Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zen Ahmad
"ABSTRAK
Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR TB) adalah tuberkulosis resisten obat yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang resisten terhadap ripamfisin dan isoniazid. Diagnosis MDR TB berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, radiologis, pemeriksaan BTA dengan gene expert, dan kultur resistensi Mycobacterium Tuberculosis. Berikut ini dilaporkan seorang penderita, perempuan, 36 tahun dengan MDR TB yang telah mendapatka pengobatan fase intensif dan mengalami konversi tetapi pada fase lanjutan mengalami reversi. Kasus ini perlu mendapatkan diskusi untuk menetapkan apakah pengobatan MDR TB akan dilanjutkan atau distop, karena dianggap pengobatan yang gagal. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Maylinda
"Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) atau TB MDR adalah TB resistan obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yaitu INH dan Rifampisin secara bersama sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lainnya seperti etambutol, streptomisin dan pirazinamid. Pada tahun 2013 WHO memperkirakan di Indonesia terdapat 6800 kasus baru TB dengan MDR-TB setiap tahunnya yang berasal dari 2% kasus TB baru dan 12% kasus TB lama ( MDR-TB). WHO juga memperkirakan lebih dari 55% pasien MDR-TB belum terdiagnosis atau mendapat pengobatan dengan baik dan benar.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor faktor Resistensi Tuberculosis di Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling sistematik untuk mengumpulkan sampel,digunakan 94 sampel terdiri dari 30 pengidap resistensi dan 64 pengidap TB, untuk mencari faktor- faktor yang berpengaruh digunakan analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini adalah pengawas minum obat dan riwayat minum obat merupakan faktor yang mempengaruhi resistensi tuberkulosis di Jakarta.

Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) or MDR TB is resistant TB Drugs to at least two (2) anti-TB drugs which are INH and Rifampin along with or with resistance of other anti-tuberculosis drugs such as ethambutol, streptomycin and Pyrazinamide. In 2013 WHO estimates that in Indonesia there are 6800 new TB cases in Indonesia with MDR-TB each year. Estimation of 2% from new TB cases and 12% from old TB cases (MDRTB). It is also estimated that more than 55% of MDR-TB patients have not been diagnosed or received treatment properly and correctly.
The purpose of this research is to know the factors and pattern of Tuberculosis Resistance in Jakarta. The method used in this study is a sampling technique that is systematic sampling to collect samples, there are 94 samples used consist of 30 people with resistance and 64 people with TB. To see the influential factors of resistance, logistic regression analysis is to used. Our result show that the nutritional status and history of taking medicine are the major factors affecting resistance tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Try Nirmala Sari
"ABSTRAK
Pengobatan TB lini kedua pada pasien TB lini MDR diketahui memiliki beberapa efek samping. Etionamid adalah salah satu obat dalam pengobatan TB MDR lini kedua. Hipotiroid merupakan efek samping dari pemberian etionamid. Sikloserin merupakan salah satu dari komponen pengobatan kedua yang bersifat bakteriostatik. Efek samping psikiatri seperti antesietas, halusinasi, depresi, euforia, perubahan kebiasaan, dan bunuh diri dilaporkan sebanyak 9,7-50% pada pasien yang menjalani pengobatan dengan sikloserin. Seorang perempuan berusia 46 tahun dengan diagnosis TB MDR, menjalani pengobatan TB lini kedua sejak januari 2016. Regimen pengobatan terdiri dari levofloksasin, sikloserin, etionamid, pirazinamid, etambutol, dan PAS. Evaluasi pengobatan dibulan pertama menunjukan adanya lelah, komunikasi yang berkurang, dan perubahan perilaku. Pasien sering merasa sedih, putus asa, dan sangat memikirkan penyakitnya. Pasien juga berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Kemudian pasien menjalani rawat inap dan didiagnosis sebagai depresi imbas pengobatan TB, kemungkinan disebabkan sikloserin. Kemudian pemberian sikloserin dihentikan. Dalam waktu yang bersamaan, pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya peningkatan TSH tanpa disertai gejala klinis hipotiroid. Dilakukan pemberian levotiroksin sebesar 1x100mkg. Pada akhir minggu ke-3 pengobatan, kadar TSH tetap meningkat sehingga pemberian etionamid dihentikan selama 3 bulan. Evaluasi setelah penghentian pemberian etionamid menunjukkan kadar TSH terkendali. Pemberian etionamid kemudian dilanjutkan dengan dosis titrasi per bulan. Kesimpulannya, pada pengobatan TB MDR, timbul efek samping pemberian etionamid perlu diperhatikan. Neorotoksisitas berat yang disebabkan sikloserin dapat ditangani dengan penundaan pemberian obat sementara. Hal lain yang perlu diingat adalah kondisi hipotiroid dapat memperlihatkan gejala depresi. Oleh karena itu, pemantauan efek samping pada obat TB diperlukan. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Seno Aji
