Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anastasia Ninik Tridjaja
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Novita Mulya
"Karies merupakan salah satu komplikasi yang umumnya terjadi pada gigi impaksi. Penelitian yang membahas mengenai distribusi frekuensi karies pada gigi impaksi sudah banyak dilakukan di berbagai negara, namun di Indonesia masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai distribusi frekuensi karies pada gigi molar tiga kelas IA di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif yang bersifat retrospektif dengan sampel penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari kartu status pasien RSKGM FKGUI periode Januari 2010-Juli 2013.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa prevalensi impaksi molar tiga bawah kelas IA sebesar 42,5% dari 496 kasus impaksi molar tiga bawah. Rasio laki-laki : perempuan yang mengalami impaksi molar tiga kelas IA adalah 1:1,7. Mayoritas pasien berusia 17-35 tahun dan kebanyakan berasal dari suku Jawa (44,1%). Sebanyak 23,2% pasien mengalami karies pada gigi impaksinya dan umumnya terjadi pada impaksi mesioangular (17,2%). Permukaan oklusal merupakan daerah yang paling rentan terhadap terjadinya karies baik pada impaksi mesioangular, vertikal, horizontal, maupun transverse, yaitu sebanyak 59,6%.

Caries is one of the complications commonly arise in impacted teeth. Studies concerning frequency distribution of caries in impacted third molar are widely available in several countries, but not in Indonesia. This study aims to get information regarding frequency distribution of caries in class IA impacted third molar among patients of Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Research was done using retrospective descriptive study through observation of patient’s status cards at RSKGM FKGUI from January 2010 to July 2013.
The results indicate that prevalence of class IA impacted third molar is 42.5% out of 496 cases of all impacted mandibular third molar. Gender ratio of male to female is 1: 1.7, whereas the majority of the patients are aged 17-35 years old and of Javanese origins (44.1%). Some patients have caries in their impacted third molar (23.2%), especially in mesioangular impaction (17.2%). Occlusal surface accounts for the most susceptible site to caries in class IA impacted third molar (59.6%) in all mesioangular, vertical, horizontal and transversal impaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Ghassani Putri
"Latar Belakang: Molar tiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi. Impaksi gigi molar tiga seringkali dikaitkan dengan berbagai macam kondisi patologis, salah satunya adalah karies pada molar tiga itu sendiri. Penelitian mengenai distribusi dan frekuensi karies pada molar tiga yang impaksi telah dilakukan di berbagai negara, namun di Indonesia masih sedikit penelitian yang membahas hal ini.
Tujuan: Mengetahui distribusi dan frekuensi karies pada molar tiga yang impaksi di RSKGM FKG UI Periode Januari 2014-Desember 2016.
Metode: Studi deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari rekam medik pasien RSKGM FKG UI periode Januari 2014-Desember 2016.
Hasil: Analisis dilakukan pada 442 kasus impaksi molar tiga yang diindikasikan untuk dilakukan tindakan odontektomi. Dari 442 molar tiga yang impaksi, sebanyak 136 gigi 30,8 mengalami karies. Karies paling banyak terjadi pada pasien usia 26-30 tahun 32,4. Karies lebih banyak ditemukan pada pasien laki-laki 55,1 dan pada elemen gigi 38 58,1. Karies paling sering terjadi pada molar tiga dengan impaksi mesioangular 72, kelas II 63,2, dan posisi A 80,1. Permukaan yang paling sering mengalami karies adalah permukaan oklusal 47,8. Sebagian besar karies yang terjadi pada molar tiga impaksi telah mencapai kateogori advanced 61,8.
Kesimpulan: Distribusi dan frekuensi karies pada molar tiga paling banyak ditemukan pada pasien laki-laki dengan usia 26-30 tahun dan karies paling banyak ditemukan pada molar tiga dengan impaksi mesioangular IIA.

Background: The third molar is the most common tooth to become impacted. Impacted third molar is often associated with various pathological conditions, one of which is dental caries in the third molar itself. Research about caries in impacted third molar had been done in some countries. However, in Indonesia, the research about this matter is currently limited.
Aim: This research is conducted to see the frequency and distribution of caries in impacted third molar in RSKGM FKG UI from January 2014 ndash December 2016.
Methods: The analysis was conducted on 442 cases of impacted third molar indicated for odontectomy.
