Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Taufiq Ramadhan
"Penelitian ini menitikberatkan kepada perancangan dan realisasi bentukan 3D scaffold menggunakan biomaterial (PLA) dengan variasi ukuran dan geometri tertentu. Variasi parameter tersebut akan menghasilkan scaffold dengan porositas tertentu yang memiliki korelasi terhadap nilai modulus elastisitas (E) yang diuji melalui uji tekan (compressive test). Sistem fabrikasi fuse deposition modelling (FDM) digunakan untuk fabrikasi scaffold dibantu dengan CAD software dalam proses perancangannya. Melalui pengolahan data eksperimen, dihasilkan bahwa persentase porositas berbanding terbalik dengan nilai E yang dihasilkan pada masing-masing ukuran dan geometri scaffold. Dari penelitian yang dilakukan, scaffold yang dihasilkan memiliki porositas berkisar 24%-77% dengan modulus elastisitas berkisar 1,6-4,5 Mpa.

This research focuses on the design and realization of 3D scaffold using biomaterial (PLA) with certain variations in size and geometry. Variations of these parameters will result in a certain scaffold with a porosity that have a correlation to the value of the modulus of elasticity (E) were tested via compressive test. Fabrication system fuse deposition modeling (FDM) used for scaffold fabrication assisted by CAD software in the design process. Through processing of the experimental data, resulting that the percentage of porosity is inversely proportional to the value of E is generated for each size and geometry of the scaffold. From the research, the resulting scaffold has a porosity ranging from 24% -77% with a modulus of elasticity ranging from 1.6 to 4.5 MPa.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S46228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zikrina
"Penelitian ini membahas tentang realisasi hasil multimaterial scaffold yang menggunakan bahan dua buah Polimer PLA (Polylactic acid) yang belum diketahui mekanikal propertinya, dengan variasi volume tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sifat dan struktur mekanikal yang sesuai sebagai scaffold yang akan di aplikasikan dalam bone block. Variasi pengujian dilakukan dengan memberikan perbedaan volume PLA dan PLA ini bertujuan untuk membandingkan mechanical properties multimaterial scaffold yang akan dibentuk. Variasi parameter tersebut akan menghasilkan scaffold dengan porositas dan nilai elastic modulus (Em) yang di dapat melalui uji tekan (compressive test). Fabrikasi yang dilakukan menggunakan FDM (Fuse Deposition Modelling) tricolour dibantu dengan CAD software dalam proses perancangannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, single material scaffold dan multi material scaffold memiliki porositas berkisar 25-75%. Dan modulus elastisitas yang didapat dari pengujian tekan pada single material scaffold menujukkan untuk scaffold PLA a sebesar 62,02 Mpa dan scaffold PLA b sebesar 31,01 Mpa. Dan untuk multimaterial scaffold didapat modulus elastisitas dari 48 – 59 Mpa.

This study discusses the realization of multi scaffold material using two polymer material PLA (Poly(lactic) acid) is not known mechanical properties, with a variation of a certain volume in order to obtain mechanical properties and structure suitable as a scaffold that will be applied in the bone block. Variations testing is done by giving the difference volume PLA α and β PLA aims to compare the mechanical properties multi material scaffold to be formed. Variations of these parameters will result in scaffold porosity and elastic modulus value (Em) in the can through the pressure test (compressive test). Fabrication is carried out using FDM (Fuse Deposition Modeling) tricolor aided by CAD software in the design process. Based on the research conducted, single and multi material scaffold material scaffold material has a porosity ranging from 25-75%. And modulus of elasticity are obtained from the test tap on single scaffold material for PLA scaffold shows amounted to 62.02 Mpa and a PLA scaffold b amounted to 31.01 Mpa. And for multi material obtained scaffold modulus of elasticity of 48-59 Mpa.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Afsari
"ABSTRAK
Polypropylene merupakan jenis plastik polimer yang banyak digunakan sebagai kemasan produk. Banyaknya limbah berbahan dasar polypropylene ini sulit terurai, menjadi salah satu alasan untuk menggunakannya sebagai pengganti agregat kasar pada beton. Untuk mencapi mutu beton yang struktural, diperlukan komposisi material penyusun beton yang tepat. Dalam penelitian ini volume perbandingan agregat kasar polypropylene terhadap volume semen yang digunakan adalah 2,6; 2; dan 1,8 dimana hasil kuat tekan kubus yang diperoleh adalah 243,762 kg/cm2; 268,744 kg/cm2; dan 285,623 kg/cm2, dengan nilai modulus elastisitas 7584,048 MPa; 2520,158 MPa; 3913,633 MPa dan poisson rsquo;s ratio sebesar 0,178; 0,164; 0,219. Selain itu, nilai kuat lentur yang dihasilkan sebesar 2,94 MPa; 2,43 MPa; dan 3,41 MPa. Beton ringan ini termasuk kedalam klasifikasi beton ringan mutu sedang berdasarkan ACI 213R-87.

