Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: DepartemenKesehatan RI , 2003
610.73 MEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementrian Negara Riset dan Teknologi , 2009
915.98 IND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teks diawali dengan uraian tentang sang Hyang Tiga Sakti yang merupakan leluhur (Kawitan) jagat raya, terdiri dari sang Hyang Saraswati, sang Hyang Sadana, dan sang Hyang Sri. Sang Hyang Tiga Sakti ini kemudian melahirkan aksara ha-na-ca-ra-ka. Disebutkan ada ha-na-ca-ra-ka salikur (21), ha-na-ca-ra-ka duang dasa (20) dan ha-na-ca-ra-ka adalah plekutus (18), tetapi ketiga-tiganya adalah tunggal. Urutan yang benar dari ha-na-ca-ra-ka adalah ha-na-ca-ra-ka-da-ta-sa-wa-la-ma-ga-ba-nga-pa-ja-ya-nya (18). Inilah sang Hyang Saraswati yang berasal dari sunya, tiada cacat, diciptakan oleh Sang Hyang Reko (Sang Hyang Sakecap). DItambah juga sebutan dewa-dewa Nawa Sanga beserta ciptaanNya; wewanengan (batas umur dari sejak lahir sampai meninggal); ketergantungan manusia dengan kayu, sehingga ada nama kayu Inyaman yang berasal dari i+nyama(n) yang berarti keluarga. Terdapat pula keterangan tentang benda-benda sambutan (benda bersinar), di antaranya jika dapat nambut benda bersinar di tempat-tempat suci, seperti di Kahyangan dan di Sanggah yang berupa emas, slaka, temaga dan sejenisnya, hendaknya disucikan sebagai pratima. Sedangkan jika dapat nyambut di tempat yang tidak suci, tidak boleh disungsung walaupun dalam keadaan bersinar. Disebutkan juga tentang aneka lambang sambutan tadi seperti: mirah, adalah lingga Betara Batur; Uang, adalah lingga Betara Rambut Sedana; Slaka, adalah lingga Betara Iswara; dan Besi, adalah lingga Betara Pretiwi. DIlanjutkan dengan keterangan dewasa (hari baik) untuk melakukan upacara Ngaben (Atiwa-tiwa) seperti; Minggu Wage Landep. Minggu Umanis Warigadian, Minggu Pon Julungwangi, Minggu Wage Krulut, Jumat Pon Matal, Minggu Pon Prangbakat dan Minggu Pon Dukut. Teks berakhir dengan uraian Slokantara untuk Karang Panes dan pekarangan rumah, yang berisikan tentang musibah-musibah seperti: kebakaran, kemasukan gelap dan yang sejenisnya, sehingga seseorang yang tertimpa musibah ini wajib mendirikan padmasana (bangunan suci) stana sang Hyang Indra Balaki, yang berfungsi sebagai penyelamat. Jika tidak, maka akan menderita gering (sakit) tak henti-hentinya, walaupun beratus-ratus kali mengadakan pecaruan. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. Menurut data yang termuat pada sampul depan menyebutkan: mewi-tutur slokantara (tulisan tinta). Dengan demikian, kiranya naskah ini disalin atau berasal (?) dari Mengwi Bali. Hal ini diperkuat juga dengan bentuk, corak tulisan, maupun bahan yang dipakai di dalamnya. Untuk bahan perbandingan lihat pula teks Slokantara Kirtya no.494 dan KBG 67.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.155-LT 168
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Chairunnisa
Abstrak :
Bencana alam tidak dapat dihindari, terutama dengan perubahan cuaca yang ekstrim secara sporadis. Baru-baru ini, Brisbane mengalami kerusakan parah akibat banjir, memicu sekumpulan perilaku prososial untuk membantu orang lain pada masyarakat. Studi ini dilakukan untuk menguji hubungan antara empati dan jiwa gotong royong, dan perannya dalam kecenderungan prososial masyarakat. Kami menyelidiki empati dan jiwa gotong royong sebagai variabel yang dianggap berhubungan dengan motivasi dibalik perilaku psososial. Data kami dikumpulkan dari 327 peserta. Kami menggunakan Toronto Empathy Questionnaire (Spreng et al., 2009) untuk penyelidikan empati, Brief Sense of Community Scale (Peterson et al., 2008) untuk penyelidikan jiwa gotong royong, dan Helping Behaviour Scale (Bistricky et al., 2019) untuk penyelidikan perilaku prososial. Temuan kami mengilustrasikan bahwa korelasi antara empati dan jiwa gotong royong bersifat positif dan signifikan dalam mendukung munculnya perilaku prososial pada masyarakat. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa mereka yang memiliki tingkat empati dan jiwa gotong royong yang tinggi, meskipun tidak harus dirasakan secara bersamaan, memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan perilaku prososial. ......Natural disasters are inevitable, especially with the sporadic extreme changes of weather. Recently, Brisbane suffered great damage due to flooding, stimulating a flock of prosocial behaviour of helping from others. This study was conducted to examine the relationship between both empathy and sense of community, and its viable role in people’s prosocial tendencies. We investigate both empathy and sense of community as the variables thought to be responsible for the underlying motivation behind prosocial behaviour. Our data was collected from 327 participants. We utilized the Toronto Empathy Questionnaire (Spreng et al., 2009) to investigate the variable of empathy, Brief Sense of Community Scale (Peterson et al., 2008) to investigate sense of community, and Helping Behaviour Scale (Bistricky et al., 2019) to investigate natural disaster helping. Our findings illustrated that the correlation between empathy and sense of community are both positive and significant in favour of prosocial behaviour. Based on the results, it can be inferred that those with prominent levels of empathy and sense of community, though not obligatory to be in tandem, have greater tendency to perform prosocial behaviour.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library