Results: From 442 cases of impacted third molar, 136 teeth 30.8 had dental caries. Dental caries mostly found in patients that were 26 30 in age 32.4. Dental caries mostly happen in man 55.1 and mostly found in mandibular left third molar 58.1. Mesioangular angulation 72, class II 63.2, and position A 80.1 impaction are the most common. Caries mostly found in the occlusal surface of the impacted third molar 47,8 . Most of the caries found in the third molar are classified into the advanced category 61.8.
Conclusion Caries in impacted third molar mostly found in male patient that were 26 30 in age and mostly found in third molar with mesioangular IIA classification.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Chandra
"Gigi molar tiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi. Distribusi dan frekuensi impaksi gigi molar tiga yang mengakibatkan karies pada gigi molar dua dapat diteliti lebih lanjut.
Tujuan : Melihat dan menganalisis distribusi frekuensi karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Bahan dan metode : Analisis dilakukan pada 442 kasus impaksi gigi pasien RSKGM FKG UI periode Januari 2014-Desember 2016 dengan melihat data sekunder pasien.
Hasil : Jumlah kasus karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah pada jenis kelamin perempuan lebih besar dibanding jenis kelamin laki-laki dengan perbandingan persentase 54.9 : 45.1 atau 1,2 : 1. Sedangkan untuk kelompok usia yang mengalami kasus karies terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah berturut-turut adalah sebagai berikut : kelompok usia 16-25 tahun 42.4, 26-35 tahun 42.4, 36-45 tahun 12.5, 46-55 tahun 2.2, 55-65 tahun 0 dan 66-75 0.5.
Kesimpulan : Kelompok usia 21-25 tahun berjenis kelamin perempuan lebih rentan mengalami karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga.

Impacted third molars often occur. Frequency and distribution of impacted third molars accociated with caries on second molars needs to be investigated.
Aim: To know and analyze the frequency distribution of caries on second molars associated with impacted mandibular third molars based on age group and gender.
Method: 442 Medical records of patients with impacted teeth in RSKGM FKG UI period of Januari 2014 December 2016 were analyzed.
Results: Female were more involved than male with percentage of 54.9 45,1 or 1,2 1. Based on age group, caries on second molars associated with impacted mandibular third molars are age group 16 25 years old 42.4, 26 35 years old 42.4, 36 45 years old 12.5, 46 55 years old 2.2, 55 65 years old 0 and 66 75 0.5.
Conclusion: Female within the age group of 21 25 years old have the highest risk in caries on second molars associated with thirs molars impaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harismanto
"Latar Belakang: Prakiraan usia adalah bagian penting dari pemeriksaan forensik. Prakiraan usiang sering digunakan dalam berbagai kondisi, baik dalam kondisi kriminalitas maupun bencana alam. Selain itu, perkiraan usia juga dapat diterapkan pada orang yang masih hidup, terkait dengan aplikasi hukum dan penerbitan surat-surat penting. Perkiraan usia dengan untuk usia anak hingga remaja juga penting dalam konteks hukum dan medikolegal karena saat ini hanya gigi molar ketiga yang masih mengalami pertumbuhan. Tujuan: Untuk mengetahui perkiraan usia dengan menggunakan metode kh¨oler yang di koversikan dengan angka dari perkembangan gigi geraham ketiga pada penduduk Indonesia. Metode:Jumlah sample terdiri dari 300 foto radiograf panoramik pada orang Indonesia yang telah diketahui usia kronologis (8-25) tahun). Analisis ini menggunakan uji korelasi pearson. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan rumus regresi untuk perhitungan prakiraan usia. Hasil: Analisis statistik menggunakan uji korelasi Pearson (uji parametrik) menunjukkan korelasi antara variabel gigi molar tiga 18, 28, 38, dan 48, dan usia bermakna secara statistik (p < 0,05) dengan koefisien korelasi (kekuatan korelasi) >0,75. Hal ini menunjukkan bahwa 18, 28, 38, dan 48 gigi geraham ketiga masing-masing berpotensi cukup kuat untuk dijadikan variabel dalam pendugaan usia kronologis. Kesimpulan: Menunjukkan rumus penghitungan estimasi usia dengan kehadiran empat molar ketiga, tiga gigi molar tiga, dua gigi molar tiga, dan satu gigi molar tigayang dapat menampilkan prakiraan estimasi usia populasi di Indonesia

Background: Age estimation is an important part of forensic examination. Age forecasts are often used in various conditions, both under conditions of crime and natural disasters. In addition, age estimates can also be applied to living persons, related to legal applications and the issuance of important papers. Estimates of age for children to adolescents are also important in legal and medicolegal contexts because currently only third molars are still developing. Objective: To determine the estimated age using the Kh¨oler method which is converted to the number of third molars in the Indonesian population. Methods: The number of samples consisted of 300 panoramic radiographs of Indonesian people with known chronological age (8-25) years). This analysis uses the Pearson correlation test. This analysis is used to obtain a regression formula for calculating the estimated age. Results: Statistical analysis using the Pearson correlation test (parametric test) showed a correlation between the third molar variables 18, 28, 38, and 48, and age was statistically significant (p < 0.05) with a correlation coefficient (correlation strength) >0, 75. This shows that 18, 28, 38, and 48 third molars each have strong enough potential to be used as variables in estimating chronological age. Conclusion: Shows the formula for calculating age estimation with the presence of four third molars, three third molars, two third molars, and one third molar that can show the estimated age of the population in Indonesia."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nur Cahyo