ABSTRACT
Polypropylene is kind of polymer that is used as product warp. That many un degraded waste made by polypropylene is the main reason of using it as lightweight coarse aggregates concrete. To achive the structural concrete, required the right composition of concrete materials. In this reseacrh, ratio the volume of coarse aggregate to the volume of cement used are 2,6 2 and 1,8 where the resulting compressive cube strength are obtained 243,762 kg cm2 268,744 kg cm2 dan 285,623 kg cm2, with modulus of elasticity 7584,048 MPa 2520,158 MPa 3913,633 MPa and poisson rsquo s ratio are 0,178 0,164 0,219. Besides that, the resulting of flexural strength are obtained 2,94 MPa 2,43 MPa and 3,41 Mpa. This lightweight concrete is classified as moderate lightweight concrete based on ACI 213R 87."
2017
S68732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aini Sulistyowati
"Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang masih digunakan oleh masyarakat hingga saat ini. Kekuatan kayu dapat diketahui dengan melakukan pengujian sifat mekanis di laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan percobaan acak lengkap 2 perlakuan terdiri atas contoh uji kecil kayu bebas cacat dan contoh uji kayu skala penuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi antara hasil uji modulus elastisitas dan kuat lentur contoh uji kecil bebas cacat dengan contoh uji skala penuh kayu Gmelina. "
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2020
690 MBA 55:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Rahman
"ABSTRAK
Mortar yang terbuat dari semen dan agregat halus dengan perbandingan 1:4, dimodifikasi dengan menambahkan abu sekam padi sebagai material subtitusi parsial yang menggantikan sejumlah proporsi agregat halus sebesar 10%, 20%, 30% dan 40% dari berat agregat halus. Serangkaian uji coba di laboratorium dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap kuat tekan, modulus elastisitas dan permeabilitas mortar. Hasil evaluasi data hingga saat ini memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan abu sekam padi dalam campuran mortar mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan mortar. Semakin banyak penggunaan abu sekam padi semakin besar penurunan kekuatan mortar.
2. Penggunaan abu sekam padi pada campuran mortar menurunkan modulus elastisitas mortar. Semakin banyak penggunaan abu sekam padi semakin besar penurunan modulus elastisitas mortar.
3. Penggunaan abu sekam padi pada campuran mortar menaikkan permeabilitas mortar. Semakin banyak penggunaan abu sekam padi semakin besar permeabilitas mortar."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1502
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Senopati
"

Logam titanium dan paduannya memiliki beberapa sifat yang unggul seperti kekuatan yang tinggi, densitas yang rendah, dan ketahanan korosi yang tinggi. Keunggulan sifat tersebut menyebabkan logam titanium dan paduannya dapat digunakan untuk aplikasi biomedik. Paduan Ti-6Al-4V merupakan paduan titanium yang sudah banyak digunakan untuk aplikasi biomedik. Namun dalam beberapa dekade terakhir studi mengenai toksisitas dai unsur Al dan V pada paduan Ti-6Al-4V serta perbedaan modulus elastisitas yang masih cukup tinggi memicu para peneliti untuk mendesai paduan titanium baru yang aman digunakan dalam tubuh manusia serta memiliki modulus elastisitas yang rendah atau mendekati modulus elastisitas tulang manusia. Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan paduan titanium beta Ti-6Mo-6Nb-xSn (Sn= 0, 4, 8) dengan metode arc remelting pada suasana gas inert argon dilanjutkan dengan homogenisasi, pengerolan panas, dan solution treatment pada temperatur (800, 900, dan 1000 °C). Hasil pengamatan struktur mikro dan analisa difraksi sinar x pada ingot hasil remelting menunjukkan penambahan Sn berpengaruh terhadap terbentuknya fasa titanium beta dan dapat menekan terbentuknya fasa titanium alfa. Paduan Ti-6Mo-6Nb-xSn memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dibandingkan paduan titanium komersial Ti-6Al4V. Hasil pengamatan struktur mikro dan analisa difraksi sinar x pada sampel hasil solution treatment menunjukkan temperatur solution treatment berpengaruh terhadap terbentuknya fasa titanium α dan titanium β serta besar butir β. Paduan Ti-6Mo-6Nb-xSn juga memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan paduan Ti-6Al-4V komersial serta berdasarkan hasil uji sitotoksisitas aman digunakan pada sel hidup.