"Berdasarkan data SITB per 2 Februari 2022, terdapat 8306 kasus TB-RR/MDR terkonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Keberhasilan pengobatan TB MDR di Indonesia tahun 2021 belum mencapai target dan termasuk rendah dibandingkan dengan global yaitu sebesar 45%. Penelitian bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif. Penelitian menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien TB MDR yang berobat di RSUP Persahabatan tahun 2019 yang dilihat sejak awal pengobatan hingga didapatkan hasil akhir pengobatan. Terdapat 273 sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS Statistics 25 dengan uji chi-square, dengan RR untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel dan dan p < 0,05 sebagai batas kemaknaan. Pada hasil analisis diketahui umur (p=0,000; RR=1,603 95CI% 1,251–2,055), jenis kelamin (p=0,749; RR=1,045 95CI% 0,798–1,369), pendidikan (p=0,165; RR=1,228 95CI% 0,929–1.634), pekerjaan (p=0,298; RR=0,893 95CI% 0,8723–1,103), status pernikahan (p=0,000; RR=1,932 95%CI 1,318–2,833), wilayah tempat tinggal (p=0,092, RR=1,288 95%CI 0,933–1,779), hasil pemeriksaan sputum awal (p=0,272; RR=1,126 95%CI 0,911–1,191), interval inisiasi pengobatan (p=0,021; RR=0,698 95%CI 0,494–0,986). Faktor yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, status pernikahan, dan interval inisiasi pengobatan.Based on SITB data as of February 2, 2022, there were 8306 confirmed cases of RR/MDR TB through laboratory tests. The success of MDR TB treatment in Indonesia in 2021 has not reached the target and is low compared to global, which is 45%. This study aims to identify factors associated with successful treatment of MDR TB patients at Persahabatan Hospital in 2019. This study used a retrospective cohort study design. The study used secondary data from the medical records of MDR TB patients who were treated at the Friendship Hospital in 2019 which were seen from the beginning of treatment until the final results of treatment were obtained. There were 273 samples that met the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using IBM SPSS Statistics 25 with chi-square test, with RR to determine the degree of relationship between variables and p < 0.05 as the limit of significance. The results of the analysis showed that age (p=0.000; RR=1.603 95CI% 1.251–2.055), gender (p=0.749; RR=1.045 95CI% 0.798–1.369), education (p=0.165; RR=1.228 95CI% 0.929– 1.634), occupation (p=0.298; RR=0.893 95CI% 0.8723–1.103), marital status (p=0.000; RR=1.932 95%CI 1.318–2.833), area of ​​residence (p=0.092, RR=1.288 95%CI 0.933–1.779), results of initial sputum examination (p=0.272; RR=1.126 95%CI 0.911–1.191), treatment initiation interval (p=0.021; RR=0.698 95%CI 0.494–0.986). Factors that had a statistically significant relationship with treatment success were age, marital status, and treatment initiation interval."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifaha Ihsan
"Latar belakang: Hingga saat ini, Acinetobacter baumannii menjadi salah satu bakteri yang sulit untuk dikendalikan karena tingginya potensi untuk mengalami resistensi terhadap berbagai antibiotik. Informasi mengenai pola kepekaan antibiotik terhadap Acinetobacter baumannii perlu diketahui sebagai dasar penyusunan panduan pengobatan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren pola kepekaan isolat bakteri Acinetobacter baumannii terhadap beberapa antibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM Tahun 2013-2019.
Metode: Peneliti mengumpulkan data sekunder dari hasil uji kepekaan yang didapat dari laporan sebelumnya dan telah dimasukan ke dalam perangkat lunak WHONET dari periode tahun 2013-2019 lalu mengolahnya menggunakan Microsoft Excel.
Hasil: Total jumlah isolat keseluruhan periode tahun 2013-2019 yang didapatkan sebesar 292 isolat. Pada penelitian ini, terdapat 5 dari 15 antibiotik yang diujikan memiliki kepekaan diatas 50% antara lain amikasin, tigesiklin, trimethoprim/sulfamethoxazole, kolistin dan polimiksin B. Simpulan: Berdasarkan penelitian dari perbandingan data yang dilakukan selama 6 tahun di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM, terlihat bahwa tren pola kepekaan antibiotik relatif mengalami peningkatan pada sebagian besar golongan karbapenem, aminoglikosida, sefalosporin, tetrasiklin, dan sulfonamide, meskipun dengan kepekaan yang rendah, kurang dari 50%, sedangkan golongan lipopeptida dengan kepekaan yang tinggi. Antibiotik yang memiliki potensi besar yang dianjurkan dalam pengobatan adalah polimiksin B dan kolistin karena memiliki tren pola kepekaan antibiotik yang meningkat dan tingkat rata-rata kepekaan yang tinggi selama lima tahun terakhir.

