Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novrikasari
"Konsep penanggulangan bencana saat ini adalah paradigma pengurangan risiko.Setiap individu, masyarakat di daerah diperkenalkan dengan berbagai ancaman (hazards) dan kerentanan (vulnerability) yang dimiliki, serta meningkatkan kemampuan (capacity) masyarakat dalam menghadapi setiap ancaman. Sehingga studi ini bertujuan mengkaji model pengendalian risiko dispersi gas amonia.
Disain studi adalah cross sectional. Analisis model pengukuran dan struktural menggunakan comfirmatory factor analysis (CFA). Nilai validitas dan reliabilitas hasil uji kesesuaian/Goodness of Fit (GOF) adalah good fit untuk konstruk dari model.Kuesioner disebarkan secara cluster, terdapat 626 responden (area risiko 0- 2600 meter). Dibagi menjadi 293 responden pada zona dalam (area risiko 0-1300 meter) dan 333 responden zona luar (area risiko >1300-2600 meter).
Model pengukuran menghasilkan 5 variabel eksogen (kondisi lingkungan, sosial, ekonomi, biologi dan kapasitas) yang saling berhubungan langsung membentuk variabel endogen risiko dispersi gas amonia. Faktor kondisi lingkungan terdiri dari zona bahaya dan jarak rumah ke jalan raya.Faktor sosial yaitu pelatihan dan pekerjaan.Faktor ekonomi yaitu kecukupan akomodasi, pendapatan, asuransi dan pendidikan.Faktor kapasitas yaitu pengetahuan tentang bahaya, pengetahuan tentang peringatan dini, pengetahuan tentang evakuasi dan perilaku tanggap darurat. Faktor biologi yaitu usia> 65 tahun, anggota keluarga dengan penyakit kronis dan anggota keluarga berkebutuhan khusus. Risiko dispersi gas amonia pada rumah tangga area risiko 0-2600 meter ada pengaruh kontribusi dari 47% faktor sosial, 37% faktor ekonomi, 29% faktor kapasitas dan 9% faktor kondisi. Risiko dispersi gas amonia zona dalam (area risiko 0-1300 meter ada pengaruh kontribusi darifaktor sosialberkontribusi 63%, faktor ekonomi 64%, faktor kapasitas 57% dan biologi 2,3%. Selanjutnya risiko dispersi gas amonia pada rumah tangga area risiko >1300-2600 meter ada pengaruh kontribusi dari 2 (dua) faktor yaitu faktor kondisi 99% dan faktor kapasitas (12%).
Penelitian ini menyimpulkan model risiko dispersi gas amonia dalam penelitian ini menunjukkan faktor yang berkontribusi membentuk risiko dispersi gas amonia sehingga dapat menjadi upaya pengendalian dengan memperhatikan faktor yang berkontribusi tersebut. Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah untuk menetapkan peta rawan bencana menjadi peraturan daerah yang berkekuatan hukum dan pemberlakuan peraturan tentang tata ruang (daerah pemukiman), standar keselamatan (pemantauan penggunaan teknologi) dan penerapan sanksi terhadap pelanggar. Mengkoordinasi antara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Dinas Pemadam Kebakaran/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan dinas terkait untuk evakuasi (akomodasi), kelancaran akses jalur evakuasi. Menyelenggarakan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan mengenai kesiapsiagaan bencana dispersi gas amonia kepada masyarakat melalui perkumpulan/organisasi di masyarakat.
Rekomendasi kepada perusahaan antara lain : Membuat peta rawan bencana dan Emergency Respon Plan (ERP) baik internal maupun eksternal; Melakukan perawatan dengan inspeksi rutin berbasis risiko untuk memastikan kehandalan peralatan sistem pendingin amonia; Semua pekerja dalam operasional tangki sistem pendingin amonia selalu dilakukan dengan mengikuti Standard Operating Procedure (SOP), peraturan keselamatan, audit keselamatan; Mengingat sifat gas amonia yang tidak berwarna tetapi sangat beracun serta luasan area risiko yang berdampak perlu adanya sensor untuk gas amonia sebagai alat ukur dan monitoring. Selanjutnya rekomendasi kepada masyarakat agar mengembangkan dan berperan aktif dalam desa siaga bencana (kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat).