Titanium and its alloy have excellent properties such as high strength, low density, and high corrosion resistant. The advance properties made titanium and its alloy have been used for biomedical application. Ti-6Al-4V is titanium alloy that has been used widely for biomedical application. Otherwise, in last decade toxicity of Al and V in Ti-6Al-4V alloy made researcher to design new titanium alloy that safe for human body and has low elastic modulus compared with bone. In this study Ti-6Mo-6Nb-xSn alloy have been made using arc melting in inert gas argon atmosphere followed by homogenization, hot rolled, and solution treatment at 800, 900, and 1000 °C. Microstructure observation and diffraction pattern show that Sn addition and Solution treatment temperature affect on beta titanium formation. The Ti-6Mo-6Nb-xSn have lower elastic modulus compared with commercial Ti-6Al-4V alloy. The Ti-6Mo-6Nb-xSn also has better corrosion resistance compared with Ti-6Al-4V commercial. Citotoxicity test reported that Ti-6Mo-6Nb-8Sn is safe to used in living cell.

"
2019
T53212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tentues Immanuel Pratama
"Pelepasan ion Al dan V pada produk komersial implan medis Ti-6Al-4V dapat menyebabkan permasalahan kesehatan karena bersifat toksik. Selain itu modulus elastisitas implan medis Ti-6Al-4V relatif lebih tinggi dari modulus elastisitas tulang manusia, sehingga dapat menyebabkan fenomena stress shielding effect. Oleh sebab itu, dilakukan pergantian unsur Al dan V dengan unsur Nb dan Mo yang tidak bersifat toksik. Kemudian ditambahkan kembali unsur low cost Mn dengan variasi 2%, 4%, dan 6% untuk mensubtitusi unsur Nb dan Mo yang termasuk unsur yang relatif mahal. Unsur Nb, Mo dan Mn merupakan unsur penstabil fasa β yang memiliki nilai modulus elastisitas lebih rendah dibanding Ti-6Al-4V. Fasa β merupakan fasa yang stabil pada suhu tinggi, sehingga dilakukan perlakuan panas untuk menstabilkan fasa ini dengan homogenisasi pada 3, 6 dan 12 jam untuk mengetahui pengaruhnya.
Hasil penelitian membuktikan bahwa penambahan komposisi Mn pada paduan menyebabkan penurunan efek toksisitas dengan menstabilkan pembentukan lapisan pasif pada permukaan logam. Lalu, didapatkan perolehan fraksi volume fasa β yang meningkat seiring penambahan komposisi unsur Mn sehingga didapatkan nilai modulus elastisitas yang menurun. Pada proses perlakuan panas, waktu 6 jam merupakan waktu yang optimal untuk memperoleh fasa β yang lebih homogen dengan mengeliminasi sisa fraksi volume fasa α yang ada pada paduan.
Dapat disimpulkan penambahan komposisi unsur paduan Mn akan meningkatkan perolehan fasa β dan perlakuan panas perlu dilakukan untuk mendapatkan fasa β yang stabil dan homogen, sehingga didapatkan paduan yang lebih inert dengan nilai modulus elastisitas mendekati nilai modulus elastisistas tulang manusia.

