Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mina Elfira
"The action of pai marantau (emigrating) is usually associated with the Minangkabau, the world’s largest matrilineal society, and one of the most fervently Islamic societies in Indonesia – the country with the largest Muslim population in the world. Once, it was mainly men who migrated, but more recently, women have also been emigrating. One consequence of emigrating from the matrilineal heartland in West Sumatra is that women lose some of the privileges conferred by the matrilineal adat, especially those pertaining to inheritance. Using qualitative fieldwork methods and Kandiyoti’s theory of the patriarchal bargain (1988), this paper explores how these women reconstitute matriliny in the contemporary rantau – in the multi-cultural society of the mega-city of Jabodetabek – by modifying it, and negotiating the terms of patriarchal norms. By exploring the mother-daughter relationships of emigrant Minangkabau women, the conclusion is that they have successfully exercised their agency, adapting to social changes, and regaining their power by using modified matriliny, and taking advantage of patriarchal norms."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
909 UI-WACANA 24:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ince Siti Nurmala
"Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia memiliki tahap-tahap perkembangan yang akan dijalani. Ketika sudah memasuki rentang usia dewasa muda (20-40 tahun), individu akan dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan manusia, seperti memilih pasangan hidup, mulai membina keluarga, dan mengasuh anak. Dalam kultur tradisional, yang menganggap pernikahan sebagai bagian penting dalam masyarakat (Schwartzberg et al., dalam Darrington, 2005), menjadi perempuan lajang tentunya alma menimbulkan efek yang dapat bersifat positif ataupun negatif bagi individu yang bersangkutan. Apalagi jika kita berbicara tentang peran gender dalam masyarakat, di mana perempuan umumnya dipandang sebagai individu yang identik dengan ruang lingkup domestik, yaitu menjadi ibu dan mengurus rumah tangga (Levinson, dalam Papalia & Olds, 1998) maka munculnya fenomena perempuan lajang yang berpendidikan tinggi dan memiliki karir yang baik, akan menjadi suatu topik yang menarik untuk dibahas.
Berkaitan dengan itu, penelitian ini membahas tentang gambaran hubungan perempuan lajang dengan figur ibu. Mengenai keunikan hubungan ibu dan anak perempuannya, sejumlah ahli mengatakan bahwa hubungan ibu dan anak perempuan cenderung memiliki suatu kedekatan khusus, suatu hubungan yang paling dekat dan paling penting dalam interaksi dengan keluarga, dan anak perempuan lebih sering mengunjungi ibunya daripada anak laki-laki (Chodorow; Wilmott & Young, dalam Fischer, 1987). Menurut Bowen (dalam Rastogi & Wampler, 1999), hubungan ibu dan anak perempuan merupakan hubungan yang signifikan karena menyajikan suatu mode transmisi mengenai pola kedekatan (closeness), kecocokan (enmeshment), jarak (distance), dan konflik antara satu generasi dengan generasi lainnya dalam keluarga.
Rastogi dan Wampler (1999) mengajukan tiga dimensi utama dalam meneliti hubungan ibu dan anak perempuan dewasa, yaitu: (1) Closeness, yaitu suatu perasaan keterikatan (sense of connection) dan keakraban (intimacy) dalam hubungan, tetapi tidak terbatas pada jarak geografis antara ibu-anak; (2) reliability, yaitu mengetahui bahwa ibu atau anak akan selalu ada ketika dibutuhkan. Dengan perkataan lain, ibu dan anak dapat saling mengandalkan diri masing-masing sebagai tempat bergantung; (3) Collectivism, yaitu keseimbangan antrra individualitas seseorang dan kebutuhan akan kelompok. Dalam penelitian berikut, peneliti merujuk pada teori ini dalam menentukan panduan wawancara dan analisis hasil wawancara.
