Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zidni Hidayati
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penyuntikan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap populasi selsel spermatogenik raencit (Mus musculus L.) strain GBR. Dalam penelitian ini digunakan tiga kelompok raencit jantan, masing-masing kelompok kelola tanpa disuntik (K1); kelompok kelola (K2) yang disuntik aqua bidest. sebanyak 0,2 ml/mencit/hari selama 10 hari; dan kelompok eksperimen (E) yang disuntik ekstrak biji pepaya dengan dosis 10 mg/0,2 ml/mencit/hari selama 10 hari. Tiga hari setelah penyuntikan berakhir sernua kelompok mencit ditimbang kemudian dibunuh.

Hasil perhitungan secara kuantitatif menunjukkan bahwa penyuntikan ekstrak biji pepaya dengan dosis 10 mg/0,2 ml/ mencit/hari selama 10 hari tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti terhadap populasi sel-sel spermatogenik, khususnya spermatogonia A dan spermatosit primer Pakhiten pada tingkat α = 0,05. Selain itu juga tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti terhadap diameter tubulus seminiferus, berat testis, dan berat badan pada tingkat α = 0,05.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa penyuntikan ekstrak biji pepaya dengan dosis 10 mg/0,2 ml/mencit/hari selama 10 hari, pada strain GBR, tidak mempunyai pengaruh terhadap parameter yang diujikan. Diduga bahwa ekstrak biji pepaya beraksi sebagai zat spermatoksit terhadap pematangan sperma kauda epididymis, jadi tidak mempengaruhi proses sperraatogenesis testis.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Anita
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui pengaruh pencekokan jus daun lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap spermatogenesis mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss. Tiga puluh ekor mencit dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu satu kelompok kontrol yang dicekok akuabides, dan empat kelompok perlakuan yang dicekok jus daun lidah buaya (Aloe vera L.) dengan konsentrasi pengenceran (jus daun lidah buaya murni: akuabides) (1:3), (1:2), (1:1) dan (1:0). Pencekokan dilakukan selama I siklus spermatogenesis (36 hari) berturut-turut dan pada hari ke-37 seluruh mencit percobaan dikorbankan dengan cara dislokasi vertebrae servikalis, lalu dilakukan pembuatan sediaan histologi testis dengan metode parafin. Hasil uji statistik ANAVA (cc= 0,05) tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna yaitu pada jumlah sel spermatogonia A, sel spermatogonia B, spermatosit pakiten, diameter tubulus seminiferus, dan berat testis antara ke-5 kelompok perlakuan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustisia Bandanira
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui perbedaan antara pengaruh pencekokan perasan dan infus rimpang kencur terhadap tingkah laku nyeri mencit galur Swiss. Pencekokan dilakukan terhadap 35 ekor mencit yang terbagi dalam 7 kelompok perlakuan yaitu kelompok mencit yaitu kelompok kontrol; kelompok yang dicekok dengan perasan rimpang kencur 5%, 10%, dan 15% serta kelompok yang dicekok infus rimpang kencur 5%, 10%, dan 15%. Pengujian dilakukan dengan metode geliat (writhing test), yaitu menghitung jumlah geliat akibat rasa nyeri yang dibangkitkan dengan asam asetat 3%. Asam asetat 3% disuntikkan secara intraperitoneal 30 menit setelah pencekokan perasan dan infus rimpang kencur. Pengamatan jumlah geliat dilakukan tiap 5 menit selama 30 menit setelah penyuntikan asam asetat 3%. Penurunan jumlah geliat terjadi pada menit ke- 10 setelah penyuntikkan asam asetat 3%. Penilaian pengaruh pereda nyeri dilakukan pada menit ke-10 setelah penyuntikkan asam asetat 3%. Hasil uji ANAVA (α=0,01) menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata antara ke-7 kelompok perlakuan. Hasil uji Tukey (α=0,05) menunjukkan bahwa perasan dan infus rimpang kencur masing-masing dengan dosis 5%, 10%, dan 15% dapat menurunkan jumlah geliat mencit. Hasil uji tersebut (α=0,05) juga menunjukkan bahwa rimpang kencur dosis 5%, 10%, dan 15% tidak berbeda nyata dalam menurunkan jumlah geliat mencit, baik yang diberikan dalam bentuk perasan maupun infus. Selain itu, hasil uji Tukey (α= 0,05) juga menunjukkan bahwa baik perasan maupun infus rimpang kencur memberikan pengaruh yang sama dalam meredakan nyeri.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hitima Wardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Telah diketahui bahwa ekstrak biji Carica papaya L. bersifat antifertilitas terhadap tikus jantan (Rattus norvegicus L.) strain Charles dan Holtzman. Dalam penelitian ini sifat tersebut dicobakan pada mencit jantan (Mus musculus L.) strain CBR. (Central Biomedis Research).