The release of Al and V ions in commercial products of Ti-6Al-4V medical implants can cause health problems because they are toxic. In addition, the modulus of elasticity of Ti-6Al-4V medical implants is relatively higher than the modulus of elasticity of human bones, so that it can cause stress shielding effect phenomena. Therefore, al and V elements are replaced with Nb and Mo elements which are not toxic. Then the low cost Mn element was added with variations of 2%, 4%, and 6% to substitute Nb and Mo elements which included relatively expensive elements. Nb, Mo and Mn elements are β phase stabilizers which have a modulus of elasticity lower than Ti-6Al-4V. The β phase is a phase that is stable at high temperatures, so heat treatment is carried out to stabilize this phase by homogenization at 3, 6 and 12 hours to determine its effect.
As a result, the addition of the Mn composition to the alloy causes a decrease in the effect of toxicity by stabilizing the formation of a passive layer on the metal surface. Then, the acquisition of β phase volume fraction obtained increases with the addition of the composition of the element Mn so that the modulus of elasticity decreases. In the heat treatment process, 6 hours is the optimal time to obtain a more homogeneous β phase by eliminating the remaining α phase volume fraction present in the alloy.
It can be concluded that the addition of Mn alloy element composition will increase β phase acquisition and heat treatment needs to be done to obtain a stable and homogeneous β phase, so that more inert alloys with elastic modulus values ​​are obtained close to the human bone elastic modulus.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Jauza Naufal
"Kuat tekan dan modulus elastisitas merupakan parameter utama dalam menentukan kualitas beton. Kuat tekan merupakan kemampuan beton dalam menahan beban yang diterimanya. Modulus elastisitas sebagai tolak ukur elastis beton merupakan rasio dari tekanan yang diterima beton dengan deformasi per satuan panjang. Terdapat perbedaan formulasi dalam pengukuran nilai modulus elastisitas pada beton yang ditetapkan oleh American Concrete Institute. Hal tersebut menyebabkan ambiguitas dalam menentukan nilai modulus elastisitas. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi modulus elastisitas terhadap kuat tekan beton baik melalui pengujian destruktif maupun non-destruktif. Korelasi antara pengujian non-destruktif dan destruktif menghasilkan suatu fenomena beton yang observative sehingga perlu kajian lebih lanjut dalam menguji kualitas beton. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara pengujian non-destruktif terhadap pengujian destruktif dengan menggunakan beton instan non-OPC. Pengujian non-destruktif yang diaplikasikan berupa uji Schmidt Rebound Hammer, Windsor Pin Penetration, dan Ultrasonic Pulse Velocity. Sedangkan pengujian destruktif yang diaplikasikan berupa uji kuat tekan dan uji modulus elastisitas. Dari penelitian ini diperoleh hasil kedua metode pengujian yang digunakan untuk mengorelasikan antara pengujian destruktif dan non-destruktif. Dari ketiga metode pengujian non-destruktif tersebut merepresentasikan hasil yang baik terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas.

Compressive strength and elastic modulus are key parameters in determining the quality of concrete. Compressive strength refers to the ability of concrete to withstand the applied load. Elastic modulus, as a measure of concrete's elasticity, is the ratio of stress to strain per unit length. There are differences in the formulation of measuring the value of elastic modulus in concrete, as established by the American Concrete Institute. This leads to ambiguity in determining the value of elastic modulus. Therefore, further research is needed to study the correlation between elastic modulus and compressive strength of concrete, both through destructive (DT) and non-destructive testing (NDT). The correlation between NDT and DT yields an observational phenomenon in concrete, requiring further investigation to assess concrete quality. This study aims to analyze the correlation between NDT and DT using non-Ordinary Portland Cement (OPC) instant concrete. The NDT methods applied include the Schmidt Rebound Hammer, Windsor Pin Penetration, and Ultrasonic Pulse Velocity. The DT methods applied include the compressive strength test and the elastic modulus test. This research obtained the results of both testing methods used to correlate between DT and NDT. The three NDT methods represent good results for compressive strength and elastic modulus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Agustinus Chesin
"Beton merupakan salah satu material konstruksi yang paling sering digunakan. Properti material beton yang seringkali menjadi perhatian adalah kuat tekan atau mutunya. Namun, modulus elastisitas juga merupakan salah satu parameter yang penting, dimana modulus elastisitas menentukan kekakuan struktur beton. Oleh sebab itu, diperlukan adanya studi mengenai modulus elastisitas beton di Indonesia, yang kemudian akan dibandingkan dengan literatur mengenai modulus elastisitas. Hubungan kuat tekan dengan modulus elastisitas pada beton yang menggunakan semen non-OPC (yaitu PPC atau Portland Pozzolan Cement) yang diukur menggunakan 3 buah ekstensometer memiliki persamaan berupa E = 8297,8 ln(fc’) - 2740,4 (dalam MPa) untuk metode ASTM C469, dan E = 7834,9 ln(fc’) – 1107,7 (dalam MPa) untuk metode ISO 1920:10. Bila disesuaikan dengan bentuk ACI 318-14, yaitu dalam akar dari fc’, maka persamaan yang diperoleh untuk metode ASTM C469 adalah E = 3450,4 √fc’ + 6572,1 (dalam MPa) dan untuk metode ISO 1920:10 adalah E = 3251,7 √fc’ + 7716,3 (dalam MPa). Apabila konstanta tersebut dihilangkan atau intercept nol, maka persamaan yang diperoleh untuk metode ASTM C469 adalah E = 4753,8 √fc’ (dalam MPa) dan untuk metode ISO 1920:10 adalah E = 4753,8 √fc’ (dalam MPa). Hubungan tersebut juga memiliki perbedaan untuk sampel curing dan non-curing, yaitu sampel yang dirawat secara curing memiliki nilai modulus elastisitas yang lebih tinggi, terutama pada sampel dengan mutu rendah. Hubungan antara hasil yang didapat jika dibandingkan dengan literatur ACI 318-14 adalah nilai modulus elastisitas beton dengan semen PPC lebih tinggi daripada literatur ACI 318-14 untuk mutu dibawah 28,5 MPa, sementara untuk mutu diatas 28,5 MPa nilainya lebih rendah dibandingkan dengan literatur ACI 318-14.

