Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Sriyani
"Kemangi (Ocimum americanum L.) merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri dengan sitral sebagai komponen utamanya. Efektivitas sitral dalam penghambatan terhadap motilitas usus telah dibuktikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak atsiri daun kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap motilitas usus mencit putih jantan. Sejumlah 30 ekor mencit putih jantan dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif yang diberi 0,2 ml CMC 0,5%, kelompok kontrol positif diberi atropin sulfat 0,08 ml/20 g BB, kelompok kontrol pembanding diberi emulsi sitral 0,1 mg/20 g BB, dan tiga kelompok bahan uji yang diberi emulsi minyak atsiri daun kemangi dengan dosis I, II, dan III berturut-turut, yaitu 0,5 mg/20 g BB; 1 mg/20 g BB; dan 2 mg/20 g BB. Kemudian diberikan suspensi charcoal meal sebanyak 0,2 ml secara oral, lalu mencit dikorbankan. Setelah itu dilakukan pengukuran sehingga diperoleh data persentase ratio dan hambatan motilitas usus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kemangi dosis 2 mg/20 g BB memberikan efek penghambatan sebesar 59,79% yang tidak berbeda secara signifikan (p>0,05) dengan sitral dan atropin sulfat. Dengan demikian, minyak atsiri daun kemangi berpotensi sebagai karminatif, antidiare, dan antispasmodik.
......Kemangi (Ocimum americanum L.) is a plant that contains essential oils with citral as a main component. Effectivity of citral as intestinal motility inhibition was evaluated. The purpose of this study was to determine the effect of essential oil of kemangi leaves (Ocimum americanum L.) on white male mices intestinal motility. Thirty white male mices were divided into six groups, which the negative control group was given 0,2 ml of 0,5% CMC, the positive control group was given atropine sulfate 0,08 ml/20 g BW, the comparison control group was given emulsion citral 0,1 mg/20 g BW, and three of test materials groups were given volatile oil emulsion kemangi leaves (Ocimum americanum L.) doses 0,5 mg/20 g BW; 1 mg/20 g BW, and 2 mg/20 g BW. Then mices was given charcoal meal suspension 0,2 ml orally, and the animals were sacrificed. This measured was expressed as ratio and inhibition percentage. The results showed that the inhibition of essential oil of kemangi leaves (Ocimum americanum L.) dose 2 mg/20 g BW was 59,79%, it did not show significant different (p> 0.05) effect with citral and atropine sulfate. Altogether, essential oil of kemangi leaves (Ocimum americanum L.) has potential as a carminative, antidiarrheal, and antispasmodic agent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Cresti Rahmaania
"ABSTRAK
Pendahuluan:Obstruksi duodenum kongenital merupakan salah satu kelainan bawaan pada saluran cerna yang tersering. Fungsi peristaltik merupakan hal yang ingin dicapai pada pascabedah. Resiko terjadinya translokasi bakteri pada kasus obstruksi membuat pasien jatuh dalam kondisi sepsis hal ini akan memengaruhi waktu tercapainya fungsi peristaltik dan pada akhirnya akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Selain itu, infeksi nosokomial yang mengancam neonatus menyebabkan sepsis pada neonatus juga akan memengaruhi waktu tercapainya fungsi peristaltik. Penelitian ini ditujukan untuk mencari hubungan sepsis dengan waktu tercapainya fungsi peristaltik. Metode: Desain penelitian ini adalah potong lintang menggunakan data sekunder yaitu pasien obstruksi duodenum tanpa disertai kelainan bawaan berupa gastroschizis, omphalocele dan atresia intestinal lain yang telah dilakukan operasi di RSCM periode bulan Januari 2010-Juli 2016. Subjek dikelompokkan menjadi sepsis dan non sepsis kemudian dilakukan analisis untuk melihat hubungan dengan waktu tercapainya fungsi peristaltik serta menganalisis variabel perancu yaitu, usia gestasi, berat badan lahir, kelainan bawaan, kondisi hipoksia dan ketidakseimbangan elektrolit. Analisis data dilakukan univariat, bivariat Mann Whitney, Chi Square atau Fischer dan multivariat (regresi linier) dengan nilai p <0,05 dianggap bermakna. Hasil: Dari 31 subjek didapatkan bahwa median waktu tercapainya fungsi peristaltik pada subjek sepsis dan non sepsis yaitu 12,5 dan 5 hari (p <0,0001). Hubungan antara waktu tercapainya fungsi peristaltik dengan sepsis (p <0,0001), usia gestasi (p = 0,004) dan kondisi hipoksia (p = 0,02). Pada analisis multivariat didapatkan hasil antara sepsis dengan waktu tercapainya fungsi peristaltik dengan nilai p = 0,011 dan nilai R Simpulan: Pada penelitian ini sepsis merupakan faktor utama yang memengaruhi waktu tercapainya fungsi peristaltik. Mengingat cukup jauhnya perbedaan waktu yang dicapai antara kelompok sepsis dan non sepsis maka perlu dilakukan pengontrolan maupun pencegahan kondisi sepsis baik dalam prabedah maupun pascabedah sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas. ABSTRACT