"Latar Belakang: Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi atau berkembang di lokasi fungsional yang tepat. Molar ketiga yang impaksi diklasifikasikan menurut: Klasifikasi Winter dan Pell & Gregory. Klasifikasi musim dingin menjelaskan hubungan angulasi, sedangkan klasifikasi Pell & Gregory menjelaskan hubungan ramus dan kedalaman impaksi. Molar ketiga rahang bawah impaksi yang tumbuh tidak normal sehingga mengakibatkan kondisi patologis, salah satunya yang lainnya adalah karies distal pada gigi tetangga, molar kedua. Tujuan: Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi karies distal pada gigi molar dua rahang bawah akibat gigi geraham ketiga yang impaksi di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2015-2018. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Subjek Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis Pasien RS Khusus Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2015-2018. Kesimpulan: Distribusi dan frekuensi pasien pasien bedah mulut dan odontektomi di Fakultas Kedokteran Gigi dan Mulut Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada kunjungan pasien bedah mulut tertinggi yaitu pada tahun 2018 sebanyak 3290 pasien (31%), dan kunjungan pasien odontektomi tertinggi terjadi pada tahun 2018
sebanyak 859 pasien (36%), kasus yang ditemukan dalam penelitian ini, lebih menemukan pasien tanpa karies distal molar kedua mandibula
Universitas Indonesia iv sebanyak 181 kasus (66%) dibandingkan dengan yang karies, elemen gigi yang Paling sering ditemukan pada karies distal molar ketiga mandibula, yaitu pada gigi 37 sebanyak 60 kasus (57%), prevalensi tertinggi pada kedalaman karies distal molar kedua bawah terletak di dentin pada 63 kasus (59%), dan karies distal geraham bawah adalah umum

Background: Impacted teeth are teeth that fail to erupt or develop in the proper functional location. Impacted third molars are classified according to: Winter and Pell & Gregory classification. The winter classification describes the angulation relationship, while the Pell & Gregory classification describes the ramus relationship and impaction depth. The impacted mandibular third molar that grew abnormally resulted in pathological conditions, one of which was distal caries on the neighboring tooth, the second molar. Objective: To determine the distribution and frequency of distal caries in mandibular second molars due to impacted third molars at the Dental and Oral Special Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia for the period 2015-2018. Methods: This study is a retrospective descriptive study. The subject of this study used secondary data obtained from the medical records of patients at the Special Dental and Oral Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia for the period 2015-2018. Conclusion: The distribution and frequency of oral surgery and odontectomy patients at the Faculty of Dentistry and Oral Dentistry at the University of Indonesia has increased every year, the highest oral surgery patient visits were in 2018 as many as 3290 patients (31%), and the highest odontectomy patient visits happened in 2018
as many as 859 patients (36%), the cases found in this study, found more patients without caries distal to the mandibular second molar
University of Indonesia iv as many as 181 cases (66%) compared to those with caries, the most common dental element found in caries distal to the mandibular third molar, namely in tooth 37 as many as 60 cases (57%), the highest prevalence in the distal caries depth of the lower second molar is located in dentin in 63 cases (59%), and distal mandibular caries was common
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gery Gilbert
"Latar Belakang : Distribusi frekuensi impaksi gigi molar tiga maksila berdasarkan klasifikasi Pell-Gregory, Winter, dan hubungan dengan sinus maksila dapat menunjukan variasi yang dapat berperan penting dalam mengantisipasi kesulitan pada saat odontektomi. Tujuan : Mengetahui frekuensi kasus impaksi molar tiga maksila pada radiograf panoramik berdasarkan klasifikasi Pell-Gregory dan Winter serta hubungan dengan sinus maksila di RSKGM FKG UI. Metode : Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kategorik menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien di RSKGM FKG UI. Hasil : Penelitian yang dilakukan pada 102 kasus impaksi molar tiga maksila menunjukkan kasus impaksi molar tiga maksila paling banyak pada wanita dengan persentase 62.7%, namun hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara perbedaan gender dengan masing-masing klasifikasi impaksi. Frekuensi tertinggi dari masing-masing klasifikasi adalah Kelas C sebesar 46.08% pada klasifikasi Pell-Gregory, impaksi distoangular sebesar 35.3% pada klasifikasi Winter, dan impaksi tipe 4 sebesar 60.78% pada klasifikasi berdasarkan hubungan dengan sinus maksila. Kesimpulan : Penelitian ini mendapatkan hasil distribusi frekuensi impaksi molar tiga maksila yang dapat menjadi acuan dalam menentukan tingkat kesulitan perawatan odontektomi.