The concept of disaster management nowadays is risk reductionsparadigm. Each individual, residents are introduced to various threats and vulnerabilities owned, as well as increased capacity in facing any threats. This study aims to assess the risk control model of ammonia gas dispersion.
The design study was cross sectional using confirmatory factor analysis (CFA) as the measurement model and structural analysis. Validity and reliability value for Goodness of Fit (GOF) test is good fit for construct of the model. Questionnaires were distributed by cluster, there were626 respondents (risk area 0-2600 meters) divided into 293 and 333 respondents in the inner and outer zones (risk area >1300-2600 meters).
Measurement model produces 5 directly interconnected exogenous variables (environmental, social, economic, biological and capacity condition) to form an endogenous variable risk of ammonia gas dispersion. Environmental conditions consist of danger zone and distance from home to road. Social factors consist of training and job. Economic factors consist of accommodation, salary, assurance and education. Capacity factors consist of hazard knowledge, early warning knowledge, evacuation knowledge and emergency response behavior.Biological factors consist of age >65 year old and family member with chronic disease and disability. The model goodness of fit test result was compatible for RMSEA, CFI, IFI, CN, SRMR, GFI and AGFI. It indicates that the models can describe the ammonia gas dispersion riskformed factors. Social factorscontribute61% of thetotalrisk ofammoniagasdispersion, related toeconomic factors(42%), capacityfactor(36%)andconditionfactor(5.7%). Riskdispersionof ammoniagasin thezoneindicateseconomic factorsaccounted for64% of thetotalrisk ofammoniagas dispersionincludingsocial(63%), capacity(57%) andbiology(2.3%). While theouterzone ofthe conditionfactor(99%) to be importantin the risk ofammoniagasdispersionandcapacity factor(1%).
This study concludes dispersion risk modelsof ammonia gas in this study indicate risk factors that contribute to form ammonia gas dispersion to be a control effort by noticing the factors that contribute as following; recommend to the Regional Government to establish hazard maps into a legally binding regional regulations and enforcement of regulations on spatial (residential areas), safety standards (monitoring the use of technology) and the imposition of sanctions against offenders. Coordinate between work units (SKPD), Fire Department / Agency for Disaster Management (BPBD), and related agencies for evacuation (accommodation), the smooth evacuation route access. Organize socialization, education and training on disaster preparedness ammonia gas dispersion to the public through associations / organizations in the community.
Recommendations to the company include: Creating a hazard map and Emergency Response Plan (ERP) both internally and externally; Perform routine maintenance with risk- based inspections to ensure equipment reliability ammonia refrigeration systems; All workers in the operational tank ammonia cooling system is always done by following the Standard Operating Procedure (SOP), safety rules, safety audits; Given the nature of ammonia gas that is colorless but highly toxic as well as the extent of the risk areas that impact the need for a sensor for ammonia gas as a means of measuring and monitoring. Further recommendations to the community are to develop and play an active role in disaster preparedness village (community-based disaster preparedness).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinan
"Sampah rumah tangga seharusnya dapat terkelola secara optimal, sehingga hanya sampah residu saja yang diangkut ke TPA. Realitanya sampah rumah tangga tidak terkelola di sumber sampah, sehingga berpotensi mencemari ekosistem lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah rumah tangga, mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan pengelolaan sampah rumah tangga dan merumuskan kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga pada tingkat komunitas masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat Indonesia dengan jumlah responden sebanyak 548 orang. Berdasarkan hasil Penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara persepsi, partisipasi dan akseptabilitas dengan pelaksanaan pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas masyarakat. Adapun hasil evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah rumah tangga menggunakan perhitungan indeks pengendalian sampah rumah tangga diketahui Kota Bekasi masuk Kategori Sedang. Model pengendalian sampah rumah tangga pada tingkat komunitas direkomendasikan untuk menjadi alternatif rekomendasi kebijakan bagi Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait dalam upaya mewujudkan pengelolaan sampah rumah tangga yang berkelanjutan