Background: Until now, Acinetobacter baumannii is a difficult bacteria to control because it has high potential for resistance to various antibiotics. Information regarding the pattern of antibiotic sensitivity to Acinetobacter baumannii needs to be known in order to formulate a treatment guide.
Purpose: This study aims to determine the sensitivity pattern trend of Acinetobacter baumannii isolates to several antibiotics in the Clinical Microbiology Laboratory of FKUI-RSCM 2013-2019.
Methods: Researchers collected secondary data from the results of sensitivity tests obtained from previous reports and entered into the WHONET software from the 2013-2019 period and processed them using Microsoft Excel..
Results: The total number of isolates in the 2013-2019 period was 292 isolates. In this study, there were 5 out of 15 antibiotics tested to have a sensitivity above 50% including amikacin, tigesiklin, trimethoprim/sulfamethoxazole, kolistin and Polimiksin B.
Conclusion: Based on research from data comparisons carried out for 6 years in the Clinical Microbiology Laboratory FKUI-RSCM, this research shows that the trend of antibiotic sensitivity patterns has relatively increased in most of the carbapenems, aminoglycosides, cephalosporins, tetracyclines, and sulfonamides, although with a low sensitivity, less than 50%, while the lipopeptide group with high sensitivity. The antibiotics with high potential recommended for treatment are polymyxin B and colistine due to the trend of increasing antibiotic sensitivity patterns and high rates of sensitivity over the past five years.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldo Alexander
"ABSTRAK Tujuan. Mengetahui proporsi depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat di RS Cipto Mangunkusumo serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru. Metode. Studi dengan desain potong lintang terhadap 122 pasien TB paru tidak resisten obat yang berobat jalan di poliklinik paru RS Cipto Mangunkusumo dari bulan Agustus hingga Oktober 2018. Diagnosis depresi ditegakkan dengan wawancara menurut kriteria diagnosis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V (DSM-V) dan derajat depresi ditentukan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Analisa bivariat dan multivariat dengan uji regresi logistik dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil. Dari 122 pasien dengan TB paru tidak resisten obat yang menjadi subyek penelitian, didapatkan proporsi depresi sebesar 48,4%. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat yaitu adanya efek samping obat anti TB (p < 0,001; OR 7,13; IK 95% 2,67 - 19,03), dan adanya komorbiditas penyakit kronik (p < 0,001; OR 12,90; IK 95% 4,01 - 41,50). Simpulan. Proporsi depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat di RS Cipto Mangunkusumo sebesar 48,4%. Adanya efek samping obat anti TB dan komorbiditas penyakit kronik berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat.

ABSTRACT
Aim. To determine the proportion of depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital and also its related factors. Method. A cross-sectional study of 122 non multidrug-resistant pulmonary TB patients was done at outpatient department of Cipto Mangunkusumo General Hospital from August to October 2018. The diagnosis of depression was made by interview according to Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V (DSM-V) criteria, and severity of depression is determined using Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Bivariate and multivariate analysis using the logistic regression test was done using SPSS. Results. From 122 patients with non multidrug-resistant pulmonary TB, the proportion of depression is 48,4%. There are 2 factors related to depression in non multi-drug resistant pulmonary TB patients, which are the occurrence of side effects from TB treatment (p < 0,001; OR 7,13; 95% CI 2,67 - 19,03), and the presence of other chronic disease (p < 0,001; OR 12,90; 95% CI 3,87 - 4,01 - 41,50). Conclusion. The proportion of depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital is 48,4%. The occurrence of TB treatment side effects, and the presence of chronic disease comorbidities are related to depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Vidiast
"ABSTRAK
Tuberkulosis multi-drug resistant TB-MDR merupakan penyakit menular yang menjadi beban global karena sulit diobati dan mudah ditransmisikan. Indonesia termasuk ke dalam negara dengan prevalensi TB-MDR yang tingggi dengan 2.293 kasus yang tercatat pada 2016. Pengobatan yang merlukan waktu lebih lama dan jenis obat yang lebih berat menimbulkan beban ekonomis selama proses mencapai proses kesembuhan. Derajat sakit pasien TB-MDR dapat tergambar melalui berbagai manifestasi klinis, di antaranya adalah nilai bacterial load dan adanya lesi kavitas pada paru. Kedua hal tersebut memiliki hubungan dengan kondisi imun penderitanya. Beberapa penelitian terdahulu menemukan adanya peran penting sel limfosit T CD4, sebagai faktor imun, dalam progresivitas penyakit TB-MDR. Namun, pemeriksaan sel limfosit T CD4 belum dapat diterapkan dalam praktik klinis di Indonesia. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengatahui apakah kadar limfosit, yang pemeriksaannya telah rutin dilakukan dalam pratik klinis, berhubungan dengan bacterial load dan bentuk lesi pasien TB-MDR yang menggambarkan derajat kesakitan. Desain penelitian ini adalah cross sectional dan menggunakan 99 sampel yang dicapai dengan cara konsekutif. Data kadar limfosit, bacterial load, dan bentuk lesi didapatkan dari rekam medis dan kemudian dianalisis menggunakan chi square. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara kadar limfosit dengan bacterial load p=0,008 sementara tidak terdapat hubungan dengan bentuk lesi p=0,854 .

