Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kemas Ridwan Kurniawan
Jakarta: UI Press, 2013
720.95 KEM t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Sulistiyohadi
"Booming batubara dalam sepuluh tahun terakhir memunculkan industri tambang yang menjadi tulang punggung terbentuknya kota tambang. Penelitian ini bertujuan untuk menilai keberlanjutan Beraudan Paser di Provinsi Kalimantan Timur sebagai kota tambang.Industri tambang disini akan memasuki tahap pascatambangpada tahun 2024. Keberlanjutan kota dinilai dengan perbandingan PDRB sektor-sektor penyusun struktur ekonomi. Metodologi yang dilakukan yaitu dengan depth interviews dengan pemangku kepentingan seperti Bupati, Kepala Teknik Tambang dan tokoh masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan di Paser dan Berau sejak 1993-2013 belum dapat mentransformasi sumber daya alam (SDA) tidak terbarukan menjadi sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik, sehingga pembangunan di kedua kota tambang tersebut berpotensi tidak berlanjut menurut definisi lunak pembangunan berkelanjutan. Lima tahun terakhir kualitas masyarakat Berau lebih dari 60% berpendidikan SMP. Pendidikan masyarakat yang rendah, tidak mampu mengelola SDA secara optimal.
Interaksi manusia dari luar sebagai pekerja tambang membentuk rente ekonomi yang menumbuhkan interaksi sosial dan ekonomi lebih tinggi dibandingkan interaksi sosial ekonomi antar penduduk lokal. Pekerja tambang yang bermigrasi ke luar Paser dan Berau akan menurunkan rente ekonomi yang telah terbangun sejak tahun 1993. Valuasi ekonomi lingkungan dapat digunakan untuk menilai SDA, SDM, dan sumber daya buatan di Paser dan Berau. Nilai SDM, SDA terbarukan, dan sumber daya buatan di Berau lebih besar dibandingkan Paser, namun kualitas sumber daya manusia Berau dan Paser masih rendah dan belum dapat mengelola sumber daya alam secara optimal.

Coal booming in the last ten years, made the mining industry as the backbone of the mining town forming. This study aims to assess sustainability at Berau and Paser District in East Kalimantan Province as a mining town, where in 2024 the mining industry will enter the stage of post-mining. Sustainability cities assessed by comparison of GDP sectors making up the structure of the economy. The methodology is made by depth interviews with stakeholders such as Regent, mining manager and community leaders.
The results showed that the development in Paser and Berau since 1993-2013 have not been able to transform the non- renewable natural resources into human resources better, so that development in both the mining town has potentially unsustain according to the soft definition of sustainable development. In last five years the quality of Berau people more than 70% graduated from junior high school. It is not enough to manage the environmentoptimallty.
Human interaction from the outside as the miners had formed multiplier economic effect, where it was fosters social and economic interaction higher than socio-economic interaction between the local residents. Migrating miners will reduce economic rents that have been built since 1993Economic valuation of natural resources and the environment can be used to assess natural resources (NR), human resources (HR), and man-made resources (MMR) in Paser and Berau. HR value, NR value, and MMR in Berau greater than the value of HR, NR value, and MMR in Paser, but the quality of human resources and Paser Berau is still low and has not been able to manage natural resources optimally.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Rizqika Amalia
"Kota tambang adalah kota atau komunitas yang menampung para karyawan pertambangan dan mitra kerja pertambangan, serta keluarga mereka. Townsite Batu Hijau merupakan suatu kota tambang berpagar karena termasuk dalam karakteristik komunitas berpagar. Pada penelitian ini, saya ingin melihat berbagai tindakan dan praktik sosial yang terjadi di dalam Townsite Batu Hijau sebagai kota tambang berpagar dalam memperoleh akses layanan ekonomi, terutama pada masa isolasi wilayah yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan semakin membatasi aksesibilitas di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang melibatkan observasi partisipan dan wawancara mendalam dengan keterlibatan para informan dalam pemanfaatan berbagai bentuk akses alternatif layanan ekonomi. Penelusuran data juga menggunakan paradigma dimensi mobilitas dan antropologi pedesaan dan perkotaan yang melihat dinamika masyarakat kedua karakteristik wilayah tersebut secara lebih rinci dan mendalam. Hasil penelitian menjelaskan, bahwa struktur yang berlaku dalam kota tambang berpagar mewujudkan tatanan standar perilaku dalam subkultur dan rasa kepercayaan pada setiap komunitas, baik komunitas perumahan maupun perusahaan pertambangan. Pada akhirnya, agensi dalam diskusi mengacu pada kapasitas individu sebagai satu komunitas untuk bertindak secara mandiri dan membuat pilihan mereka sendiri dengan bebas. Tidak telepas dari agensi, struktur juga merupakan faktor penting yang menentukan atau membatasi agen dan keputusannya, terutama dalam pmemperoleh akses alternatif layanan ekonomi.

A mining town, also known as a mining community, is a place where mining employees and partners, as well as their families, may reside. Since it has the characteristics of a gated community, Townsite Batu Hijau is classified as a gated mining town. In this research, I would want to explore at the various social actions and practices that occur in Townsite Batu Hijau as a gated mining town in achieving access to economic services, primarily during the isolation period during the COVID-19 pandemic, which increasingly limits accessibility in it. This research applied a qualitative research method based on an ethnographic approach, which includes participant observation and in-depth interviews, as well as the participation of informants in the inclusion of various forms of alternative economic services. The data search also use the mobility dimensions paradigm, along with rural and urban anthropology, to examine the community dynamics of the two marked differences of the region in greater depth. The study's findings show that the prevailing structure in a gated mining town reflects the subculture's standard of behavior and a sense of community in each community, including housing communities and mining companies. Finally, agency refers to the ability of individuals in a community to act independently and freely make their own decisions. Structure, in combination to agency, has an essential role in determining or limiting agents' and their decisions, particularly when it comes to gaining alternative access to economic services."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library