Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Depok: Departemen Antropologi, FISIP UI, 2018
551.462 PRI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Makassar: Nasmedia, 2022
pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Makasar: Nasmedia, 2021
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Bogor: CV Bianglala Publishing, 2020
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Supriatna
"ABSTRACT
Dalam Antropologi, adaptasi diartikan sebagai berbagai upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan alam. Perspektif ini, bagaimanapun, mengabaikan peran alam sebagai subjek aktif. Bahkan, interaksi timbal balik antara manusia dan alam memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup kedua entitas. Makalah ini bermaksud untuk merekomendasikan perspektif baru pada konsep adaptasi melalui pendekatan etnografi multispecies. Penelitian ini mengamati masyarakat Kampung Laut di Cilacap. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Makalah ini menyimpulkan bahwa masyarakat Kampung Laut yang tinggal di sekitar daerah di mana sedimentasi berlangsung selalu menghadapi tekanan dari lingkungan karena mereka sering menghadapi banjir pasang surut. Kondisi ini menuntut masyarakat Kampung Laut melakukan upaya untuk bertahan dari bencana alam yang tidak dapat dihindari. Masyarakat Kampung Laut berkompromi dengan lingkungan di pulau Nusakambangan dengan menumbuhkan perkebunan albizia chinensis. Albizia memberi manfaat bagi masyarakat dan keberlangsungan lingkungan. Selain memiliki nilai ekonomi yang signifikan, tumbuh albizians antara pohon-pohon kayu keras di bukit Nusakambangan membantu dalam memulihkan lingkungan setelah penebangan liar yang ekstrim. Berdasarkan temuan penelitian ini, saya berpendapat sesuai dengan perspektif multispesies etnografi bahwa konsep adaptasi tidak dapat lagi menempatkan manusia sebagai pusat analisis, karena ide ini cenderung mengabaikan fakta bahwa bencana alam disebabkan oleh adaptasi manusia. Ini pada akhirnya akan mengancam kelangsungan hidup manusia dalam jangka waktu tertentu.

ABSTRACT
In Anthropology, adaptation is interpreted as a variety of human efforts to adapt to the natural environment. This perspective, however, ignores the role of nature as an active subject. In fact, the reciprocal interaction between humans and the nature gives a significant impact to the survival of both entities. This paper intends to recommend a new perspective on the concept of adaptation through the approach of multispecies ethnography. The research observes the people of Kampung Laut in Cilacap. The data is collected through in depth interviews and participation observations. The paper concludes that the people of Kampung Laut who live around the area where sedimentation takes place always face pressures from the environment as they often encounter tidal flooding. This condition requires the people of Kampung Laut to make efforts in order to survive the unavoidable natural disasters. The people of Kampung Laut compromise the environment in Nusakambangan island by growing albizia chinensis plantations. Albizias provide benefits to both the people and the sustainability of the environment. In addition to having a significant economic value, growing albizians among other hardwood trees on the hill of Nusakambangan helps in restoring the environment after the extreme illegal logging. Based on the findings of this research, I argue in accordance to the perspective of multispecies ethnography that the concept of adaptation can no longer place humans as the center of analysis, because this idea tends to disregard the fact that natural disasters are caused by human adaptations. This will ultimately threatens human survival over a period of time."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiatul Hardiah
"Penelitian ini hadir untuk memperlihatkan makna dan upaya yang dilakukan oleh petani perempuan dan laki-laki (suami-istri) dalam merespons kerentanan produksi pertanian tanah timbul menggunakan perspektif multispesies dan gender. Data pada penelitian ini dihimpun melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam dengan bantuan kepekaan lima indera (sensory awareness) dan arts of noticing. Temuan dari penelitian ini adalah proses identifikasi makna, tindakan, dan relasi antara manusia dengan ‘alam’ tidak dapat ditentukan satu arah. Tindakan dan relasi yang muncul adalah pertukaran resiprokal oleh manusia dan alam yang merepresentasikan keterhubungan mereka sebagai “self” dan “other” melalui pengoperasian pengalaman hidup dan relasi gender yang kompleks dengan entitas- entitas yang berkenaan, baik manusia perempuan dan laki-laki, spesies non-manusia, lingkungan abiotik, dan sebagainya. Proses identifikasi makna dan relasi antara petani perempuan dan laki-laki di Kampung Laut dengan air asin, padi, dan air tawar melibatkan pengalaman hidup dan opersionalisasi gender di ruang lingkup mikro dan meso yang kompleks dan dinamis. Dengan demikian, nature dan culture yang hidup dalam kosmologi mereka bersifat cair berdasarkan dinamika sosial ‘alam’ pertanian tanah timbul dan proses pemaknaan yang terhubung secara resiprokal. Telaah pada konsep nature dan culture menjadi sebuah pijakan untuk melihat dan memahami dunia secara holistik dan seimbang.