Ekstrak biji C. papaya L. dalam aquabidestilata diberikan dalam intramuskular selama 10 hari berturut-turut pada pangkal paha, dengan dosis 0 mg/0,2 ml (K), 1 mg/0,2 ml (D2), dan 10 mg/0,2 ml (D2)/mencit/hari. Efek antifertilitas dapat diketahui dengan menghitung jumlah spermatozoa motil/ml dari epididimis bagian kauda dan menghitung jumlah implan yang dihasilkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rata-rata spermatozoa motil (%/ml) yang dihasilkan pada K, D1, dan D2 masing-masing sebesar 49,88, 42,48, 45,65. sedangkan jumlah rata-rata implan yang dihasilkan pada dosis yang sama, masing-masing sebesar 8,23, 8,31 dan 6,69.

Hasil uji statistika menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara K, D1, dan D2 masing-masing terhadap sifat motilitas spermatozoa dan laju fertilitas. Di samping itu juga tidak berefek terhadap berat badan, dan juga tidak berefek terhadap frekuensi reabsorpsi implan. Sebaliknya dosis 1 mg/0,2 ml/mencit/hari berefek terhadap berat epididimis bagian kauda.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Kus Untari
Abstrak :
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui potensi hepatoprotektif madu PS terhadap kadar alkali fosfatase (ALP) mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY. Dua puluh empat ekor mencit jantan dibagi ke dalam 4 kelompok hewan uji, yaitu kelompok kontrol normal (KK1) yang diberikan akuades dan minyak kelapa; kelompok kontrol perlakuan (KK2) yang diberikan akuades dan CCl4; serta 2 kelompok perlakuan (KP1 dan KP2) yang diberikan madu PS 10% dan 20% selama 14 hari berturut-turut, kemudian CCl4 2 jam setelah pemberian madu terakhir. Darah diambil 24 jam setelah injeksi CCl4. Kadar ALP diukur dengan metode kolorimetri. Hasil uji anova satu arah (P<0,05) menunjukkan adanya pengaruh nyata pemberian madu PS terhadap kadar ALP semua hewan uji. Dibandingkan kadar ALP KK2, kadar ALP KP1 lebih rendah 30,5% dan KP2 lebih rendah 52,9%. Namun, uji LSD (P<0,05) menunjukkan hanya kadar ALP KP2 yang tidak berbeda nyata dengan KK1. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa potensi hepatoprotektif madu PS 20% lebih besar dibandingkan madu PS 10%.


ABSTRACT

The study has been conducted to know the hepatoprotective potency of PS honey administration on male-DDY mice’s alkaline phosphatase level of blood plasma. Twenty four male mice were divided into four groups, namely normal control group (KK1) which was administered with aquadest and coconut oil; treatment control group (KK2) which was administered with aquadest and CCl4; and two treatment groups which was administered with PS honey 10% (KP1) and 20% (KP2) within 14 consecutive days and three groups (KK2, KP1,and KP2) were injected with CCl4 on the 14th day. Alkaline phosphatase was measured based on colorimetry method. One-way anova test (P<0,05) showed that alkaline phosphatase levels were significantly different. Compared with KK2, the alkaline phosphatase levels of KP1 and KP2 were 30,5% and 52,9% lesser than KK2, consecutively. However, LSD test (P<0,05) showed that only alkaline phosphatase level of KP2 was not significantly different. In conclusion, dose 20% of PS honey is more potential on hepatoprotective than those of 10%.