Household solid waste shall to be managed optimally, so that only the residual waste is transported to the landfill. In reality, the household solid waste did not managed properly in the first place so it will potentially damage the environment’s ecosystem. This study aims to determine the community behavior in implementing the household solid waste managementknowing the evaluation results on the implementation of household solid waste management and and formulate household solid waste waste management policies.at the community level. This study was conducted in Bekasi City, West Java Province, Indonesia with a total of 548 respondents. Based on the study results, it is known that there is a relationship between perception, participation and acceptability with the implementation of household solid waste waste management in the community. The results of the evaluation of the implementation of household solid waste management using the calculation of the household solid waste waste control index where it is known that Bekasi City is in the Moderate Category. The household solid waste control model at the community level is recommended to be an alternative policy recommendation for the Government and related stakeholders in an effort to realize the sustainable household solid waste management"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Anwar Musadad
"Prevalensi karies gigi yang ditunjukkan dengan decayed, missing dan filled teeth (DMF-T) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran faktor individu, rumahtangga dan kabupaten/kota terhadap kejadian karies gigi guna menyusun model pengendalian karies gigi di Kepulauan Bangka Belitung (provinsi dengan riwayat karies gigi tertinggi). Desain penelitian ini campuran (hybrid) antara ecological study dan cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, pemeriksaan kesehatan gigi, pengambilan sampel air dan wawancara mendalam. Analisis data menggunakan regresi logistik multilevel (dengan mixed-effect model). Hasil penelitian menunjukkan faktorfaktor pada tingkat individu (frekuensi menggosok gigi, kebersihan gigi dan mulut dan kebiasaan makan makanan asam/bercuka), tingkat rumahtangga (jenis sumber dan keasaman air) dan tingkat kabupaten/kota (ketersediaan perawat gigi dan dokter gigi, angka gizi buruk dan besar anggaran kesehatan per kapita) berpengaruh terhadap prevalensi karies gigi berat pada penduduk dewasa, dimana secara keseluruhan dapat menjelaskan variasi risiko karies gigi sebesar 73,6%. Model pengendalian karies gigi yang sesuai dengan kondisi Kepulauan Bangka Belitung adalah menggabungkan pengendalian faktor pada tingkat individu, rumahtangga dan kabupaten/kota.

Dental caries prevalence, indicated by decayed, missing and filled teeth (DMF-T), remains a global public health problem, including Indonesia. The objective of this research was to address the role of individual factors, households, and regency/municipality in explaining dental caries incidence, in order to formulate a model to control dental caries in Kepulauan Bangka Belitung—the province with the highest dental caries prevalence in Indonesia. This research was designed as a combination (hybrid) of cross-sectional and ecological studies. Quantitative and qualitative data were collected through interview, dental health examination by dentists, water sampling, and in-depth interviews. A multilevel logistic regression (mixed-effect) model was fitted to the data. The results show that the explanatory variables at individual (frequency of teeth brushing, dental and mouth hygiene, and acidic food consumption), household (main water source and acidity), and regency/municipality (availability of dentist and dental nurse, malnutrition, and per capita health budget) levels influenced the prevalence of severe dental caries among adults; they all explained 73.6% of the variation in risk of dental caries. The appropriate disease control model, given the local conditions of Kepulauan Bangka Belitung Province, is one that integrates control of risk factors at individual, household, and regency/municipality levels. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Prasetyo
