Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nia Afriana
Abstrak :
Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun. Data SDKI tahun 1986 terdapat 86%, tahun 1991 menjadi 53,8% tahun 1997 tinggal 52% dan tahun 2002 hanya 39,5%. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan semakin kompleks karena angkatan kerja wanita yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan ini tidak dapat dihindari karena kesempatan dibidang pendidikan yang diperoleh kaum wanita semakin terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola menyusui di kalangan ibu-ibu yang bekerja di Instansi Pemerintah di DKI Jakarta tahun 2004 yang mempunyai anak umur 4 bulan s/d 2 tahun dan faktor-faktor apa yang berhubungan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, pengumpulan data dilakukan dari data primer di 7 departemen terpilih melalui random sampling. Yaitu Departemen Agama, Departemen Luar Negeri, Departemen Perhubungan, Departemen Kehakiman dan HAM, Departemen Pertanian, Departemen Sosial dan Departemen Kehutanan. Dengan jumlah sampel 218 responden, dilaksanakan pada bulan Juni 2004. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur meliputi variabel umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan atasan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, sarana di tempat kerja, keterpaparan informasi, keterpaparan terhadap susu formula dan peraturan di tempat kerja. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan Chi Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menyimpulkan proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif pada ibu bekerja hanya 28 %. Presentase ini sangat jauh dari angka target nasional yaitu 80%. Hasil uji bivariat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan pola menyusui pada ibu bekerja adalah pendidikan, pengetahuan, sikap. dukungan keluarga, dan keterpaparan terhadap informasi tentang ASI. Dari hasil uji analisis multivariat terdapat tiga variabel yang berhubungan bermakna dengan pola menyusui pada ibu bekerja yaitu pengetahuan (OR = 2,478), keterpaparan terhadap informasi tentang ASI (OR = 3,737) dan dukungan keluarga (OR= 2,986). Dari ketiga variabel tersebut dapat disimpulkan variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan pola menyusui pada ibu bekerja adalah faktor keterpaparan terhadap informasi mengenai ASI. Mengingat sangat rendahnya proporsi menyusui eksklusif di kalangan ibu bekerja disarankan agar perlu adanya dukungan dari tempat kerja agar pemberian ASI eksklusif dapat terlaksana di kalangan ibu bekerja misalnya peraturan TPA harus dirubah, yang tadinya hanya menerima bayi usia 8 bulan ke atas sekarang dipertimbangkan untuk dapat menerima bayi usia 3 bulan ke atas. Selain hal tersebut perlu dikaji ulang sistem cuti yang berlaku saat ini, peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai ASI eksklusif agar ditingkatkan, perlu dukungan dan tindakan yang nyata dari pemerintah khusus Departemen Kesehatan mengenai kebijakan tentang promosi susu formula dan susu lanjutan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Mesta
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam era globalisasi yang semakin berkembang saat ini, peran sebagai "ibu" tetap dituntut berfungsi secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan anaknya, khususnya anak prasekolah sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Secara teoretis masa usia prasekolah adalah masa terpenting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia ini, bisa saja timbul stagnasi dalam usaha memenuhi tugas-tugas perkembangannya jika tidak diberi dukungan dan kesempatan.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah; apakah ada hubungan pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah; apakah ada hubungan perkembangan kemampuan sosialisasi dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan: perkembangan kemampuan sosialisasi, perkembangan kemampuan komunikasi dan pola komunikasi keluarga pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.

Penelitian ini dilakukan di Jakarta, melibatkan 142 anak usia prasekolah dari 8 Taman Kanak-kanak. Dengan rincian 71 anak mewakili kelompok ibu bekerja dan 71 anak lainnya mewakili kelompok ibu tidak bekerja.

Untuk melihat hubungan pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah, hubungan pola komunikasi dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, serta hubungan perkembangan kemampuan sosialisasi dan perkembangan kemampuan komunikasi dari anak usia prasekolah digunakan analisa korelasi. Sedangkan teknik untuk menguji perbedaan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah, perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, pola komunikasi keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja digunakan uji beda rata-rata.

Temuan-temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positip dan bermakna antara pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah. Di peroleh hasi l 0,201 dan signifikan pada taraf 5 %. Berarti antara pola komunikasi keluarga dan perkembangan kemampuan sosialisasi ada korelasi positip.

Selanjutnya ada hubungan yang positip dan signifikan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak dan pola komunikasi keluarga. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pola komunikasi keluarga yang digunakan, berarti akan meningkatkan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah.

Hubungan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak dan perkembangan kemampuan sosialisasi anak diperoleh sebesar 0,446 dan signifikan pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat perkembangan komunikasi akan semakin meningkat pula perkembangan kemampuan sosialisasinya.

Untuk pola komunkasi keluarga dari Ibu bekerja dan Ibu tidak bekerja, tidak terbukti ada perbedaan. Ibu bekerja dan Ibu tidak bekerja dalam sampel penelitian ini cenderung menggunakan pola komunikasi keluarga protektif, yaitu komunikasi orientasi sosialnya tinggi, sedangkan komunikasi orientasi konsepnya rendah, hasilnya sebanyak 77 sampel (54 %). Untuk pola komunikasi keluarga Laisser-faire dengan komunikasi yang orientasi sosial maupun komunikasi orientasi konsepnya rendah sebanyak 26 sampel (18 %). Pola komunikasi keluarga pluralistik yaitu dengan komunikasi yang berorientasi sosial rendah dan komunikasi berorientasi konsepnya tinggi sebanyak 7 sampel (5 %). Sedangkan Pola Komunikasi Konsensual dimana komunikasi yang berorientasi sosialnya maupun komunikasi orientasi konsepnya tinggi sebanyak 32 sampel (23 %).

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak, dari kelompok Ibu bekerja maupun Ibu tidak bekerja. Ini menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan komunikasi anak pada usia prasekolah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bekerja/tak bekerja Ibu. Apapun aktivitas dan tanggung jawab Ibu, nampaknya tetap memperhatikan perkembangan kemampuan komunikasi anak-anaknya.

Ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah pada Ibu bekerja dan tidak bekerja. Dibuktikan dari uji coba peluang rata-rata sebesar 0, 0166 pada tabel 4.10.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library