Peneliti menyadari bahwa setiap individu tentunya memiliki keunikan sendiri dalam hal menghayati pengalaman dalam hidupnya. Oleh karena itu, pendekatan yang menurut peneliti paling tepat untuk membahas topik ini adalah desain penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan terhadap tiga orang perempuan dewasa muda (25-35 tahun), belum pernah menikah, pendidikan D3 atau S1, dan sudah bekerja. Perempuan lajang dipilih sebagai salah satu karakteristik sampel karena menurut penelitian Fischer (1987), dibandingkan dengan perempuan yang sudah menikah, perempuan lajang cenderung memiliki hubungan yang dependent dengan ibu, mereka merasa kesulitan menjawab pertanyaan : mengenai gambaran diri mereka sebagai ibu di masa yang akan datang (apakah kelak mereka akan menjadi ibu seperti ibu mereka aiau tidak?), dan cenderung rnenganggap masa depan sebagai suatu hal yang berada di luar kendali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga responden tidak menggambarkan hubungan yang dependent dengan ibu. Pada dimensi closeness, hanya satu responden yang melaporkan bahwa ia merasa dekat dengan figur ibu, sementara dua orang lainnya tidak menggambarkan adanya hubungan yang dekat. Pada dimensi reliability, hanya satu responden yang melaporkan bahwa ia dan ibu dapat saling mengandalkan satu sama lain, terutama sebagai tempat untuk berbagi cerita. Dua responden lainnya melaporkan bahwa ibu lebih sering meminta bantuan atau menceritakan masalah kepada orang lain (kakak) daripada kepada responden. Pada dimensi collectivism, ketiga responden menggambarkan tingkat trust in hierarchy yang tinggi. Sementara mengenai tingkat diferensiasi, dua responden menggambarkan tingkat diferensiasi yang rendah dan yang lainnya pada tingkat menengah. Pada aspek life structure, yaitu suatu pengertian subyektif tentang diri pada saat ini dan di masa yang akan datang, ketiga responden nampak relatif kesulitan memberikan gambaran tentang diri masing masing sebagai ibu di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Inayatu Soliha
"Marvel Cinematic Universe merupakan sebuah waralaba film yang semakin berkembang cepat dengan memperkenalkan banyak karakter baru, termasuk karakter pahlawan muda seperti Kamala Khan dalam sebuah seri dengan enam episode berjudul Ms. Marvel (2022). Seri televisi tersebut berfokus pada latar belakang Kamala, seperti profilnya sebagai remaja perempuan Amerika-Pakistan yang memiliki kekuatan baru dan bagaimana kekuatan tersebut mengubah hidupnya. Di satu sisi, Ms. Marvel (2022) juga menampilkan kesenjangan antargenerasi antara tiga karakter perempuan, Kamala, ibu Kamala yang bernama Muneeba, dan nenek Kamala yang bernama Sana. Perbedaan generasi antara ketiganya telah menyebabkan masalah yang lebih signifikan dalam seri televisi tersebut sebagaimana perbedaan generasi itu memengaruhi cara Kamala melihat mimpinya selagi ia harus tetap berpegang terhadap realitas yang sebenarnya. Dengan konsep dukungan sosial antara perempuan di hubungan antargenerasi dari Gina Bauswell, artikel ini membahas mengenai perbedaan generasi antara Kamala, Muneeba, dan Sana yang berasal dari tiga generasi berbeda dalam bagaimana mereka memahami arti mimpi dan realita. Pada akhirnya, konflik antargenerasi yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai mimpi dan realita ini dapat terselesaikan dengan konsep dukungan sosial.
......Marvel Cinematic Universe has been growing to be an expansive cinematic franchise, and they have introduced many new characters, including young heroes like Kamala Khan in the six-episode series titled Ms. Marvel (2022). The series focuses on Kamala’s background, such as her profile as a young American-Pakistani teenager having a new power that changes her life. On the other hand, the series also tells about Kamala’s family and how they affect her daily life and her new identity as a superhero. Ms. Marvel (2022) also portrays the generational gap in a family between three female characters, Kamala, Kamala’s mother named Muneeba, and Kamala’s grandmother, Sana. Their generational differences have led to a more significant issue in the series as it influences how Kamala perceives her dreams while needing to stick to her actual reality. Using the concept of social support among women in intergenerational relationships from Gina Bauswell, this article examines the generational differences between the characters Kamala, Muneeba, and Sana, who come from different generations in terms of perceiving dreams and reality. This research finds that intergenerational conflict caused by different perceptions of dreams and reality can be resolved with social support."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library