Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amiril Muqsithin Pambayun
Abstrak :
Keuntuhan lereng batuan merupakan kasus kelongsoran yang memerlukan analisis khusus, sehingga menimbulkan antusias untuk melakukan analisis berdasarkan metode elemen hingga. Metode tersebut dianggap paling memiliki sensitivitas yang baik. Dalam melakukan analisis perlu direncanakan pemodelan yang dianggap tepat dalam memodelkan geometri antar batuan utuh dan model konstitutif yang merepresentasikan kondisi batuan aslinya. Digunakan model geometri yang merepresentasikan jenis kelongsoran guling khususnya dalam memodelkan diskontuniutas celah antar batuan utuh. Model geometri yang digunakan adalah model dengan elemen area kecil bersudut 60̊ berlawanan jarum jam. Model konstitutif yang digunakan untuk memodelkan lereng batuan adalah Mohr-Coulomb. Ada beberapa faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi keruntuhan lereng, diantaranya pengaruh pemotongan lereng karena pekerjaan konstruksi dan kondisi muka air tanah. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan pemodelan yang optimal pada analisis kelongsoran lereng batuan menggunakan media perangkat Midas GTS NX. ......The failure of rock slopes is a landslide case that requires special analysis, so that it creates enthusiasm to carry out an analysis based on the finite element method. This method is considered to have the best sensitivity. In conducting the analysis, it is necessary to plan a model that is considered appropriate in modeling the geometry between intact rocks and a constitutive model that represents the original rock condition. A geometric model is used that represents the type of toppling failure, especially in modeling the jointed rock. The geometry model used is a model with a small area element at an angle of 60̊ counterclockwise. The constitutive model used to model rock slopes is Mohr-Coulomb. There are several factors that are predicted to affect slope failure, including the effect of cutting slopes due to construction work and ground water level conditions. The purpose of this study was to obtain optimal modeling of rock slope slide analysis using sotfware Midas GTS NX.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Rizaldi Santoso
Abstrak :
Pada tahun 2019, terjadi keruntuhan lereng di Lawe Sikap, Kutacane, Nanggroe Aceh Darussalam (Erly Bahsan S.T, 2020). Berdasarkan pengamatan pola keruntuhan, diperkirakan bahwa keruntuhan lereng dikategorikan sebagai keruntuhan guling atau toppling failure (Erly Bahsan S.T, 2020). Berdasarkan kasus tersebut, diperlukan suatu analisis stabilitas lereng untuk menggambarkan perkiraan pola keruntuhan, mencari nilai faktor keamanan lereng, serta faktor apa saja yang menjadi penyebab keruntuhan tersebut. Salah satu metode dalam melakukan analisis stabilitas lereng adalah dengan metode elemen hingga atau finite element method (FEM). Menurut penelitian, ditemukan bahwa FEM lebih unggul dalam melakukan analisis stabilitas lereng dibandingkan dengan limit equilibrium method (LEM) atau metode keseimbangan batas. Pada penelitian ini, penulis menggunakan software MIDAS GTS NX yang merupakan salah satu software untuk melakukan analisis stabilitas lereng yang berbasis FEM. Dalam melakukan analisis stabilitas lereng dengan keruntuhan guling, diperlukan model geometri lereng serta diskontinuitas atau celah antar batuan utuh yang sesuai dengan kondisi eksisting. Selain itu, pemilihan model konstitutif juga berpengaruh terhadap hasil analisis yang dilakukan. Model geometri yang dipilih adalah dengan membuat celah elemen antara batuan utuh (intact rock) dengan sudut kemiringan sebesar 60° searah dengan arah jarum jam. Dalam analisis ini, penulis menggunakan model konstitutif generalized hoek-brown yang dinilai cocok digunakan untuk menganalisis stabilitas lereng batuan. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kestabilan lereng batuan, yaitu adanya pemotongan lereng akibat proses konstruksi dan adanya pengaruh dari muka air tanah. Selain itu, MIDAS GTS NX juga terbukti mampu dalam memodelkan keruntuhan guling pada lereng objek studi. ......In 2019, there was a slope collapse in Lawe Sikap, Kutacane, Nanggroe Aceh Darussalam (Erly Bahsan S.T, 2020). Based on the observation of the failure pattern, it is estimated that slope failure is categorized as a toppling failure (Erly Bahsan S.T, 2020). Based on this case, a slope stability analysis is needed to describe the estimated failure pattern, find the value of the slope safety factor, and what factors cause the collapse. One of the methods for analyzing slope stability is the finite element method (FEM). According to the study, it was found that FEM is superior in performing slope stability analysis compared to the limit equilibrium method (LEM) or the boundary equilibrium method. In this study, the author uses the MIDAS GTS NX software which is one of the software to perform slope stability analysis based on FEM. In conducting slope stability analysis with toppling failure, a slope geometry model and discontinuity or gap between intact rock are required according to existing conditions. In addition, the selection of a constitutive model also affects the results of the analysis carried out. The geometric model chosen is to create an element gap between intact rock (intact rock) with a slope angle of 60° in a clockwise direction. In this analysis, the author uses a generalized Hoek-brown constitutive model which is considered suitable for analyzing rock slope stability. There are several factors that affect the stability of rock slopes, namely the existence of slope cutting due to the construction process and the influence of the groundwater level. In addition, MIDAS GTS NX is also proven to be able to model the toppling failure on the slopes of the study object.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agastyan Fauzan Imansyah Hidayat
Abstrak :
Beton adalah material konstruksi yang terdiri dari air, semen, kerikil, dan pasir. Campuran ini mengeras melalui reaksi kimia antara air dan semen, membentuk material yang kuat. Namun, distribusi dari tiap material penyusun beton tidak selalu seragam (heterogen) sehingga menyebabkan adanya variasi kekuatan. Pada struktur penting, heterogenitas beton mempengaruhi perilaku terhadap beban, terutama pada proses terbentuknya keretakan. Melalui penelitian ini, dilakukan modeling terhadap heterogenitas dari beton dengan menggunakan metode turning band untuk mengetahui pengaruh dari panjang korelasi, ukuran meshing, dan juga pengaruh geometri dari model yang dibuat terhadap perilaku dari beton dengan berdasar pada perilaku konstitutif Mazars. Adapun sampel sampel yang dimodelkan adalah sampel silinder beton dengan diameter 15 cm menggunakan CAST3M sehingga dapat dihasilkan pola keretakan dan grafik kekuatan dari beton. Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa modeling heterogenitas beton dengan meshing yang lebih kompleks akan menghasilkan pola keruntuhan yang lebih konstan. Sementara model dengan ukuran meshing lebih sederhana akan menghasilkan hasil yang lebih acak. Kedua jenis pemodelan tersebut menghasilkan pola retak yang memiliki kemiripan dengan hasil uji pada laboratorium. ......Concrete is a construction material composed of water, cement, gravel, and sand. This mixture hardens through a chemical reaction between the water and cement, forming a strong material. However, the distribution of each constituent material in concrete is not always uniform (heterogen), leading to variations in strength. In critical structures, the heterogeneity of concrete affects its behavior under load, particularly in the formation of cracks. This study models the heterogeneity of concrete using the turning band method to investigate the influence of correlation length, meshing size, and the geometry of the model on the concrete's behavior regarding Mazars’ concrete behavior law. The modeled samples are cylindrical concrete specimens with a diameter of 15 cm, using CAST3M to produce crack patterns and strength graphs. The results indicate that modeling the heterogeneity of concrete with more complex meshing yields more consistent failure patterns, while simpler meshing produces more random results. Both types of modeling generate crack patterns that closely resemble laboratory test results.  
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library