Concrete is one of the most frequently used construction materials. The material property of concrete that is often of concern is its compressive strength. However, the modulus of elasticity is also an important parameter, where the modulus of elasticity determines the stiffness of the concrete structure. Therefore, it is necessary to study the modulus of elasticity of concrete in Indonesia, which will then be compared with the literature on the modulus of elasticity. The relationship between compressive strength and elastic modulus in concrete using non-OPC cement (PPC or Portland Pozzolan Cement) as measured using 3 extensometers has the equation E = 8297.8 ln(fc') - 2740.4 (in MPa) for ASTM C469 method, and E = 7834.9 ln(fc') – 1107.7 (in MPa) for the ISO 1920:10 method. When adjusted to the ACI 318-14 trendline, namely in the roots of fc', the equation obtained for the ASTM C469 method is E = 3450,4 √fc’ + 6572,1 (in MPa) and for the ISO 1920:10 method is E = 3251,7 √fc’ + 7716,3 (in MPa). If these constants are omitted or the intercept is zero, then the equation obtained for the ASTM C469 method is E = 4753,8 √fc’ (in MPa) and for the ISO 1920:10 method is E = 4753,8 √fc’ (in MPa). This relationship also has differences for cured and non-cured samples, namely cured-treated samples have higher elastic modulus values, especially for samples with low compressive strength. The relationship between the results obtained when compared with the ACI 318-14 literature is that the elastic modulus value of concrete with PPC cement is higher than the ACI 318-14 literature for compressive strength below 28.5 MPa, while for compressive strength above 28.5 MPa the value is lower than ACI literature 318-14."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggar Septia Irawati
"Penggunaan bambu sebagai material konstruksi meningkat seiring dengan isu lingkungan yang semakin banyak dibahas. Namun demikian, tidak ada regulasi yang secara spesifik mengatur tentang desain konstruksi bambu di Indonesia. Penentuan sifat mekanik bambu di Indonesia kebanyakan masih diambil dari rata-rata hasil pengujian di laboratorium, sementara ISO 22156 mengatur penggunaan nilai persentil kelima dari hasil pengujian. Oleh karena itu, studi komparasi perilaku bambu yang nilai sifat mekanik dihitung menggunakan metode rata-rata dan persentil ke-5 hasil pengujian sangat penting untuk dilakukan karena akan meningkatkan perhatian dan pemahaman para perencana untuk menggunakan sifat mekanik dari persentil ke-5 hasil pengujian dalam perencanaan struktur bambu. Makalah ini menyajikan hasil studi komparasi perilaku lentur balok bambu yang sifat mekanik lentur, modulus elastisitas lentur dan modulus patah, dihitung menggunakan 3 metode yaitu metode rata-rata, metode persentil ke-5 ISO 22156, dan metode persentil ke-5 hubungan antara modulus elastisitas dan modulus lentur. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan modulus elastisitas dan modulus patah bambu yang didapatkan dari metode rata-rata hasil pengujian laboratorium tidak disarankan karena memberikan nilai kapasitas beban, baik pada beban maksimum maupun beban pada kondisi lendutan ijin, yang lebih tinggi dibandingkan data beban pada kedua kondisi yang diperoleh dari hasil pengujian lentur statik. Hal ini akan meningkatkan risiko kegagalan pada struktur bambu. Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa persyaratan kekakuan adalah faktor yang lebih menentukan pada perencanaan struktur balok bambu. Penggunaan nilai modulus elastisitas dan modulus patah yang diperoleh dari metode ISO 22156 lebih direkomendasikan."
Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
728 JUPKIM 15:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>