Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Jakarta: Kompas, 2002
320.959 8 MAS
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Darvin
"Dalam pengembangan suatu aplikasi, sangat penting untuk memperhatikan beberapa metrik utama yang menunjang keberlangsungan aplikasi tersebut. Metrik yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Performance, Scalability, Availability, dan Maintenance. Pada umumnya pembuatan sebuah aplikasi dimulai dengan arsitektur monolitik untuk menghindari kompleksitas dan mempercepat proses pengembangan dengan jumlah developer yang terbatas. Seiring dengan dilakukannya continuous development akan menyebabkan codebase dari aplikasi tersebut membesar dan akan sangat sulit untuk melakukan perawatan maupun penambahan sebuah fitur baru. Hal tersebut dikarenakan setiap perubahan yang dilakukan dapat mempengaruhi keseluruhan aplikasi karena pada dasarnya setiap servis ditempatkan dalam sebuah instance yang sama. Dengan melakukan migrasi dari arsitektur monolitik menuju microservice terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh seperti pengembangan secara paralel, melakukan scaling hanya pada layanan tertentu, memungkinkan penerapan pipeline, dan meningkatkan fleksibilitas aplikasi . Keuntungan tersebut dapat diperoleh dikarenakan setiap servis akan terpisah antara satu dengan yang lainnya. Namun, pelaksanaan migrasi tentunya bukan hal yang mudah untuk dilakukan karena diperlukan perancangan terlebih dahulu yang didasarkan pada kebutuhan masing-masing aplikasi. Dari penerapan migrasi yang dilakukan pada aplikasi Automation Messaging System, diperoleh bahwa terdapat peningkatan performa sebesar 68.10% dalam response time dan 36.02% lebih ringan dalam CPU Utilization. Perbandingan pada metrik lainnya juga mampu memberikan keunggulan dibandingkan arsitektur monolitik, seperti kemampuan scaling yang lebih efektif, kemudahan dalam melakukan perawatan, dan penurunan biaya bulanan infrastruktur sebesar 16.26%.
There are several important metrics needs to be considered when developing an application such as Performance, Scalability, Availability, and Maintenance aspects. In general, an application started developed using monolithic architecture to simplify and shorten the development process with limited amount of engineers. However, as we implemented the continuous development process, the source code of the application will expand as the time goes on and it will be very hard to maintain or add a new feature into it. This can happen because every code changes in monolithic application will affect the entire application as all the service registered inside are placed inside the same instance. Hence, the migration from Monolithic to Microservices is important because it provides numerous benefits, such as the separation of each service from one another, which enables parallel development possibilities. The other advantage are allowing pipeline implementation, increase technology stack flexibility, and improve scalability. These advantages can be obtained because each service is loosely-coupled or separated from one another. However, the implementation of the migration itself is not an easy task as it requires prior planning based on the specific needs of each application. Through the performed migration on the Automation Messaging System application, it was found that there was a 68.10% improvement in response time and a 36.02% less usage in CPU utilization. Furthermore, the comparison with other metrics also showed the superiority of the microservices architecture over the monolithic architecture, such as more effective scaling capabilities, ease of maintenance, and a monthly infrastructure cost reduction of 16.26%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Wahyudi
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat mampu bentuk dari lembaran Sandwich LDPE-UBC. Material sandwich terdiri atas kulit (skin) yang terbuat dari aluminium UBC (aluminium 3004-H24) dengan ketebalan 0,01 mm dan bagian inti tersusun dari LDPE polyfoam. Perekat atau adesif fleksibel yang digunakan double-sised tape. Fabrikasi sandwich dimulai dengan pemotongan dengan gunting serta pelurusan dan penghilangan tegangan sisa menggunakan mesin kempa hidraulik dengan beban 10 tonF/2400 C. Material sandwich memiliki ketebalan 1 mm. Sebelum uji Erichsen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan karakterisasi dengan pengujian tarik. Karakterisasi ini bertujuan untuk menentukan besar nilai kekutan tarik tensile strength), kekutan luluh (yield strength) dan kekuatan regang (elongasi). Dari data tersebut dapat ditentukan nilai n yang dimiliki oleh sandwich yang dapat digunakan untuk memprediksi mampu bentuk (stretcahibility) dari lembaran sandwich tersebut. Pengujian ini dilakukan terhdap dua jenis lembaran yaitu AlUBC monolitik dan sandwich. Sifat mampu bentuk yang dimiliki oleh kedua jenis lembaran tersebut ditentukan dari nilai Index Erichsen dan Limiting Dome Height atau LDH. Uji Erichsen dilakukan sesuai dengan standard JIS Z 2447 yang dilakukan di Laboratorium Metalurgi Mekanik Departemen Teknik Metalurgi dan Material. Uji Erichsen dilakukan dengan moda otomatis, menggunakan blank holder pressure maksimal 4 tonF dan kecepatan punch diberikan sebesar 2,5 mm/menit. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pelumas minyak goreng. Pengujian dilakukn terhadap 5 sampel aluminium LDPE-UBC dan 5 sample aluminium monolitik.
The research in this study was conducted to study the formability of the Sandwich Aluminum LDPE-UBC. The sandwich structure consist of Aluminum UBC (Al 3004-H24) as the skin or face with 0.01 mm thickness and the core is LDPE polyfoam. Flexible double-sided tape is used to bond the skin and core. Sandwich fabrication was performed by cutting, strengthening and stress relieving Al UBC using hydraulic press of 10 tons. The final thickness of sandwich is 1 mm. Before performing Erichsen test, the sandwich material was first characterized by tensile testing to determine the value of tensile strength, yield strength and elongation. The n- value is used to predict the stretchability of the sandwich. The Erichsen test was carried out on two types of materials, the monolithic Al UBC and aluminum LDPE-UBC. The formability of two material is showed Ericshen Index (IE) and the limiting dome height (LDH). The Erichsen test was performed in accordance the JIS Z 2447 at the Process Metallurgy Laboratory. Erichsen test was carried out with an automatic set-up, using a blank holder pressure of 4 Ton F at of 2.5 mm/minute. The test was performed by cooking oil lubricant with 5 Al UBC monolithic and 5 Al LDPE-UBC specimens."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library