Introduction: A common site for congenital duodenal obstruction is the duodenum. Peristaltic function is to be achieved in the postoperative, respectively. Intestinal obstruction has been shown to induce bacterial translocation and that event would be associated with an increased risk of sepsis conditions. That condition would affecting the achievement of peristaltic function and ultimately increased morbidity  and mortality. In addition, nosocomial infections that threaten neonates cause sepsis also will affect the achievement of a peristaltic function. Therefore, the aim of this study was to investigate the relationship between sepsis with timing achievement of peristaltic function postoperatively. Methods: This study is cross sectional study design. The research data was obtained from medical records of patients with duodenal obstruction without congenital abnormalities such as gastroschizis, omphalocele and other intestinal atresia that have underwent operations in RSCM period January 2010 to July 2016. Subject are grouped into sepsis and without sepsis. The relationships between sepsis and timing achievement of peristaltic function also confounding variabels (gestational age, birth weight, congenital abnormalities, conditions of hypoxia and electrolyte imbalance) were analyzed. Data analysis was performed using univariate, bivariate (Mann Whitney, Chi Square or Fischer) and multivariate (linear regression) with significance p Results: The study included 31 subjects. Time were needed to achieved peristaltic function (median value) are 12,5 days in patients with sepsis and 5 days in patients without sepsis. Bivariate analysis between timing achievement of peristaltic function are sepsis with p <0,0001, gestational age with p = 0,004 and hypoxic conditions with p = 0,02. Multivariate analysis have shown relationship between sepsis and timing achievement of peristaltic function with p = 0,011 and R Conclusion: In this study, sepsis is a major factor affecting the achievement of a peristaltic function . Considered the differences time to achieved peristaltic function between sepsis and without sepsis is significant. Therefore,it is necessary to control and prevent sepsis preoperatively and postoperatively thus reducing morbidity and mortality."
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Sri Purwanti
"ABSTRAK
Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah dan Studi Kasus Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akalasia Esofagus Dengan Pendekatan Model Adaptasi Roy Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Abstrak Pendahuluan: Pelaksanaan praktek klinik selama masa residensi keperawatan peminatan digestif bertujuan untuk mampu menampilkan peran perawat spesialis sebagai pemberi asuhan keperawatan lanjut, pendidik, advokat, konselor, kolaborator, pembaharu dan peneliti. Peran pemberi asuhan keperawatan lanjut dilakukan dengan menggunakan Model Adaptasi Roy pada pasien Akalasia Esofagus dan 30 pasien lainnya. Perilaku maladaptif paling banyak adalah mode adaptasi fisiologis dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi keperawatan berupa manajemen nutrisi ditujukan untuk meningkatkan adaptasi pasien dalam mencapai status nutrisi. Evidence Based Nursing dilakukan dengan menerapkan pemberian minuman maltodekstrin pada pasien pra operasi elektif pada dua pasien untuk mengatasi mual, muntah dan nyeri pasca operasi, diperoleh hasil keluhan mual dan muntah tidak ada sama sekali pada 0-24 jam pasca operasi, sedangkan keluhan nyeri ringan masih dirasakan pada satu pasien. Program inovasi kelompok berupa penerapan protokol ERAS yaitu pemberian maltodekstrin pra operasi, mengunyah permen karet pasca operasi dan mobilisasi dini 2 jam pasca operasi terbukti efektif mengatasi keluhan mual dan muntah pasca operasi, meningkatkan motilitas usus dan mencegah nyeri bahu pasca operasi. Kata kunci: akalasia esofagus, mengunyah permen karet, minuman maltodektrin pra operasi, mobilisasi dini, teori Adaptasi Roy, mual, muntah, motilitas usus dan nyeri pasca operasi
ABSTRACT
Analysis of Medical Surgical Nursing Residency Practice and Case Study of Nursing Care Delivery on Achalasia Oesophagoes Using Roy Adaptation Model ApproachAbstractImplementation of clinical practice during the residency of digestive nursing aims to be able to showcase the role of specialist nurse as advanced nursing care provider, educator, advocator, counselor, collaborator, innovator and researcher. Role of specialist as advance nursing care provider was done by using Roy Adaptation Model on Achalasia Oesophagus and 30 other patients. Maladaptive behavior at most is a physiological adaptation mode with imbalanced nutrition: less than body requirement nursing diagnosis. Nursing outcome of nutrition management is aimed at improving patient adaptation in gaining nutrition status. Evidence Based Nursing was performed by applying preoperative oral carbohydrate loading to two patients undergoing laparoscopy cholesystectomy for relieving post operative nausea and vomiting. The innovation program was implementing ERAS protocol e.g preoperative oral carbohydrate loading, chewing gum and early mobilization proved effective as nursing intervention in pre and post operative management. Keywords: achalasia oesophagus, carbohydrate loading, chewing gum, early mobilization, Roy adaptation mode, post operative nausea and vomiting, pain and gut motility, "
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library