This research is here to discuss the meaning and efforts of women and men (husband and wife) farmers in responding to soil-emerging agricultural production using multispecies and gender perspective. The data in this study were collected through participant observation and in-depth interviews with the help of the sensitivity of the five senses (sensory awareness) and the art of attention. The findings of this study are the process of gathering meanings, actions, and relations between humans and 'nature' which cannot be determined in one direction. Actions and relationships that emerge are reciprocal exchange by humans and nature that represent their connection as "self" and "other" through discussion of complex life experiences and gender relations with related entities, both male and female, non-human species, abiotic environment, and so on. The process of taking meaning and the relationship between female and male farmers in Kampung Laut with sea water, rice, and freshwater bargains life experiences and the operationalization of gender in the complex and dynamic realm of micro and meso aspects. Thus, the nature and culture that live in their cosmology change fluidly based on the social dynamics of 'natural' in soil-emerging agricultural and the process of meaning that is connected reciprocally. Reviewing the concepts of nature and culture is the basis for seeing and completing a holistic and balanced world."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Makassar: Nas Media Pustaka, 2020
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sandi Perdani
"Penelitian dilakukan pada Masyarakat Kukusan di masa awal pandemi COVID-19. Data dikumpulkan melalui penelitian lapangan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan penggunaan berbagai alat komunikasi untuk menggali data di masa pandemi COVID-19. Temuan dalam penelitian ini, Masyarakat Kukusan berinteraksi secara resiprokal dengan virus COVID-19 dalam proses adaptive co-management untuk mengelola ketakutan dalam masyarakat. Pemaknaan virus COVID-19 sebagai bentuk makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dan hidup berdampingan dengan masyarakat Kukusan membuat masyarakat Kukusan mampu mengendalikan ketakutan di masa pandemi. Dengan demikian, pandemi COVID-19 yang merubah tatanan sistem ekosistem yang terdapat manusia di dalamnya di respons dengan pengelolaan ketakutan yang baik melalui adaptive co-management dengan tokoh agama sebagai adaptive manager. Saya berargumentasi bahwa menejemen ketakutan di tengah pandemi mampu secara perlahan membuat masyarakat dan COVID-19 mampu hidup berdampingan dengan sistem ekosistem yang baru.

The research was conducted in Kukusan community in the early days of the COVID-19 pandemic. The data was collected through fieldwork using in-depth interview techniques and participants' observations by paying attention to health protocols and the use of various communication tools to dig up data during the COVID-19 pandemic. The findings in this study, Kukusan community interacted reciprocally with the COVID-19 virus in the process of adaptive co-management to manage fear in the community. The use of the COVID-19 virus as a form of being created by God and coexisting with the Kukusan community makes the Kukusan community able to control fear during the pandemic. Thus, the COVID-19 pandemic that changed the order of the ecosystem system contained in it in response with good management of fear through adaptive co-management with religious leaders as adaptive managers. I argue that managing fear in the midst of a pandemic is able to slowly make people and COVID-19 able to coexist with the new ecosystem system."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alberta Prabarini
"Manusia tidak mungkin bisa terpisah dari alam di sekitarnya. Hal ini menjadi landasan dasar pemikiran culture-nature yang menekankan pada keterkaitan manusia dan alam yang sangat kuat, baik dalam hal resiprokal, beradaptasi, atau sesederhana tinggal dan hidup bersama. Oleh sebab itu, penghargaan pada keragaman makhluk hidup atau dalam unit kecil disebut spesies merupakan hal yang penting untuk ditelisik. Studi ini melihat bagaimana perempuan dan mangrove saling berinteraksi dalam kerangka multispesies dan gender. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Kampung Laut, Cilacap. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan. Temuan penelitian menunjukkan, bahwa perempuan Kampung Laut yang tinggal di daerah dengan dinamika kenampakan alam yang tinggi berimplikasi pada model interaksi yang dijalin dengan spesies di sekitarnya, termasuk mangrove. Beragam interaksi yang terjalin dari waktu ke waktu juga membentuk indentitas sendiri bagi keduanya. Lebih dari sekedar interaksi, namun keintiman yang dijalin membuat mereka memiliki identitas bersama dan saling menguatkan. Berdasarkan temuan penelitian ini, saya berargumentasi melalui perspektif etnografi multispesies, bahwa dalam melihat interaksi antara perempuan dan tumbuhan, tak bisa hanya melihat agensi dari perempuan sebagai manusianya saja melainkan juga tumbuhan. Sebab, bias manusiawi akan menghilangkan peran tumbuhan yang sebenarnya juga memiliki agensi. Hal ini pada akhirnya menjadi salah satu sumbangsih refleksi bagaimana manusia bisa menempatkan spesies lain sebagai bagian dari kehidupan masyarakat.

Human cannot be separated from their nature, this is the stepping stone of culture-nature logic, emphasizing the strong relationship between human and nature, be it reciprocal, adaptive, or as simple as cohabitation. Therefore, the appreciation for diverse kind of living beings or what we call species are very important things to scrutinze. This study see how women and mangrove interact in multispecies and gende framework. This research was done to the people of Kampung Laut, Cilacap. To gain the information and data needed, I use participant observation technique and in-depth interview. The findings show that women in Kampung Laut where natural appearances varies highly, resulted in a specific mode of interaction developed in the presence of various species, including mangrove. Various interactions that developed over time also establish a sense of identity for both the women and the mangrove species. More than interaction, they both carry a shared identity that strenghten their bonds. From multispecies ethnography prespective, i argue that in seeing the relationship between women and mangrove, we cannot be biased with the human agency, for mangrove as a species also have it righteous agency. In the end, this hopefully become a reflecting material on how human can include other species as a part of their social life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Makassar: Nas Media Pustaka, 2020
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>