Universitas Indonesia, 2014
S57083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valencia Audrey Halim
Abstrak :
ABSTRACT
Pendahuluan: Periodontitis atau kerusakan tulang rahang merupakan salah satu penyakit mulut yang paling sering terjadi. Kerusakan tulang ini dapat mengganggu aktivitas manusia karena rasa tidak nyaman yang ditimbulkan. Sampai saat ini, belum ada obat kerusakan tulang yang murni terbuat dari herbal, padahal Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan rosella memiliki kandungan yang bisa berperan sebagai anti inflamasi sehingga ekstrak rosella sudah banyak digunakan untuk pengobatan ulser. Akan tetapi, belum ada penelitian yang menguji efektivitas rosella apabila digunakan sebagai obat kerusakan tulang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian pada hewan coba dimulai dari tingkat mamalia terbawah yaitu Mus musculus. Tujuan: Mengetahui efektivitas ekstrak etanol kelopak bunga rosella dalam membantu proses penyembuhan kerusakan tulang. Metode: Penelitian in vivo pada enam ekor Mus musculus. Kerusakan tulang calvaria dibuat pada hari pertama dengan injeksi LPS dari bakteri E. coli. Pada hari kedua, tiga ekor Mus musculus dari kelompok kontrol diberi injeksi saline sedangkan tiga ekor Mus musculus lainnya dari kelompok perlakuan diberi injeksi ekstrak etanol kelopak bunga rosella teridentifikasi 10%. Pada hari kelima, semua Mus musculus dikorbankan dan tulang calvarianya akan diamati menggunakan Micro-CT. Hasil: Kelompok terapi yang diinjeksi dengan ekstrak rosella memiliki luas area kerusakan tulang yang lebih kecil daripada luas area kerusakan tulang pada kelompok kontrol yang diinjeksi dengan saline. Kesimpulan: Ekstrak etanol kelopak bunga rosella teridentifikasi 10% efektif dalam membantu proses penyembuhan kerusakan tulang.
ABSTRACT
Background: Periodontitis or jaw bone damage is one the most common mouth disease. This bone damage can interfere with human activities because of the discomfort. Even though Indonesia is a tropical country that is rich in plants, there is still no pure bone medicine made from herbs. Roselle plants contain ingredients that can act as anti-inflammatory so its extract has been widely used for ulcer treatment. However, no studies have tested the efficacy of roselle when used as a medicine for bone damage. Therefore, research on experimental animals is needed starting from Mus musculus as the lowest level mammals. Objective: To analyze the efficacy of roselles ethanol extract in helping the healing process of bone damage. Methods: In vivo study on six Mus musculus. Calvarial bone damage was made on the first day by injection of LPS from E. coli bacteria. On the second day, three Mus musculus from the control group were injected by saline while the other three Mus musculus from the treatment group were injected by 10% identified roselles ethanol extract. On the fifth day, all Mus musculus were sacrificed and the calvarial bones were observed using Micro-CT. Results: The theraphy group injected by roselles ethanol extract has less bone damage area than the control group injected by saline. Conclusion: The 10% identified roselle`s ethanol extract is effective in helping the healing process of bone damage.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renya Virga Chikita
Abstrak :
