (tiga) hari, yaitu pada tanggal 17-19 Agustus 1966, dipicu oleh serangan mortar ke base camp kesatuan pembom 103 Australia di Nui Dat pada tanggal 16 Agustus 1966. Penyerangan mortar ini terjadi pada malam hari, ketika bebarapa kesatuan pasukan sedang melakukan patroli keliling daerah untuk membasmi VC (Viet Cong). Pertempuran tersebut melibatkan kurang lebih 3000 personil pasukan Vietnam Utara dan sekitar 108 personil pasukan Australia. Terjadi waktu hujan lebat di daerah hutan karet Long Tan di Propinsi Phuoc Tuy. Australia pada akhirnya berhasil memenangkan pertempuran, dan arti penting serta faktor-faktor pendukung kemenangan itu akan menjadikan permasalahan pertempuran Long Tan sebagai salah satu fokus perhatian"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamlikah Syifa
"Artikel ini membahas perkembangan Australian Women’s Army Service (AWAS) sebagai dinas militer wanita pertama di Australia selama Perang Dunia II untuk memaksimalkan upaya perang. Sebagai negara persemakmuran Inggris, Australia menerima konsekuensi dari deklarasi perang yang dinyatakan Inggris terhadap Jerman pada 1 September 1939, yaitu turut terlibat dalam Perang Dunia II. Oleh karena urgensi perang yang lebih besar dari perang-perang sebelumnya, maka berbagai upaya perang dan angkatan pertahanan dipersiapkan termasuk AWAS. Berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam “Civilising Forces: Class, Gender and the Australian Women’s Army Service 1941–1947” karya Christine Evans Appleyard yang membahas AWAS dari konteks kelas dan gender, penelitian ini memfokuskan perkembangan AWAS mulai dari faktor yang melatarbelakangi pembentukannya tahun 1941, kinerja AWAS selama Perang Dunia II, hingga pembubarannya tahun 1947. Penelitian ini menggunakan Metode Sejarah dengan empat tahapan, yaitu heuristik atau mengumpulkan data berupa surat kabar sezaman dari situs resmi National Library of Australia serta buku dan jurnal dari situs daring. Kemudian, data diolah melalui tahapan kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Didapatkan kesimpulan bahwa pembentukan AWAS merupakan hasil perluasan peran wanita Australia dari perang-perang sebelumnya dan memberikan jalan bagi mereka untuk berkontribusi lebih banyak dalam kehidupan Australia pascaperang, khususnya kesempatan kerja di kemiliteran.

This article examines the development of Australian Women’s Army Service (AWAS) as Australia's first women’s military service during World War II to intensify the war effort. As a British commonwealth country, Australia received the consequence of British’s declaration of war against Germany on September 1, 1939, namely being involved in World War II. Due to the war's greater urgency than previous wars, various war efforts and defense forces were being prepared including AWAS. In contrast to previous research entitled "Civilizing Forces: Class, Gender and the Australian Women's Army Service 1941– 1947" by Christine Evans Appleyard which discusses AWAS from the context of class and gender, this research focuses on the development of AWAS starting from the factors behind its formation in 1941, its performance during World War II, until its disbandment in 1947. This study uses the Historical Method with four stages, namely heuristics or collecting data formed contemporary newspapers from the official website of the Australian National Library, as well as books and journals from other sites. Then, data are processed through the stages of source criticism, interpretation, and historiography. It is concluded that the formation of AWAS is the result of expanding the roles of Australian women from the previous wars, and providing a way for them to contribute more to Australia’s post-war life, especially employment opportunities in the military."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Fitrianingsih
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas sikap pro-kontra terhadap wajib militer di Australia pada masa perang Dunia I. Sikap pro-kontra ini kelak akan mewarnai perdebatan dalam parlemen dan masyarakat seiring dengan berjalannya perang. Penelitian ini adalah penelitian sejarah secara deskriptif-analisis.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah, yakni proses menguji dan menganalisa secara kritis diantaranya peninggalan masa lampau (arsip-arsip) dan rekaman film dokumenter. Pengumpulan data ini diperoleh melalui kepustakaan yang terdapat di Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, dan Perpustakaan Nasional serta arsip-arsip yang diunduh dari situs yang beralamat www.naa.gov.au dan www.youtube.com.
Hasil penulisan menunjukkan bahwa kebijakan wajib militer di Australia telah mengakibatkan terpecah-belahnya masyarakat Australia dalam sikap pro dan kontra sepanjang Perang Dunia I. Walaupun hasil referendum wajib militer telah kalah melalaui dua kali referendum, namun pengiriman tentara Australia ke medan Perang Dunia I terus dilakukan oleh Pemerintah Australia karena loyalitas yang tinggi dari
Perdana Menteri Hughes yang tinggi terhadap mother country-nya (Kerajaan Inggris)

ABSTRACT
This paper discuss pro and con?s attitude towards conscription in
Australia during the First World War. Pro and con will be colorfull the
debates in parliament and public a long the First Wold War. The research is a historical research with descriptif-analysis. The method that used in the writing of this paper is a historical method, the historical method is process of testing and critically analyze example the relics (archives) and documentary film. The data collection was
obtained from literature in the Library of the Faculty of Humanities
University of Indonesia, Central Library University of Indonesia, National Library and archives that are downloaded from website www.naa.gov.au andwww.youtube.com. The results show that military act in Australia has resulted infragmented Australian society in pro and con?s attitude during the First World War. Although the results of the referendum was defeated through twice conscription referendum, but the Australian Government continuously still to sending Australian Army to the location of World War I because of high loyalty from Prime Minister Hughes to his mother country (English Kingdom).
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1425
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library