Background : A method of classification of third molar impaction is needed because the anatomical position of impacted third molars can show variations that will play an important role in anticipating difficulties during extraction. Objective : To determine the impaction frequency of maxillary third molar impaction cases, as seen on panoramic radiographs and classified based on Pell-Gregory and Winter classification and also the relationship with maxillary sinus in RSKGM FKG UI. Methods : The type of research conducted is categorical descriptive research, using secondary data in the form of patient medical records at RSKGM FKG UI. Results : From 102 cases of maxillary third molar impaction, it was found that maxillary third molar impaction was most common in women with a percentage of 60%, but the results of statistical tests show no significant relationship between gender differences with each classification. The highest frequency of each classification is Class C of 46.08%, distoangular impaction of 35.3%, and impaction of type 4 by 60.78%. Conclusion : Classification of maxillary third molar impact can be a reference in determining the difficulty level of odontectomy treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Saptadi
"Latar Belakang: Komplikasi serius yang menyertai tindakan odontektomi adalah cedera nervus alveolaris inferior. Hal penting untuk mengetahui secara tepat posisi gigi molar tiga mandibula impaksi terhadap kanalis mandibula, dengan pemeriksaan radiologi baik 2 dimensi (radiograf panoramik) maupun 3 dimensi (CBCT Scan). Tujuan: Mengevaluasi posisi gigi molar tiga mandibula impaksi yang memiliki kedekatan terhadap kanalis mandibula pada radiograf panoramik berdasarkan  CBCT Scan. Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan data radiograf Panoramik dan DICOM File CBCT Scan yang memenuhi kriteria inklusi dari  beberapa fasilitas kesehatan yang ada di Jakarta dari bulan November 2010 sampai Desember 2017. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan komputer yang dilengkapi sistem operasi Macintosh atau Windows serta Planmeca  Romexis Ò imaging software viewer. Analisa data menggunakan SPSS 22 dan uji Chi-Square. Hasil: 48 pasien dengan 61 sampel  memenuhi kriteria inklusi. Kategori posisi berdasarkan radiograf panoramik paling banyak ditemukan adalah peningkatan radiolusensi. Kategori posisi berdasarkan CBCT Scan yang paling banyak ditemukan adalah posisi inferior. Berdasarkan uji statistik ditemukan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna (p<0.05) antara kategori Radiograf Panoramik dan kategori lingual-bukal-inferior pada CBCT Scan. Kesimpulan: Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi posisi gigi molar tiga mandibula terhadap kanalis mandibula dalam memperkirakan resiko terjadinya komplikasi cedera nervus alveolaris inferior selama tindakan odontektomi.