"Salah satu kota di dunia paling berkembang saat ini adalah Jakarta. Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kota Jakarta diantaranya adalah masalah kebisingan. Masalah kebisingan di kawasan perkotaan menjadi sangat penting karena menyinggung soal kenyamanan penduduknya. Kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga, maupun roda empat merupakan sumber utama kebisingan. Tujuan penelitian ini adalah: 1 mengetahui tingkat kebisingan di Kota Jakarta, 2 membuat model penyebaran kebisingan, 3 melakukan kajian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap hubungan kebisingan dengan pembangunan ruang terbuka hijau dan pengembangan sistem transportasi massal, serta 4 membangun model pengendalian kebisingan kawasan perkotaan dengan pendekatan ruang terbuka hijau dan pengembangan sistem transportasi massal. Berdasarkan perhitungan model penyebaran kebisingan dapat diketahui bahwa wilayah terbising di Kota Jakarta adalah kawasan Semanggi. Melalui perhitungan path analysis diketahui bahwa semakin baik pengetahuan responden, maka semakin tinggi perilaku responden untuk membangun RTH dan mengusulkan kepada pemerintah tentang pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Melalui perhitungan path analysis didapati juga bahwa semakin baik pengetahuan responden, tidak berarti perilaku responden untuk menggunakan kendaraan umum semakin meningkat, malah justru berbanding terbalik. Berdasarkan model pengendalian kebisingan, didapati bahwa dengan menggunakan keempat metode pembangunan RTH, pengembangan transportasi massal, pengendalian jumlah penduduk, dan kebijakan pemerintah tingkat kebisingan diharapkan dapat dikendalikan dan akan menurun. Keterbaharuan dari penelitian ini adalah menyusun konsep yang mengintergrasikan ketiga unsur penataan ruang, transportasi massal, dan pengendalian kebisingan dengan menggunakan model dalam lingkup kajian pengembangan perkotaan yang berkelanjutan.

Jakarta as the capital city of the Republic of Indonesia is a metropolitan region with a population of more than 9.9 million people. One of the environmental impact is the noise problem. Noise problems in urban areas is very necessary because it has direct impact to the convenience of inhabitants. Motor vehicles, both wheeled two, three or four wheels is a major source of noise. This study aims 1 to determine the level of noise in the city of Jakarta, 2 to create a model the propagation of noise, 3 to conduct a study on knowledge, attitudes and behavior towards the relationship of noise with the construction of green open space and the development of mass transit systems, and 4 to build model of noise control in urban areas with the approach of green open space and the development of mass transit systems. From the calculation of noise dispersion modeling can be seen that the most noisy locantion in Jakarta is the Semanggi area. Through path analysis calculations in mind that the better the knowledge of the respondent, the higher the respondent 39 s behavior to build green open space and propose to the government of restricting the use of private vehicles. But from the calculation of path analysis also found that the better the knowledge of the respondent, does not mean the behavior of respondents to use public transport is increasing, instead it is inversely proportional. From the model of noise control, it was found that by using four methods green open space development, the development of mass transportation, population control and government policies the noise level is expected to be controlled and will decline. Novelty of this research is to develop concepts that integrate the three elements the arrangement of space, mass transport and noise control using a model within the scope of the study of sustainable urban development.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Yan Mikhael
"Penelitian mengenai model persediaan telah banyak dilakukan dan telah menghasilkan solusi bagi perusahaan untuk dapat menghadapi ketidakpastian permintaan pelanggan. Beberapa masalah bagi perusahaan yang tidak menggunakan model persediaan dalam proses penyediaan bahan baku adalah seringnya terjadi kekurangan persediaan yang akhirnya menimbulkan biaya persediaan yang tinggi. Dengan menerapkan model pengelolaan persediaan (inventory control policy), total biaya persediaan dapat diminimalkan. Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan Simulasi Monte Carlo untuk menentukan model manajemen persediaan yang optimal dan nilai parameter model manajemen persediaan yang optimal. Obyek penelitian mencakup tiga jenis aluminium di perusahaan tempat penelitian. Model pengendalian persediaan yang optimal beserta dengan nilai optimal parameter-parameternya untuk setiap jenis aluminium berhasil ditemukan dengan implementasi metode Simulasi Monte Carlo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kuantitas peninjauan persediaan berkelanjutan (s,S) menjadi model optimal bagi dua jenis aluminium dan model (s,Q) menjadi model optimal bagi satu jenis aluminium.