Latar belakang: Belum terdapat model ulser traumatik standar pada mukosa lidah hewan coba. Tujuan: Mendapatkan model standar ulser secara in vivo pada Mus musculus. Metode: Lima ekor Mus musculus diberikan perlakuan berupa pemaparan asam asetat 70% menggunakan microbrush tanpa tekanan selama 60 detik. Pada kelompok kontrol diberikan pemaparan saline sebagai kontrol negatif. Pada 1 ekor Mus musculus lainnya menjadi kontrol terapi positif yang diberi triamcinolone acetonide 0,1% pada permukaan lesi. Setelah dilakukan pemaparan asam asetat, hewan coba dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis pada hari 2, 3 dan 7. Secara makroskopis yang diobservasi adalah berat badan, tanda radang, dan diameter lesi. Sedangkan secara mikroskopis, yang diobservasi adalah ada atau tidaknya disintegrasi epitel, vasodilatasi kapiler, dan sebukan sel radang. Hasil: Pada daerah paparan asam asetat tidak terbentuk ulser tetapi hanya terbentuk lesi erosi pada mukosa lateral lidah, yang mulai terbentuk pada hari kedua. Ukuran lesi mencapai ukuran terbesar pada hari ketiga, terbentuk lesi ekskoriasi. Lesi tersebut pulih pada hari ketujuh. Berat badan Mus musculus menurun pada saat terbentuknya lesi dan kembali normal pada saat pulih. Kesimpulan: Induksi dengan asam asetat 70%, tidak dapat membentuk ulser, namun dapat membentuk lesi ekskoriasi pada hari ketiga dengan waktu pulih pada hari ketujuh. ...... Backgrounds: There has not been a standard model for an ulcer on Mus musculus lateral tongue mucosa. Objectives: To make a standard model in vivo on Mus musculus. Methods: Five of Mus musculus were given exposure of 70% acetic acid with the microbrush without any pressure for 60 seconds. In the control group saline exposure was given as a negative control. The other one Mus musculus became a positive therapy control treated by giving triamcinolone acetonide 0,1% on its lesion surface. After exposured of 70% acetic acid, the animals were evaluated macroscopically and microscopically on days 2nd, 3rd and 7th. The macroscopic observations were body weight, inflammatory markers, and lesion diameter. While microscopic observations were the presence or absence of epithelial disintegration, capillary vasodilation, and inflammatory cells. Results: In the area that exposured to acetic acid, no ulcers are formed but lesions form on the lateral mucosa of the tongue, lesion began to form on the second day. It reached the largest size on the third day, formed an excoriation lesion. The lesion recovered on the seventh day. Mus musculus weight decreases at the time of lesion formation and returns to normal at the time of recovery. Conclusion: Induction with acetic acid 70% in this study, could not lead to ulcer formation, but resulted the excoriation lesions with recovered time on the seventh day.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Sari
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Penelitian epidemiologi pada pekerja kelistrikan dan masyarakat yang bermukim di kawasan tegangan tinggi, menunjukkan adanya korelasi pengaruh listrik terhadap peningkatan resiko mendapat kanker darah, limfoma dan kanker otak. Hasil penelitian pemajanan medan elektromagnetik in vitro dan in vivo, dapat meningkatkan aberasi kromosom dan proliferasi sel. Hasil penelitian in vivo dengan menggunakan medan elektrostatik pada tikus jantan dewasa dosis 6 kV dan 7 kV, menunjukkan beberapa anaknya menderita kelainan kongenital. Tetapi pada penelitian tersebut tidak dilaporkan pengaruhnya terhadap materi genetik yang mendasari terjadinya kelainan itu. Untuk membuktikan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan mencit sebagai hewan coba. Prekuensi aberasi kromosom dihitung, diperiksa ada tidaknya aberasi kromsom spesifik, yang diikuti dengan pemeriksaan proliferasi limfosit. Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan analisis varian faktorial. Hasil dan kesimpulan : Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 6 kV dan 7 kV pada mencit dapat meningkatkan aberasi kromosom (p < 0,01). Pemajanan medan elektrostatik pada mencit selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam tidak berpengaruh terhadap frekuensi aberasi kromosom, aberasi kromosom spesifik dan proliferasi limfosit (p > 0,005). Pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 7 kV pada mencit dapat meningkatkan proliferasi limfosit (p , 0,01). Kesimpulan: pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 6 dan 7 kV terbukti meningkatkan frekuensi aberasi kromosom, tidak terbukti menimbulkan aberasi spesifik. Pemajanan medan elektrostatik selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam tidak terbukti terhadap peningkatan frekuensi aberasi kromosom, pembentukan aberasi kromosom spesifik dan peningkatan proliferasi limfosit.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kholifah