Introduction:The serious complication associated odontectomy is inferior alveolar nerve (IAN) injury.  It is essential to investigate accurately the position of impacted mandibular third molars improved the mandibular canal is by radiological examination in nor 2-dimensional (radiograph panoramic) and 3-dimensional (CBCT Scan). Obejctive: The aim of this study is to evaluate the positions of impacted mandibular third molars in which have proximity the mandibular canal on a panoramic radiography based on CBCT Scan. Materials and Methods: This study use descriptive analytic with panoramic radiograph and DICOM File data CBCT Scan that qualified inclusion criteria from several healthcare facilites in Jakarta from November 2010 until  December 2017. The research is done using a computer equipped with Macintosh or Windows operating system and Planmeca Romexis Ò imaging software viewer. Data analysis using SPSS 22 and Chi-Square test. Result: We got 48 patient with 61 teeth sample that qualified inclusion criteria. The most common found position we got from panoramic radiograph is increasing radiolucency. While, from CBCT scan we got the inferior position as the most common found position. Based on statistical test of result between Panoramic Radiograph and CBCT Scan we found that there is proportionally significance (p< 0.05) among category of panoramic radiograph and category of lingual-buccal-inferior on CBCT scan. Conclusion: This study can be used as a reference to evaluate the positions of mandibular third molars against the mandibular canal in prediction the risk of complications of inferior alveolar nerve injury during odontectomy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Dala Intan Sapta Nanda
"ABSTRAK
Latar Belakang : Low-level Laser Therapy (LLLT) merupakan suatu modalitas fisik yang digunakan dalam menunjang rehabilitasi. Pada pasca operasi impaksi molar tiga, dapat terjadi penurunan kualitas hidup karena beberapa respon fisiologis yaitu perdarahan ringan, bengkak, kekakuan dan nyeri. Yang menyebabkan disabilitas dalam aktivitas sehari-hari seperti makan dan minum. Dan mempengaruhi kualitas hidup pasien selama hari-hari pertama pasca operasi.
Metode :Desain penelitian studi Randomized Control Trial (RCT), single blind, terdiri dari 21 subjek grup intervensi LLLT dan 21 subjek grup kontrol (sham-LLLT) dengan rentang usia 18-30 tahun. Subjek grup intervensi diberikan dosis 54 J, densitas energi 18J/cm2 di hari 0, 3 & 7 pasca operasi impaksi molar tiga bawah. Kualitas hidup dinilai dengan memakai Short Form 36 (SF-36) sebelum dan sesudah terapi Laser.
Hasil : Terdapat perbedaan signifikan menurunkan nyeri (VAS) pasca operasi di hari ke 3 & 7 (p<0,05) antara kedua grup. Terdapat pengurangan trismus secara statistik bermakna pasca operasi di hari ke 3 dan 7 (p<0,05) antara kedua grup. Terdapat perbedaan statistik yang bermakna (p<0,05) terhadap kualitas hidup SF-36 domain Peran Fisik (PF), Rasa Nyeri (RN), Kesehatan Umum (KU) antara kedua grup. Perbaikan kualitas hidup SF-36 juga terlihat bermakna secara statistik (p<0,05) pada komponen fisik (KF) setelah pemberian LLLT.
Kesimpulan : LLLT dapat menurunkan nyeri pasien pasca operasi impaksi molar 3 bawah dari hari 0 hingga 3 dan nyeri menghilang di hari ke 7 pasca-operasi. LLLT mengurangi trismus pasien terutama di hari ke 3 pasca operasi, trismus menghilangkan di hari ke 7 pasca operasi. Gambaran kualitas hidup melalui SF-36 pasien pasca operasi impaksi pada penelitian ini menunjukkan hasil lebih rendah pada komponen fisik dibandingkan komponen mental. Dan terdapat peningkatan kualitas hidup pada pasien pasca operasi impaksi molar tiga bawah post-LLLT.

ABSTRACT
Background: Low-level Laser Therapy (LLLT) is a physical modality used in rehabilitation support. In lower third molar impacted patients, a decline in QOL due to some physiological response such as mild bleeding, swelling, stiffness and pain. This leads to disability in daily activities such as eating and drinking. And also can affect QOL of patients during the first days after surgery.
Methods: Study design Randomized Control Trial (RCT), single blind, consisting of 21 subjects in intervention group & 21 subjects LLLT sham-LLLT with an age range of 18-30 years. Subjects in the intervention group was given a dose 54 J, energy density 18J/cm2 at day 0, 3 & 7 pasca lower third molar removal. Both groups were assessed QOL using the Short Form 36 (SF-36) before and after LLLT.
Results: There was a statistically significant reduction in pain (VAS) post-operative on day 3 and 7 (p <0.05) between both groups. There is a statistically significant reduction of post-operative trismus at day 3 and 7 (p <0.05) between both groups. There is QOL improvement on the SF-36 domains Role Physical (RP), Bodily Pain (BP), General Health (GH), which was statistically significant (p <0.05) in both groups. Improvement of QOL SF-36 was also statistically significant (p <0.05) on the Physical Component (PCS) between both groups.