Research on inventory models has been widely carried out and has resulted in solutions for companies to be able to deal with uncertainties in customer demand. Some of the problems for companies that do not use the inventory model in the process of supplying raw materials are the frequent occurrence of inventory shortages which eventually lead to high inventory costs. By applying an inventory management model (inventory control policy), total inventory costs can be minimized. This research was conducted by developing a Monte Carlo Simulation to determine the optimal inventory management model and the optimal parameter value of the inventory management model. The research object includes three types of aluminum in the research company. The optimal inventory control model along with the optimal values of its parameters for each type of aluminum was found by implementing the Monte Carlo Simulation method. The results showed that the continuous inventory review quantity policy (s,S) was the optimal model for two types of aluminum and model (s,Q) was the optimal model for one type of aluminum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Rizka Andalusia
"Upaya untuk melakukan efisiensi harus dilakukan oleh setiap rumah sakit saat ini. Efisensi dapat diperoleh jifca dilakukan pengelolaaii sumber daya yang ada secara tepat. Salah satu sumber daya yang harus dikelola dengan baik adalah perbekalan farmasi, karena menggunakan anggaran rumah sakit yang besar.
Masalah dalam penelitian ini adalah adanya jumlah persediaan yang tinggi digudang farmasi jika dibandingkan dengan rata-rata pemakaian perbulan, serta adanya tingkat pelayanan yang belum optimum. Hal tersebut disebabkan karena perencanaan pengadaan yang tidak tepat. Selain masalah tersebut juga terdapat barang-barang yang non moving di gudang dalam jumlah yang besar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi barang farmasi dan alat kesehatan habis pakai berdasarkan tingkat pemakaian, nilai investasi dan tingkat kekritisannya.
Kemudian dicari pula suatu model perencanaan pengadaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan barang - barang kelompok A dalam Analtsis ABC Indeks Kritis.
Untuk memperoleh model dilakukan penyusunan indeks harga dan indeks pemakaian dengan periode waktu bulanan dan tiga bulanan. Kemudian dilakukan uji dengan kondisi yang ada dan dibandingkan antara kedua periode waktu, mana yang paling mendekati dengan kenyataan yang ada. Nilai yang paling mendekati diptlih sebagai model perencanaan pengadaan.
Kepustakaan : 13 ( 1982 - 1996 )

Analysis of Consumable Pharmaceutical and health Appliance for Planning and Controlling at National Cancer Center Hospital "Dharmais"
Every hospital has to exercise efficient of its resources. This should be achieved through good and accurate resources management practices. Two of the most important resources in hospital are pharmaceuticals and health appliences, which consumes a big proportion of hospital budget.
Problem in this research is the large amount of stock in pharmacy warehouse comparing to the monthly use, and less optimum service rate. Preliminary finding show it could happen due to inefficient stock planning and management. In addition, there are large number of non moving item stock in warehouse.
The objective of this research is to identify item pharmaceutical item and consumable health appliance according to the degree of usage, investment value, and its critical index.This research is also intend to develop a model of stock planning and controlling of the A catagory of pharmaceuticals and health appliances in analysis ABC Critical Index.
The model uses both of price index and usage index of all A catagory items, either in monthly or quarterly period. The approach of choice was selected by comparing the resultto the existing condition and the average usage rate which the last 9 months.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gayatri Prameswari
"Penelitian ini membahas mengenai manajemen persediaan material MRO pada salah satu industri minyak dan gas di Indonesia. Permasalahan terkait persediaan yang terjadi pada perusahaan tersebut adalah tidak tercapainya target stock out level sebesar 0,50% di mana dapat berakibat pada menurunnya service level serta mengganggu jadwal kegiatan produksi akibat kekurangan material MRO.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sistem manajemen persediaan material MRO yang optimal untuk meminimalisasi stock out serta mendapatkan peningkatan service level dan penurunan total biaya persediaan yang dihasilkan.