ABSTRACT
Multi drug resistant tuberculosis MDR TB is communicable disease which burdened global health due to its difficult treatment and transmission rate. Indonesia is one of the most prevalent MDR TB. There are 2.293 cases registered in 2016. The longer treatment duration and advanced drugs needed give rise to economic burden for the patient. Disease severity represented in various clinical manifestation, as well as bacterial load and lesion form. Both is known to be associated with patients immunity. Former researches have shown a great role of CD4 T lymphocyte in the disease progressivity. However, measuring CD4 T lymphocyte is still beyond Indonesian clinical practice. This study aims to analyze whether the regularly done lymphocyte levels measurement has association with bacterial load and lesion form as disease severity representations. This study uses cross sectional design and 99 subjects from consecutive sampling. Lymphocyte levels, bacterial load, and lesion form was obtained from medical record then analyzed using the chi square. The result show that lymphocyte levels has association with bacterial load p 0.008 but lesion form p 0.854."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adeilla Rahmi Anggraini
"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menular melalui udara dan berasal dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular melalui kontak langsung dari individu terinfeksi. Apabila individu terinfeksi TB gagal dalam pengobatan dan kemudian resisten terhadap minimal dua obat anti TB, maka akan terpicu fase baru dari TB yang dikenal sebagai multi-drug resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia berada pada urutan ketiga dengan kasus TB terbanyak di dunia setelah India dan Tiongkok. Tingginya kasus atau insiden TB dan MDR-TB setiap tahun di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah minimnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya dari penyakit TB. Pada skripsi ini, dikonstruksi model matematika SIR (Susceptible, Infected, Recovered) untuk penyebaran TB dan MDR-TB dengan mempertimbangkan laju kejadian bersaturasi. Pada laju kejadian bersaturasi, terdapat koefisien penghambat penyebaran infeksi yang menggambarkan tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap jumlah infeksi di lapangan. Kajian analitis dan numerik dilakukan terhadap model yang diperkenalkan untuk menentukan titik-titik keseimbangan dan basic reproduction number (R0). Basic reproduction number dari model yang dikonstruksi merupakan nilai maksimum dari dua buah basic reproduction number yang mewakili penyebaran penyakit TB (R01) dan MDR-TB (R02). Didapatkan bahwa ketika R0<1, titik keseimbangan bebas penyakit akan stabil secara asimtotik. Beberapa simulasi numerik diberikan untuk memvisualisasikan untuk kajian model. 

Tuberculosis (TB) is a disease that is transmitted through the air and comes from the bacterium Mycobacterium tuberculosis. The disease is transmitted through direct contact from an infected individual. If an individual infected with TB fails treatment and becomes resistant to at least two anti-TB drugs, a new phase of TB will be triggered, known as multi-drug resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia is in third place with the most TB cases in the world, after India and China. The high cases or incidences of TB and MDR-TB every year in Indonesia are influenced by several factors, including the lack of public awareness of the dangers of TB disease. In this thesis, a mathematical model of SIR (Susceptible, Infected, Recovered) is constructed for the spread of TB and MDR-TB by considering the saturated incidence rate. At the saturated incidence rate, there is a coefficient of inhibiting the spread of infection, which describes the level of public awareness of the number of infections in the field. Analytical and numerical studies were conducted on the introduced model to determine the equilibrium points and basic reproduction number (R0). Basic reproduction number from the constructed model is the maximum value of two basic reproduction numbers representing the spread of TB disease (R01) and MDR-TB disease (R02). It is found that when R0<1, the disease-free equilibrium point will be asymptotically stable. Several numerical simulations are provided to visualize for model studies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library