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Elephantopus scaber L. dosis 350 mg/kg b.b., 700 mg/kg b.b., 1400 mg/kg b.b.,2800 mg/kg b.b., terhadap endometrium Mus musculus L. galur DDY yang diovariektomi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA-UI. Tiga puluh ekor mencit betina galur DDY yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (KK-) yang diberi akuades, kelompok kontrol positif (KK+) yang diberi estradiol benzoat, dan 4 kelompok perlakuan KP1, KP2, KP3, dan KP4 yang masing-masing diberi ekstrak daun E. scaber dengan dosis 350 mg/kg b.b., 700 mg/kg b.b., 1400 mg/kg b.b., dan 2800 mg/kg b.b. perhari. Perlakuan diberikan secara oral selama 8 hari berturut-turut. Rerata ketebalan endometrium setelah 8 hari untuk KK-, KK+, KP1, KP2, KP3, dan KP4 adalah 16,74±2,60; 29,60±2,76; 24,07±4,12; 14,52±1,68; 28,23±2,30; dan 22,84±3,47 μm. Rerata diameter uterus untuk KK-, KK+, KP1, KP2, KP3, dan KP4 adalah 96,55±7,02; 130,62±6,13; 120,67±10,50; 78,12±6,24; 130,30±1,49; dan 109,19±8,86 μm. Rerata berat basah uterus untuk KK-, KK+, KP1, KP2, KP3, dan KP4 adalah 0,05±0,03; 0,11±0,07; 0,10±0,06; 0,04±0,02; 0,08±0,06; dan 0,07±0,04 g. Uji analisis variansi (ANAVA) 1- faktor menunjukkan bahwa ekstrak daun E. scaber dengan dosis tersebut tidak meningkatkan ketebalan endometrium, diameter dan berat basah uterus mencit yang diovariektomi secara nyata (α = 0,050).
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31425
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Yunita Fitri Anggraeni
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian uji keamanan untuk mengetahui pengaruh suspensi ekstrak n-heksana etil alkohol 70% Tribulus cistoides L. terhadap struktur histologi hati Mus musculus L. jantan galur DDY di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Tiga puluh ekor M. musculus dibagi secara acak menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol 1 (CMC), KK2 (CMC dan CCl4), serta kelompok perlakuan 1 (KP1), KP2, KP3 dan KP4 (suspensi ekstrak T. cistoides dosis 400, 800, 1600 dan 3200 mg/kg bb). Hasil pengamatan terhadap diameter rata-rata vena sentralis (μm) dan derajat kerusakan lobulus hati (%) derajat 0, 1, 2 dan 3 pada kelompok KK1, KK2, KP1, KP2, KP3 dan KP4 secara berturut-turut adalah sebagai berikut: KK1 (5,980 ± 0,373; 98,4; 1,6; 0 dan 0); KK2 (8.062 ± 0,346; 0; 0; 30 dan 70); KP1 (6,321 ± 0,448; 94,4; 5,6; 0 dan 0); KP2 (6,391 ± 0,448; 93,6; 6,4; 0 dan 0); KP3 (6,325 ± 0,299; 78; 22; 0 dan 0) dan KP4 (6,517 ± 0,394; 61,6; 37,6; 0,8 dan 0). Hasil uji anava 1-faktor (E = 0,05) terhadap diameter rata-rata vena sentralis menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian suspensi ekstrak T. cistoides terhadap diameter vena sentralis perlakuan KP1, KP2, KP3 dan KP4. Hasil pengamatan terhadap derajat kerusakan lobulus hati menunjukkan bahwa KP1 dan KP2 memiliki persentase derajat lobulus hati normal tertinggi, yaitu sebesar 94,4% dan 93,6%, sedangkan KP3 dan KP4 memiliki persentase derajat kerusakan lobulus hati tertinggi, yaitu sebesar 22% dan 37,6%. Dengan demikian pemberian suspensi ekstrak T. cistoides dosis 400 dan 800 mg/kg bb tidak berpengaruh terhadap struktur histologi hati M. Musculus, sedangkan pemberian suspensi ekstrak T. cistoides dosis 1600 dan 3200 mg/kg bb berpengaruh terhadap struktur histologi hati M. Musculus.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>