Penelitian ini mencakup tiga tahapan besar, yaitu klasifikasi material, peramalan konsumsi material, dan pengendalian persediaan material MRO dengan model pendekatan pengendalian probabilistik. Model pengendalian probabilistik terdiri atas continuous review system dan periodic review system di mana penentuannya akan berdasar pada hasil analisis terhadap kategori material dan pola data historis konsumsinya.
Penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis perbandingan pencapaian service level serta total biaya persediaan aktual dan hasil penelitian dengan pendekatan Time Phased Order Point (TPOP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pencapaian service level dapat ditingkatkan sebesar 69,03% dan dimaksimalkan pada setiap periode serta penurunan total biaya persediaan sebesar 46,23% juga dapat diperoleh.

This research discusses about the inventory management of MRO materials in one of oil and gas company in Indonesia. Inventory-related issue occuring in the company is yet to achieve their stock out level target of 0,50% which may result in a service level reduction and production schedule disruption due to lack of MRO materials.
This research aims to obtain an optimal inventory management system of MRO materials that minimizes stock out and derive an improved service level as well as a reduction in the total inventory cost.
This research includes three major phases which are materials classification, materials consumption forecasting, and materials inventory control with probabilistic model approach. Probabilistic model consists of continuous review system and periodic review system that the decision will strongly be based on the analysis of materials categorization and consumption pattern.
This research also comes with a comparative analysis of service level and total inventory cost derived between actual and research with Time Phased Order Point (TPOP) approach. The results show that service level can be increased by 69,03% and maximized at each period, while a decrease in total inventory cost amounted to 46,23% also can be obtained.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ringga Fidayanto
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit berbasis vektor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan memprediksi kejadian DBD berdasarkan faktor iklim yang meliputi curah hujan, kelembaban, suhu udara dan lama penyinaran matahari serta model pengendalian. Desain penelitian adalah studi ekologi time series dengan data sekunder dari dinas kesehatan kota Surabaya meliputi kejadian DBD dan angka bebas jentik (ABJ) serta data iklim curah hujan, kelembaban, suhu udara dan lama penyinaran matahari yang didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Badan (BMKG) stasiun perak Surabaya. Penelitian tersebut menemukan kelembaban berkorelasi dengan angka bebas jentik, tetapi ABJ tidak berkorelasi dengan jumlah kejadian DBD. Model pengendalian DBD dirediksi berdasarkan korelasi faktor iklim dan kejadian DBD, pengendalian sumber penyakit, pengendalian media transmisi dan paparan pada masyarakat. Model pengendalian DBD dapat digunakan untuk tindakan kewaspadaan dini dengan melakukan pengendalian DBD pada periode bulan Januari hingga Juni. Pada bulan tersebut, musim hujan akan berakhir, tetapi menyisakan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dan peningkatan suhu udara yang meningkatkan penularan DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-based diseases are a public health problem in many tropical countries, including Indonesia. This study aims to predict the incidence of dengue by climatic factors (rainfall, humidity, air temperature and solar irradiation time) and Its control model. The study design was ecological time series study, using secondary data for 3 Years i.e. 2009, 2010 and 2011. The data was the incidence of dengue larva free number from Surabaya city health department as well as climate data obtained from the Meteorology and Geophysics Agency, Perak Station Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue Control Model of Dengue Hemorrhagic Fever Ringga Fidayanto* Hari Susanto** Agus Yohanan*** Ririh Yudhastuti**** Surabaya. The results showed that the humidity effect on larva-free number (ABJ), but the larvae-free number had no effect on the incidence of DHF, but the larvae-free number no significant effect on the incidence of dengue. Model predictive control of DHF is based on the correlation between climate and dengue incidence, control of diseases, control of transmission. Models can be used to control dengue early warning measures to control dengue in the month of January until June period in which the month before the rainy season ends, but leaves puddles as breeding places of Aedes aegypti as well as rising the temperature increases lead to transmission of dengue fever."
Surabaya: Astra Argo Lestari, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library