Conclusion: LLLT can reduce post-operative pain of lower third molar impacted patients from day 0 to 3 and disappeared at day 7 post-surgery. LLLT therapy reduces trismus under particularly at day 3 post-surgery and eliminate trismus on post-surgery day 7. Profile of the QOL through the SF-36 after lower third molar removal showed lower results on the Physical Component than the Mental Component. And increase QOL of lower third molar removal patients after post-LLLT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Hapindra Kasim
"Pendahuluan: Sakit gigi akut merupakan masalah yang sering terjadi pada rongga mulut. Sakit gigi bisa disebabkan karena adanya gigi impaksi, dimana gigi tidak dapat atau tidak akan dapat erupsi ke posisi sebagaimana fungsi normalnya. American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMFS) menyatakan bahwa 9 dari 10 orang memiliki setidaknya satu gigi impaksi, dengan prevalensi terbesar pada gigi molar tiga rahang bawah. Laser akupunktur merupakan modalitas akupunktur yang memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri pasca-odontektomi molar tiga. Tujuan penelitian acak terkontrol ini adalah untuk menganalisis perbedaan kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa dalam membantu memperbaiki intensitas nyeri pasien, jarak interinsisal dan bengkak pasca-odontektomi dibandingkan dengan kelompok kombinasi sham laser akupunktur dan medikamentosa.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda, dengan sampel yang dibutuhkan adalah 57 gigi molar tiga mandibula pada subjek pria/ wanita pasca- odontektomi dan diacak menjadi 2 kelompok: (1) kombinasi laser akupunktur dengan obat standar, dan (2) kombinasi sham laser akupunktur dengan obat standar. Subjek akan menerima dua kali terapi, yaitu hari pertama dan ke-3 pasca-odontektomi. Pasien dan penilai hasil tidak mengetahui alokasi kelompok. Laser akupunktur menggunakan laserpen RJ®, program gelombang Nogier E, 4672 Hz, 785 nm, power 70 mW, dengan dosis 4 Joule pada titik akupunktur tubuh dan dosis 1 Joule pada titik telinga.
Hasil: Untuk semua variabel luaran pada hari ke-7, terdapat pengurangan intensitas nyeri pada kelompok kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok sham (p<0,001). Jarak interinsisal untuk kelompok laser juga menunjukan perbaikan dibandingkan kelompok sham (p<0,001), hal yang sama untuk pengurangan dimensi bengkak yang lebih besar pada kelompok laser (p=0,003 dan p<0,001).
Kesimpulan: Kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa dapat membantu memperbaiki gejala pasca-odontektomi molar tiga mandibula, khususnya dalam hal intensitas nyeri, jarak interinsisal dan bengkak.

Introduction: Acute tootache is a problem that often occurs in the oral cavity. Toothache can be caused by an impacted tooth, where it can’t or will not erupt into its normal functional position. The American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMFS) states that 9 out of 10 people have at least one impacted tooth, with the greatest prevalence in mandibular third molars. Laser therapy is an acupuncture modality that has benefit of reducing pain after third molar extraction. The aim of this randomized controlled study was to analyze the difference between the combination of laser acupuncture with standard medication in reducing the patient's pain intensity and swelling, as well as improving the interincisal space in Post-Odontectomy Third Mandibular Molar Patients.
Method: This study was a double-blind, randomized controlled trial, with samples consisting of 57 mandibular third molars in post-odontectomy male/female subjects, which randomized into 2 groups: (1) combination of laser acupuncture with standard medications, and (2) combination sham laser acupuncture with standard medications. Subjects will receive two treatments, in the first dan third day of post-odontectomy. Patients and outcome assessors were blinded to group allocation. Laser acupuncture uses an RJ® laserpen with E-Nogier waves programs, 4672 Hz, 785 nm, 70 mW power with 4 Joules dose at the body acupuncture points and 1 Joule at the ear points. Results: For all outcome variables on 7th day, showed the reduction of pain intensity in laser acupuncture and medication combination group was greater compared to the sham (p<0.001). The interincisal space for the laser group was also greater than sham (p<0.001), as was the reduction in swelling which was greater in the laser group (p=0.003 and p<0.001).
Conclusion: The combination of laser acupuncture and medication may help improve post-odontectomy symptoms of mandibular third molars, especially in terms of pain intensity, interincisal space and swelling.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>